Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
penyelenggaraan pemerintahaan di Indonesia adalah sentralisasi kekuasaan pada pusat pemerintahan, dam pola penyelenggaraan pemerintah daerah yang bertingkat.
2.2 Keuangan Daerah
Konsep otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat diterjemahkan bahwa Pemerintah Daerah diberikan keleluasaan untuk mengatur
rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat di daerah masing-masing. Hal ini berarti dalam pelaksanaannya Pemerintah Daerah harus
memiliki kemampuan untuk menangkap aspirasi dan kebutuhan masyarakat di daerahnya, kemudian kebutuhan dan aspirasi tersebut didefinisikan, selanjutnya
Pemerintah Daerah berprakarsa untuk mengakomodasikan kebutuhan tersebut dalam pembangunan daerah. Proses tersebut dilaksanakan secara transparan dengan
melibatkan peran serta rakyat tanpa meninggalkan prinsip-prinsip efisiensi dan efektifitas, sehingga Pemerintah Daerah dapat mempertanggung jawabkan
kewenangan tersebut pada masyarakat. Dalam otonomi yang demikian, Daerah memiliki keleluasaan yang bulat dan utuh dalam penyelenggaraan pemerintahan,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Kewenangan yang bulat dan utuh tersebut harus pula dipertanggung jawabkan secara
utuh kepada masyarakat.
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
2.2.1 Keuangan yang diperoleh dengan dianutnya sistem desentralisasi, antara lain :
1. Mengurangi bertumpuknnya pekerjaan di Pusat Pemerintahan.
2. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang membutuhkan
tindakan cepat, Daerah tidak perlu menunggu instruksi lagi dari pusat. 3.
Dapat mengurangi birokrasi dalam arti yang buruk karena setiap keputusan dapat segera dilaksanakan.
4. Dapat diadakan perbedaan dan pengkhususan yang berguna bagi kepentingan
tertentu sesuai dengan kebutuhan dan keadaan khusus Daerah. 5.
Daerah otonom dapat sebagai laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal
yang baik dapat diterapkan diseluruh wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi pada Daerah tersebut dan olehkarena itu lebih mudah
untuk ditiadakan. 6.
Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan Pemerintah Pusat. 7.
Dari segi psikologi, desentralisasi dapat lebih memberikan kepuasaan bagi daerah- daerah karena sifatnya yang lebih langsung.
Untuk itu desentralisasi dilaksanakan pada daerah-daerah yang memenuhi kriteria suatu wilayah menjadi daerah otonom dan bagi daerah yang tidak mampu berotonomi
maka Daerah tersebut dimungkinkan untuk dapat dihapus dan atau digabung dengan daerah lain. Ada beberapa prinsip otonomi daerah yang perlu kita pahami terlebih
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
dahulu agar dapat lebih menghayati dan pada akhirnya diharapkan akan dapat memantapkan Otonomi Daerah dalam rangka peningkatan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah.
2.2.2 Pelaksanaan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung
jawab
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan dasar bagi pengelolaan keuangan daerah. Dengan ditetapkannya kedua Undang-undang ini masing-masing
tanggal 7 Mei 1999 dan 19 Mei 1999 maka Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979
tentang Pemerintahan Desa tidak berlaku lagi.
Otonomi yang diberikan pada Daerah merupakan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah telah memberikan implikasi berupa timbulnya kewengan dan kewajiban yang lebih luas bagi Daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan Pemerintahan secara
lebih mandiri dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Adapun konsep terpenting yang harus menjadi perhatian adalah dukungan kemampuan Daerah terhadap
keberadaan Daerah sebagai Daerah Otonom, yaitu kaitan antara kewenangan yang dimilikinya serta sumber-sumber keuangan Daerah yang menjadi hak Daerah. Kaitan
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
tersebut merupakan wujud kemampuan Daerah untuk mendukung berbagai kewenangan yang dimilikinya tersebut, sehingga Daerah dituntut untuk mampu
berkreasi secara positif dalam melaksanakan dan memanfaatkan berbagai kewenangan yang dimilikinya. Karena itu, keberadaaan Undang-undang Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai sub sistem Undang-undang Nomor 22 Tahun1999 tentang Pemerintahan
daerah menjadi sangat relevan dalam pelaksanaan pemerintahan di Daerah, terutama dalam mendukung Pemerintah Daerah untuk menjalankan fungsi utamanya
melaksanakan pembangunan dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat.
Gambaran kemampuan Daerah dalam menjalankan fungsi utamanya tersebut nampak sebagaimana diatur dalam pasal 3 dan 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun
1999 yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi Daerah berhak atas sumber-sumber penerimaan berupa :
1. Pendapatan Asli Daerah.
2. Dana Perimbangan.
3. Pinjaman Daerah.
4. Lain-lain penerimaan yang sah.
Sedangkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri atas : 1.
Hasil Pajak Daerah. 2.
Hasil Retribusi Daerah.
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
3. Hasil Perusahaan Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah lainnya
yang dipisahkan. 4.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Pasal 6 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 mengatur tentang Dana Perimbangan yang menjadi hak Pemerintah Pusat, Daerah, Provinsi dan Kabupaten
Kota, yang terdiri dari : 1.
Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dan Penerimaan dari Sumber Daya Alam.
2. Dana Alokasi Umum.
3. Dana Alokasi Khusus.
Persentase Dana Alokasi Umum ditetapkan sebesar sekurang-kurangnya 25 dari penerimaan dalam negeri dari dana alokasi umum tersebut, Daerah Provinsi
mendapatkan bagian sebesar 10 dan Daerah kabupaten kota mendapatkan 90. Sedangkan pembagian dana alokasi umum dibagi berdasarkan :
1. Bobot Daerah.
2. Potensi Ekonomi Daerah,
yang ditetapkan variabel minimum yang dipergunakan dalam menentukan bobot Daerah, adalah :
Jumlah penduduk
Luas wilayah
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
Keadaan geografi
Tingkat pendapatan masyarakat
Sedangkan variabel minimum yang digunakan dalam menentukan potensi ekonomi daerah, adalah :
Potensi industri
Potensi sumber daya alam
Potensi sumber daya manusia
PDRB
Variabel bobot Daerah dan potensi ekonomi Daerah tersebut menunjukkan sifat yang statis, sehingga untuk menampung pertumbuhan Daerah yang relatif cepat,
diperlukan variabel-variabel yang lain yang bersifat dinamis, seperti : 1.
Laju pertumbuhan penduduk 2.
Kontribusi Daerah terhadap penerimaan nasional 3.
Pengembangan wilayah perkotaan dan pedesaan 4.
Tingkat pendidikan umum dan lain-lain.
Dana Alokasi Khusus ini diatur dalam pasal 8 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 dalam pengertian bahwa dana tertentu membiayai kebutuhan khusus dengan
memperhatikan tersedianya dalam APBN, dana alokasi khusus diantaranya termasuk yang berasal dari dana Reboisasi dibagi dengan imbangan sebagai berikut :
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
1. 40 dibagi dengan Daerah Penghasil sebagai Dana Alokasi Khusus.
2. 60 untuk Pemerintah Pusat.
2.2.3 Upaya peningkatan pendapatan asli daerah daerah mendukung pelaksanaan otonomi daerah
Untuk melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka Daerah harus melakukan upaya-upaya positif untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD. Upaya peningkatan PAD secara positif dalam pengertian bahwa keleluasaan yang dimiliki oleh Daerah harus dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru tanpa membebani masyarakat dan tanpa menimbulkan ekonomi
biaya tinggi. Upaya peningkatan PAD secara positif dalam pengertian bahwa keleluasaan
yang dimiliki oleh Daerah harus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru tanpa membebani
masyarakat dan tanpa menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Upaya peningkatan PAD tersebut harus dipandang sebagai perwujudan tanggung jawab Pemerintah Daerah
dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
Peningkatan PAD dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Intensifikasi, melalui upaya :
Pendataan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah.
Mengintensifikasikan penerimaan retribusi daerah yang ada.
Memperbaiki prasarana dan sarana pungutan yang belum memadai.
2. Penggalian sumber-sumber penerimaan baru ekstensifikasi .
Upaya penggalian sumber-sumber penerimaan diarahkan pada pemanfaatan potensi daerah yang memberikan kelebihan atau keuntungan secara ekonomis kepada
masyarakat. Dimana penggalian sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Sebab, pada dasarnya
tujuan meningkatkan pendapatan Daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian, upaya
ekstensifikasi lebih diarahkan pada upaya mempertahankan potensi Daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
3. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Peningkatan pelayanan kepada masyarakat ini merupakan unsur yang penting mengingat bahwa paradigma yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah
bahwa pembayaran pajak dan retribusi ini sudah merupakan hak daripada kewajiban
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
masyarakat terhadap negara untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud pelayanan yang bagaimana yang dapat memberikan kepuasaan kepada masyarakat.
Dalam perkembangannya fenomena pembayar pajak telah menjadi hak dari masyarakat, sebagai suatu hak tentunya masyarakat menuntut kualitas layanan yang
baik dari pemerintah, kualitas layanan yang baik tentunya diarahkan kepada layanan untuk kepentingan umum. Wujud dari layanan yang baik kepada masyarakat dan
memuaskan, berupa : a.
Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan layanan yang cepat.
b. Memperoleh pelayanan secara wajar.
c. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan.
d. Pelayanan yang jujur dan terus terang.
Pada akhirnya diharapkan pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat menjadi dapat meningkatkan pendapatan daerah yang akan
didistribusikan kembali pada masyarakat dalam wujud berupa pemabangunan dan pengingkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Kuncoro 1995 mengamati masalah rendahnya Pendapatan Asli Daerah
PAD terhadap total penerimaan daerah di provinsi di Indonesia, menimbulkan ketergantungan yang tinggi terhadaprPemerintah Pusat dan menganjurkan
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
diberikannya otonomi keuangan daerah yang relatif luas sehingga daerah mampu menggali sumber-sumber keuangannya sendiri dan memanfaatkannya dengan
optimal. Hal ini juga diperkuat dengan fakta bahwa hanya 38.8 penerimaan provinsi yang berasal dari pendapatan asli daerah PAD sendiri, sehingga menimbulkan
ketergantungan keuangan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat yang sangat tinggi.
Radianto 1997 menganalisis tentang peranan Pendapatan Asli Daerah
PAD dalam membiayai pembangunan diseluruh Daerah Tingkat II dengan melihat pengaruh tingkat perkembangan ekonomi daerah dan bantuan Pemerintah Pusat
terhadap Derajat Otonomi Fiskal, menentukan bahwa tingkat perkembangan ekonomi daerah dan jumlah penduduk yang mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan
derajat otonomi fiskal daerah.
2.3 ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PAD