22
dari dewan komisaris, misalnya untuk menentukan komposisi auditor eksternal. Meskipun demikian, peran komite audit dalam meningkatkan
kinerja perusahaan cukup penting. The Institute of Internal Auditors IIA merekomendasikan bahwa setiap perusahaan publik harus memiliki
Komite Audit yang diatur sebagai komite tetap Forum for Corporate Governance Indonesia, 2000. Penelitian oleh Wedari 2007 menguji
pengaruh keberadaan komite audit dengan praktik manajemen laba, hasilnya keberadaan komite audit berpengaruh secara signifikan dengan aktifitas
manajemen laba. Auditor terkadang mendapatkan tekanan dari manajemen dan
pemegang saham atas pemberian opini auditnya. Manajemen tentunya menginginkan opini audit atas laporan keuangannya yang bersih,
dalam artian wajar tanpa pengecualian. Oleh karena itu, keberadaan komite audit sangat penting untuk meredakan tekanan terhadap auditor
untuk menghasilkan opini yang wajar tanpa pengecualian.
7. Kepemilikan Manajerial
Menurut Jensen dan Meckling 1976, perbedaan kepentingan dan perilaku oportunistik berbanding terbalik dengan bagian kepemilikan
pihak dalam, karena kepemilikan pihak dalam manajemen bertindak sebagai sarana pengawasan yang membawa pada kualitas pelaporan yang
lebih tinggi. Jadi, semakin besar saham yang dimiliki oleh manajemen, mereka akan bertindak lebih hati-hati dalam membuat keputusan dan
23
berusaha mencegah perilaku oportunistik, seperti memanipulasi laporan keuangan dan manajemen laba.
Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan congruance
kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham Faizal, 2004. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, diharapkan manajer
termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Manajer tidak hanya
mengambil tindakan yang sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu untuk memperoleh laba tetapi juga mengoptimalkan aktivitas investasi.
Herawaty 2008 juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governance sehingga dapat
mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba. Dengan demikian, kepemilikan manajerial sebagai salah satu mekanisme
corporate governance merupakan sarana monitoring yang efektif yang dapat membawa pada kualitas pelaporan yang lebih tinggi, sehingga opini
audit yang diterima atas laporan keuangan perusahaan cenderung merupakan opini yang bersih clean opinion. Namun, kekuasaan yang
dipegang oleh manajer dengan kepemilikan sahamnya yang besar juga dapat membawa dampak negatif pada pemegang saham eksternal, dimana
pemegang saham eksternal tidak dapat mengendalikan tindakan manajemen. Kepemilikan perusahaan oleh manajemen diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, sehingga mengurangi risiko terjadinya
24
kesulitan keuangan yang nanti akan berpengaruh juga terhadap pemberian opini oleh auditor terutama kaitannya dengan going concern.
B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Debt Default dengan Kemungkinan Penerimaan Opini Going Concern
Kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indicator going concern yang banyak digunakan oleh
auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang
akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar, maka
aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan,
apabila hutang itu tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default.
Status default
dapat meningkatkan
kemungkinan auditor
mengeluarkan laporan going concern. Seperti yang tercantum dalam PSA 30, indicator going concern yang banyak digunakan auditor dalam
memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang default. Dengan menambah variabel default hutang pada
model prediksi going concern yang sebelumnya hanya memasukan variabel- variabel rasio keuangan saja, Chen dan Church 1992 menemukan
hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern.