Dana Alokasi Khusus DAK

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 ada pejabat pemerintah daerah yang memanfaatkan peluang untuk memperkaya diri atau kelompoknya melalui dana DAU atau dana bagi hasil. Dugaan penyimpangan DAU oleh daerah merupakan suatu indikasi yang dapat berakibat fatal bagi masa depan otonomi daerah. Dampak negatif dapat dilihat dari kecendrungan menurunnya kualitas pelayanan publik atau terjadinya stagnasi pembangunan di daerah-daerah.

2.6 Dana Alokasi Khusus DAK

Dana Alokasi Khususn DAK ditujukan untuk daerah khusus yang terpilih untuk tujuan khusus. Karena itu, alokasi yang didistribusikan oleh pemerintah pusat sepenuhnya merupakan wewenang pusat untuk tujuan nasional khusus. Kebutuhan khusus dalam DAK meliputi : 1. Kebutuhan prasarana dan saran fisik di daerah terpencil yang tidak mempunyai akses yang memadai ke daerah lain. 2. Kebutuhan prasarana dan sarana fisik didaerah yang menampung transmigrasi 3. Kebutuhan prasana dan saran fisik yang terletak di daerah pesisir kepulauan tidak memadai. 4. Kebutuhan prasaran dan sarana fisik di daerah guna mengatasi dampak kerusakan lingkungan. UU No.33 tahun 2004 menyatakan bahwa kebutuhan khusus yang dapat dibiayai dengan DAK antara lain kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 umum dengan menggunakan rumus DAU dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Adapun persyaratan untuk memeproleh DAK, adalah sebagai berikut : 1. Daerah perlu membuktikan bahwa daerah kurang mampu membiayai seluruh pengeluaran usulan kegiatan tersebut dari PAD, Pinjaman Daerah, dan lain- lain penerimaan yang sah. 2. Daerah menyediakan dana pendamping sekurang-kurangnya 10 dari kegiatan yang diajukan 3. Kegiatan tersebut memenuhi kriteria teknis sektor kegiatan yang ditetapkan oleh Menteri Instansi Terkait. Adapun kegiatan DAK menurut PP 104 2000, meliputi :  DAK digunakan untuk membiayai investasi pengadaan dan atau peningkatan dan atau perbaikan prasarana dan saran fisik dengan umur ekonomis yang panjang  Dalam keadaan tertentu, DAK dapat membantu membiayai pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 tiga tahun. Sejalan dengan pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah saat ini, prinsip dasar atau asas-asas pengelolaan keuangan daerah, keuangan sektor publik, Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 mengalami perubahan paradigma. Paradigma baru pengelolaan keuangan daerah atau APBD paling tidak mendekati atau mengikutin paradigma yang berkembang dalam pengelolaan keuangan yang modern yang dapat diterapkan oleh pemda. Perubahan paradigma ini seiring dengan pencanangan konsep good governance dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Prinsip-prinsip dasar pengelolaan keuangan publik, adalah : 1. transparansi 2. efisien 3. efektif 4. akuntabilitas 5. partisipatif Transparansi, mensyaratkan adanya keterbukaan pemerintah di dalam proses pembuatan kebijakan tentang keuangan daerah sehingga publik dan DPRD dapat mengetahui, mengkaji dan memberikan masukan serta mengawasi pelaksanaan kebijakan publik yang berkaitan dengan keuangan daerah atau APBD di dalam perumusan kebijakan pengelolaan keuangan daerah masa yang akan datang. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Artinya, informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara lansung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan. Efisien, pengelolaan keuangan daerah harus didasarkan suatu pemikiran bahwa setiap pengeluaran anggaran daerah harus diupayakan seefisien mungkin guna Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 menghasilkan output yang memadai. Penghematan anggaran sangat diperlukan dalam rangka mencapai efisiensi. Dengan anggaran yang ada pemda harus mencapai target minimal. Dengan kata lain, standar pelayanan minimal merupakan target yang harus dicapai sesuai proporsi biaya yang ditetapkan. Efektif, dalam proses pelaksanaan kebijakan keuangan daerah APBD, pengelolaan anggaran haruslah tepat sasaran. Selama ini pemda sering tidak memperdulikan apakah sasaran yang hendak dicapai dari anggaran belanja atau tidak, yang penting realisasi anggaran sesuai rencana dan habis terpakai. Pemikiran seperti ini bertentangan dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi hasil atau output. Akuntabilitas, dalam pengelolaan keuangan daerah atau APBD dituntut adanya pertanggung jawaban kepada publik atau masyarakat umum. Pertanggung jawaban publik dapat dilakukan melalui pertanggung jawaban secara institusional kepada DPRD. DPRD-lah yang menilai apakah kinerja pemda dalam mengelola keuangan daerah atau APBD baik atau buruk dengan menggunakan kriteria atau tolak ukur sesuai apa yang direncanakan semula. Partisipatif, bahwa dalam pengelolaan keuangan daerah peran serta publik secara langsung maupun tidak langsung harus dapat dijamin dalam bentuk masukan atau kritikan yang konstruktif terhadap cara-cara pengelolaan keuangan yang benar. Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

BAB III METODE PENELITIAN