ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PAD

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 diberikannya otonomi keuangan daerah yang relatif luas sehingga daerah mampu menggali sumber-sumber keuangannya sendiri dan memanfaatkannya dengan optimal. Hal ini juga diperkuat dengan fakta bahwa hanya 38.8 penerimaan provinsi yang berasal dari pendapatan asli daerah PAD sendiri, sehingga menimbulkan ketergantungan keuangan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat yang sangat tinggi. Radianto 1997 menganalisis tentang peranan Pendapatan Asli Daerah PAD dalam membiayai pembangunan diseluruh Daerah Tingkat II dengan melihat pengaruh tingkat perkembangan ekonomi daerah dan bantuan Pemerintah Pusat terhadap Derajat Otonomi Fiskal, menentukan bahwa tingkat perkembangan ekonomi daerah dan jumlah penduduk yang mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan derajat otonomi fiskal daerah.

2.3 ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PAD

Mardiasmo 2001 mengemukakan bahwa salah satu aspek dari Pemerintah Daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah penegelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran daerah atau anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah merupakan instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas Pemerintah Daerah. Anggaran daerah seharusnya dipergunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, alat bantu untuk pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas pengeluaran di masa yang akan datang. Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 Ukuran standar untuk evaluasi kerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas disemua aktivitas berbagi unit kerja. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD pada hakekatnya merupakan instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyaraka di daerah. Oleh karena itu DPRD dan Pemerintah Daerah harus berupaya secara nyata dan terstruktur guna menghasilkan APBD yang dapat mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi daerah masing-masing serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya anggaran daerah yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Peran anggaran dalam penentuan arah dan kebijakan Pemerintah Daerah, tidak terlepas dari kemampuan anggaran tersebut dalam mencapai tujuan Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Oleh karena itu Pemerintah Daerah perlu memperhatikan bahwa pada hakekatnya anggaran daerah merupakan perwujudan amanat rakyat pada pihak eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimilikinya. Desentralisasi sebagai upaya untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya daerah yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah sebagai suatu sumber pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah. Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 Menurut pasal 1 UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah bahwa perimbangan keuangan antara pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antara daerah secara proporsional, demokratis, adil, transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Suparmoko 1986 mengatakan bahwa ada kecendrungan pada negara berkembang menjalankan sistem fiskal terpusat jika dibandingkan dengan negara maju. Realitas hubungan fiskal antar daerah ditandai dengan tingginya kontrol pusat terhadap proses pembangunan didaerah. Hal ini jelas terlihat dari rendahnya PAD terhadap total penerimaan daerah didalam struktur penerimaan daerah dibandingkan total subsidi yang berasal dari Pemerintah Pusat. Indikator desentralisasi fiskal adalah rasio antara PAD terhadap total penerimaan daerah Kuncoro; 1995 . Otonomi fiskal daerah adalah kemampuan Pemerintah Daerah dalam menigkatkan PAD. Desentralisasi fiskal dapat diketahui dengan menghitung rasio PAD terhadap total penerimaan daerah, rasio subsidi dan bantuan Pemerintah Pusat atau pemerintah yang lebih tinggi terhadap total penerimaan daerah, rasio pajak untuk daerah terhadap total penerimaan daerah dan rasio penerimaan daerah terhadap total Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 penerimaan negara. Pengukuran derajat desentralisasi fiskal daerah dapat terlihat dari rasio antara PAD terhadap total penerimaan daerah Suparmoko; 1979 . Tim peneliti FISIPOL UGM bekerjasama dengan Litbang Depdagri 1991 menentukan tolak ukur kemampuan daerah dilihat dari rasio PAD terhadap APBD, sebagai berikut :  Rasio PAD terhadap APBD 0,00 - 10,00 sangat kurang  Rasio PAD terhadap APBD 10,01 – 20,00 kurang  Rasio PAD terhadap APBD 20,01 – 30,00 cukup  Rasio PAD terhadap APBD 30,01 – 40,00 baik  Rasio PAD terhadap APBD diatas 50,00 sangat baik Keuangan daerah merupakan bagian integral dari keuangan negara dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, memeratakan hasil pembangunan dan menciptakan stabilitas ekonomi selain stabilitas sosial politik. Peranan keuangan daerah makin penting, selain karena keterbatasan dana yang dapat dialihkan ke daerah berupa subsidi dan bantuan, tetapi juga karena makin kompleksnya persoalan yang dihadapi daerah dan pemecahannya membutuhkan partisipasi aktif masyarakat daerah. Selain itu, peranan keuangan daerah yang makin meningkat akan mendorong terwujudnya otonomi daerah yang lebih nyata dan bertanggung jawab. Undang-undang pertama yang mengatur hubungan fiskal keuangan pusat- daerah adalah UU No.32 tahun 1956, yaitu : Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 1. Pendapatan Asli Daerah PAD . Sumber PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan daerah. Adapun pajak puat yang diserahkann kepada daerah menjadi pajak daerah meliputi pajak verponding, pajak kendaraan bermotor, pajak jalan. 2. Sebagian dari hasil pemungutan pajak negara tertentu, bea masuk, bea keluar dan cukai diserahkan kepada daerah. 3. Subsidi, dan bantuan diberikan kepada daerah dalam hal-hal tertentu. Berpijak pada tiga asas desentralisasi dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas perbantuan , pengaturan hubungan keuangan pusat-daerah didasarkan atas 4 prinsip, sebagai berikut : 1. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat didaerah dalam rangka dekonsentrasi dibiayai dari dan atas beban APBN. 2. Urusan yang merupakan tugas pemerintah daerah sendiri dalam rangka desentralisasi dibiayai dari dan atas beban APBD. 3. Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintah tingkat atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka tugas perbantuan, dibiayai oleh pemerintah pusat atas beban APBN atau oleh pemerintah daerah tingkat atasnya atas beban APBD sebagai pihak yang menugaskan. 4. Sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi, pemerintah pusat memberikan sejumlah sumbangan. Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 Realitas hubungan fiskal antara pusat dan daerah ditandai dengan tingginya kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Ini jelas terlihat dari rendahnya proporsi PAD Pendapatan Asli daerah terhadapa total pendapatan daerah dibanding besarnya subsidi yang diberikan dari pusat. Indikator desentralisasi fiskal adalah rasio antara PAD dengan total pendapatan daerah. PAD terdiri dari pajak- pajak daerah, retribusi daerah, penerimaan dari dinas, laba bersih dari perusahaan daerah BUMD dan penerimaan lain-lain. Bila diperinci lagi, PAD hanya membiayai pengeluaran rutin daerah kurang dari 30, bahkan untuk Dati II lebih buruk lagi karena kurang dari 22 pengeluaran rutinnya dibiayai oleh PAD. Subsidi atau transfer dana dari pusat kepada daerah selama nin melali tiga jalur, yaitu : Pertama, SDO Subsidi Daerah Otonom, yaitu transfer kepada Pemda untuk membiayai pengeluaran rutin. Kedua, Program Inpres baik yang bersifat sektoral maupun umum digunakan untuk membantu Pemda provinsi, kabupatenkota, desa untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan, sekaligus sebagai upaya untuk mengatasi ketidakseimbangan struktur keuangan antar daerah. Ketiga, pengeluaran sektoral, yang dialokasikan untuk membiayai proyek- proyekpengeluaran pembangunan, sebagai perwujudan mekanisme dekonsentrasi. Setidaknya ada 5 penyebab utama rendahnya PAD yang pada gilirannya menyebabkan tingginya ketergantungan terhadap subsidi dari Pusat. Pertama, kurang berperannya perusahaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah. Kedua, adalah tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan. Semua pajak utama yang paling produktif, baik pajak langsung maupun pajak tidak langsung, ditarik oleh Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 pusat. Pajak penghasilan badan maupun peorangan, pajak pertambahan nilai, bea cukai, PBB, royalti, semuanya dikelola secara administratif dan ditentukan tarifnya oleh pusat. Alasan sentralisasi perpajakan yag sering dikemukakan adalah untuk mengurangi disparitas antar daerah, efisiensi administrasi, dan keseragaman perpajakan. Penyebab ketiga, adalah kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan. Sekitar 90 pendapatan daerah Dati I hanya berasal dari dua sumber, yaitu Pajak Kendaraan Bermotor dan Balik Nama. Di daerah Dati II, sekitar 85 pendapatan daerah hanya berasal dari 6 sumber, yaitu : pajak hotel dan restoran, penerangan jalan, pertunjukan, reklame, pendaftaran usaha, dan izin penjualan pembuatan petasan dan kembang api. Boleh dikata, jenis pajak yang dapat diandalkan di Dati II hanya dari PBB. Pajak-pajak daerah lainnya sulit sekali untuk diharapkan karena untuk mengubah kebijakan pajak daerah memerlukan persetujuan dari Departemen Dalam Negeri dan Menteri Keuangan. Faktor keempat penyebab ketergantungan fiskal bersifat politis. Ada yang khawatir apabila daerah mempunyai sumber keuangan yang tinggi akan mendorong terjadinya disintegrasi dan separatisme. Karena itu sentralisasi diperlukan agar daerah tetap tergantung pada pusat dan pada gilirannya bisa tetap dikendalikan oleh pusat. Apalagi UU No.5 tahun 1974 telah jelas menitik beratkan desentralisasi pada Dati II. Penekanan tersebut sangat tepat karena fanatisme kedaerahan relatif kurang Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 dibanding Dati I. Faktor kelima penyebab adanya ketergantungan tersebut adalah kelemahan dalam pemberian subsidi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Selama ini pemerintah memberikan subsidi bentuk blok dan spesifik. Subsidi yang bersifat blok terdiri dari Inpres Dati I, Inpres Dati II, dan Inpres Desa. Subsidi yang bersifat spesifik meliputi Inpres pengembangan wilayah, Sekolah Dasar, kesehatan, penghijauan dan reboisasi, ser ta jalan dan jembatan. Perbedaan utama antar subsidi blok dan spesifik adalah daerah memiliki keleluasaan dalam penggunaan dana subsidi blok, sedang penggunaan dana subsidi spesifik sudah ditentukan oleh pemerintah pusat dan daerah tidak punya keleluasaan dalam menggunakan dana tersebut. Apabila dilihat dari sisi jumlah batuan yang diterima oleh pemerintah daerah sejak Repelita I, maka bantuan yang bersifat spesifik jauh lebih besar daripada blok. Maka tidak berlebihan bila disimpulkan bahwa pemerintah pusat hanya memberikan kewenangan yang lebih kecil kepada pemerintah daerah untuk merencanakan pembangunan di daerahnya. Tidak berlebihan bila disimpulkan bahwa manajemen pembangunan daerah yang selama ini berjalan menunjukkan kecenderungan yang ’kurang serasi’. Pembangunan daerah terutama fisik memang cukup pesat, tetapi tingkat ketergantungan fiskal antara daerah terhadap pusat sebagai akibat dari pembangunan tersebut juga semakin besar. Ketergantungan fiskal terlihat dari relatif rendahnya PAD dan dominannya transfer dari pusat. Memang UU No. 5 Tahun 1974 telah Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 menggarisbawahi titik berat otonomi pada Daerah Tingkat II. Namun, fakta menunjukkan justru Dati II-lah yang mengalami tingkat ketergantungan yang paling tinggi. Kendati demikian, Pemda telah berperan sentral dalam ikut menyukseskan pembangunan infrastruktur dan pelayanan sosial, serta telah berfungsi sebagai ’alat’ pusat yang efektif dalam mendorong pembangunan daerah. Dengan kata lain, obsesi pembangunan ekonomi keseluruh daerah Indonesia telah mendorong pemerintah pusat untuk melakukan kontrol politik dan ekonomi terhadap pemerintah daerah. Justifikasi yang biasa diajukan adalah stabilitas politik merupakan prasyarat mutlak bagi lancarnya pembangunan. Tak pelak lagi, sentralisasi hubungan pusat-daerah lebih mencuat ke permukaan meskipun desentralisasi secara de jure sudah didendangkan sejak awal tahun 1970-an. Akibatnya, ’pembangunan di daerah’ memang terjadi, namun dengan inisiatif, perencanaan, dan dana dari pusat. Bila kondisi ketergantungan fiskal ini terus berlangsung, pembangunan daerah yang pesat akan berarti pula meningkatnya beban anggaran pusat. Masalahnya sekarang adalah setelah minyak dan gas tidak dapat diharapkan lagi sebagai motor penggerak pembiayaan pembangunan, maka kemampuan negara untuk melakukan sentralisasi semakin berkurang. Desentralisasi mau tidak mau menjadi alternatif yang layak untuk benar-benar diwujudkan. Bila pemerintah pusat tetap memandang pentingnya subsidi transfer Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 karena alasan untuk mengurangi ketidakseimbangan struktur keuangan antar daerah, barangkali sudah saatnya meninjau ulang pola pemberian subsidi kepada daerah. Undang-undang No.22 1999 menyerahkan fungsi, personil, dan aset pemerintah pusat kepada pemerintah propinsi, kabupaten, dan kota. Hal ini berarti tambahan kekuasaan dan tanggung jawab diserahkan kepada pemerintahan kabupaten dan kota, serta membentuk sistem yang jauh lebih terdesentralisasi dibandingkan dengan sistem dekonsentrasi dan koadministratif di masa lalu.perbedaan penting antara UU No.22 1999 dibanding UU sebelumnya UU No.5 1974 dan UU No.5 1979 dirangkum dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Perbandingan beberapa konsep antara UU No.22 tahun 1999 dan UU No. 5 tahun 1974 dengan UU No. 5 tahun 1979 Istilah UU No. 51974 UU No. 51979 UU No.221999 Keterangan Pemerintah Pusat Perangkat negara kesatuan republik Indonesia yang terdiri dari presiden beserta pembantu-pembantunya. Perangkat negara kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari presiden beserta para menteri menurut asas desentralisasi. Pengertian Pemerintah Pusat pada UU yang baru lebih menyempit, yaitu presiden dan para menteri- dibending menyebutkan pembantu- pembantunya. Pada kebijakan lama, dapat ditafsirkan Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 sangat luas. Desentralisasi Penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya. Penterahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka NKRI UU lama memfokuskan kepada urusan, UU baru pada wewenang. Urusan lebih spesifik dan teknis tidak memberi ruang pada aspirasi . Dekonsentrasi Pelimpahan wewenang dari pemerintah atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat- pejabat daerah Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan perangkat pusat di daerah. UU lama menonjolkan watak sentalisme, yaiu segala organ daerah merupakan perpanjangan tangan pusat. UU baru, memperlihatkan bahwa gubernur mengemban tugas sebagai perangkat pemerintha pusat. Tugas Pembantuan Tugas untuk turut serta dalam melakukan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pemerintah atau pemerintah daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan. Penugasan dari pemerintah kepada daerah dan desa, dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan Pada UU lama tampak bahwa aparat dibawah merupakan alat dari aparat di atasnya dalam rangka pemerintahan pusat, NKRI . Sedangkan UU baru, penugasan disertai pembiayaan, sehingga dari Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggung jawabkannya kepada yang menugaskan. menghindari pembinaan kepada perangkat daerah. Namun demikian, kalusul pertanggung jawaban yang mengikuti garis pembiayaan, patut didiga dapat memberikan alasan kontrol pusat secara berlebihan Otonomi Daerah Hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganyasendiri denganperaturanperundang- undangan yang berlaku. Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. UU lama memuat unsur kewajiban. UU baru, menekankan bahwa otonomi merupakan kewenagan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat-dengan menekankan pada pentingnya aspirasi masyarakat. Namun UU baru tidak menyebut otonomi daerah sebagai hak. Daerah Otonom Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang Kesatuan masyarakat hukum yang Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatna NKRI, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam NKRI. Wilayah Administrasi Lingkungan kerja perangkat pemerintah yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum di daerah. Wilayah kerja Gubernur selaku wakil Pemerintah Wilayah kerja Gubernur selaku wakil pemerintah UU baru menempatkan otonomi pada kebupatenkota, bukan provinsi. Pada UU lama, tidak ada kejelasan mengenai subjek-semua organ adalah alat pusat. Kelurahan Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang nempunyai organisasi pemerintahan terendah lansung dibawah camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kebupaten dan atu daerah kota dibawah kecamatan. Pada UU lama, kelurahan merupakan organ dibawah kecamatan, demikina pula dengan UU baru. Pemerintah Daerah Kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah Kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah. Pada UU lama, tidak dipisahkan antara eksekutif dan legislatif – legislatif menjadi bagian dari eksekutif. Pemerintahan Daerah tidak ada Penyelenggaraan pemerintah DPRD menjadi bagian dari Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD dan atau daerah kota dibawah kecamatan. pemerintah pusat, bukan bagian dari pemerinah Sumber : Mudrajad Kuncoro 2004 Untuk mendukung tanggung jawab yang dilimpahkan, pemerintah daerah memerlukan sumber fiskal. UU No.25 1999 menyatakan bahwa untuk tujuan tersebut pemerintah daerah harus memiliki kekuatan untuk menarik pungutan dan pajak, dan pemerintah pusat harus mentraser sebagian pendapatan dan atau membagi sebagian pendapatan pajaknya dengan pemerintah daerah. Struktur pajak setelah ditetapkannya UU No.25 1999, beserta basis pajaknya untuk pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten kota. Sumber pajak utama pemerintah provinsi berasal dari pajak kendaraan bermotor dan pajak balik nama kendaraan bermotor, yang dapat dipandang sebagai variasi pajak kekayaan properti. Jenis pajak daerah yang dapat diusahakan oleh pemerintah kabupaten kota terbatas pada 7 jenis, seperti pajak hotel dan restoran, pajak iklan, pajak atas bahan bangunan, pajak penggunaan air, pajak hiburan, pajak IMB, retribusi, dll. Pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk meningkatkan pendapatan daerah lewat pajak selain pajak yang disebutkan diatas. Akibatnya pendapatan dari pajak, seperti halnya derajat kebebasan dalam mengusahakan Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 pendapatan dari pajak bagi pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten kota menjadi relatif terbatas. Denison dalam penelitiannya mengenai sumbangan berbagai faktor dalam menciptakan pertumbuhan di sembilan negara maju antara tahun 1950-1962 telah menunjukkan bahwa pertambahan barang-barang modal hanya menciptakan 25 persen dari pertumbuhan yang terjadi di Amerika Serikat 18 persen di Erofa Barat, dan 21 persen di Inggris. Kenyataan ini membuktikan bahwa dalam pertumbuhan ekonomi, faktor utama yang menentukan pertumbuhan tersebut adalah kemajuan teknologi dan meningkatnya kemahiran dan keterampilan tenaga kerja.

2.4 Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi; Ekonomi dan ekonomi