Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
4.3 Data Keuangan Kota Medan
Data Keuangan yang akan disajikan berikut ini akan meliputi data keuangan untuk sektor pendidikan dan kesehatan sebelum dan sesudah otonomi daerah 1990-
2006 , karena sesuai dengan variabel yang akan diteliti oleh penulis, lalu data PAD sebelum dan sesudah otonomi daerah 1994-2006 , dan data DAU serta DAK.
Tabel 4.3 Data Keuangan Pemerintah Kota Medan untuk Sektor Pendidikan dan Sektor
Kesehatan dalam ribuan rupiah Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah
Tahun Jumlah Dana
Tahun Jumlah Dana
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan Kesehatan
19901991 1.214.433
200.793 19992000
6.658.784 897.970
19911992 2.228.574
426.506 2000
2.134.775 3.136.070
19921993 2.009.483
593.490 2001
4.280.072 3.040.417
19931994 2.065.989
610.179 2002
10.031.222 10.262.692
19941995 2.512.930
1.003.069 2003
32.311.749 29.564.428
19951996 2.601.384
1.114.591 2004
13.521.048 11.592.080
19961997 3.038.078
2.098.663 2005
14.531.258 12.536.986
19971998 2.709.650
2.328.567 2006
15.541.468 13.481.892
19981999 4.621.462
1.556.642
sumber : BPS Kota Medan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebelum adanya otonomi daerah perhatian pemerintah untuk bidang pendidikan dan kesehatan sangat minim sekali.
Terlihat bahwa tiap tahunnya 1990-1999, dana yang dialokasikan untuk bidang pendidikan dan kesehatan sangat rendah bahkan dapat dikatakan kedua bidang ini
mengalami peningkatan yang hampir tidak berarti dikarenakan sangat kecilnya dana
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
yang dialokasikan untuk bidang ini. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, dana yang dialokasikan untuk bidang kesehatan ternyata lebih kecil dari dana yang dialokasikan
untuk bidang pendidikan. Padahal kesehatan itu sangat penting. Bagaimana suatu daerah dapat berkembang jika masyarakat dari daerah tersebut tidak sehat. Begitu
juga halnya dengan pendidikan. Bagaimana daerah tersebut dapat maju dan berkembang jika SDM masyarakatnya sangat kurang. Namun setelah adanya otonomi
daerah, pengalokasian dana untuk kedua bidang ini memperlihatkan peningkatan untuk tiap tahunnya.
Melalui data tabel diatas juga dapat diketahui bahwa dana yang dialokasikan untuk bidang pendidikan di Kota Medan mengalami peningkatan untuk tiap tahunnya
seperti dari Rp. 14.531.258 pada tahun 2005 menjadi Rp. 15.541.468 pada tahun 2006. Dari tahun ke tahun dana yang dialokasikan untuk bidang pendidikan ini
mengalami peningkatan dari 6.50 persen pada tahun 2005 meningkat menjadi 6.95 persen pada tahun 2006. Begitu juga untuk bidang kesehatan. Melalui tabel diatas kita
dapat melihat bahwa dana yang dialokasikan untk bidang ini mengalami peningkatan. Seperti pada tahun 2005, dana untuk bidang ini sebesar Rp. 12.536.986,- yang
kemudian menjadi Rp. 13.481.892 pada tahun 2006. Sebelum adanya otonomi daerah, perhatian pemerintah dalam hal ini
perhatian Pemerintah Kota Medan sangat kurang. Hal ini terbukti dari minimnya dana yang dialokasikan untuk bidang pendidikan. Namun setelah adanya otonomi daerah
hal ini berubah. Terjadi pergeseran yang sangat besar. Yang dulunya bidang ini dianggap tidak begitu penting, hanya hal yang di nomor duakan, namun sekarang
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
setelah adanya otonomi daerah perhatian Pemerintah Kota Medan sangat besar untuk bidang ini. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya dana yang dialokasikan untuk
pendidikan. Setelah adanya otonomi daerah banyak diberikan program-program beasiswa untuk masyarakat yang kurang mampu dengan tujuan agar anak yang
berusia sekolah agar tetap dapat bersekolah sesuai dengan tingakatannya. Dapat dilihat selama 3 tiga tahun terakhir 2004-2006, dengan semakin tingginya angka
partisipasi kasar APK di Kota Medan, yang berarti semakin banyak pula penduduk usia sekolah SDMI, SMPMTs, SMAMA yang bersekolah. Sehingga semakin baik
APK untuk SDMI, SMPMTs, dan SMAMA. Hal ini dapat dilihat melalui tabel berikut :
Tabel 4.4 Angka Parisipasi Kasar APK Di Kota Medan Tahun 2004-2006
Jenis Pendidikan Tahun
2004 2005
2006
SDMI 103,72
104,28 103,17
SMPMTs 98,26
99,79 99,31
SMAMA 89,20
89,04 90,96
Sumber : BPS Kota Medan
Melalui tabel dapat dilihat bahwa APK untuk SDMI melewati nilai 100, hal ini dikarenakan adanya penduduk kabupaten kota yang bersekolah di Medan dan
tercatat sebagai siswa sekolah di Kota Medan. Berdasarkan APK baik SD, SMP,
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
maupun SMA selam taha-un 2004-2006 cenderung terjadi adanya peningkatan. Untuk APK SDMI tahun 2004 telah mencapai 103,72 persen sedangkan pada tahun
2006 menunjukkan angka yang lebih kurang sama dengan kondisi pada tahun 2004. Sedangkan APK SMPMTs meningkat dari 98,26 persen tahun 2004 mejadi 99,31
persen pada tahun 2006. Selanjutnya untuk APK SMAMA juga mengalami peningkatan dari 89,20 persen tahun 2004 menjadi 90,96 persen untuk tahun 2006.
Hal ini jauh berbeda dengan sebelum adanya otonomi daerah. APK untuk 3 tiga tahun terakhir 1994-1996, menunjukkan peningkatan yang sedikit, yang
dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :
Tabel 4.5 Angka Partisipasi Kasar APK Di Kota Medan Tahun 1994 – 1996
Jenis Pendidikan Tahun
1994 1995
1996 SDMI
62,22 68,57
68,24 SMPMTs
48,98 44,31
48,29 SMAMA
34,60 37,58
37,92
sumber : BPS Kota Medan
Tabel diatas menunjukkan bahwa baik SD, SMP maupun SMA mengalami peningkatan yang sangat sedikit. Untuk APK SDMI tahun 1994 mencapai 62,22
persen sedangkan untuk tahun 1996 tidak menunjukkan nilai yang berbeda jauh
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
seperti yang terjadi pada tahun 1994. Sedangkan APK untuk SMPMTs tahun 1994 hanya sebesar 48,98 persen dan tahun 1996 sebesar 48,29 persen. Sedangkan untuk
tingkat SMAMA, APK menunjukkan nilai sebesar 34,60 persen untuk tahun 1994 dan 37,92 persen untuk tahun 1996.
Indikator kemajuan penyelenggaraan pendidikan masyarakat Kota Medan selama 2004-2006 juga ditunjukkan oleh angka partisipasi sekolah APS menurut
usia sekolah. Jumlah penduduk usia sekolah yang masih bersekolah mengalami peningkatan pada seluruh kelompok usia sampai dengan tahun 2006, anak usia 07-12
tahun yang besekolah mencapai hampir 100 persen 99,16 persen dan sebanyak 95,01 persen anak usia 13-15 tahun masih bersekolah. Adanya anak usia sekolah
yang putus sekolah, khususnya pada usia 16-18 tahun lebih disebabkan alasan-alasan ekonomi. Upaya penting yang dilakukan Pemerintah Kota Medan untuk menjadikan
penduduk usia 07-18 tahun untuk tetap bersekolah bagi yang putus sekolah dan mendorong anak usia sekolah untuk bersekolah adalah dengan menempuh kebijakan
pemberian beasiswa terarah, baik dijenjang pendidikan SD sampai dengan tingkat SMA. Melalui kebijakan ini diharapkan biaya pendidikan khususnya bagi anak
kurang mampu dapat diatasi sehingga mereka tidak perlu lagi memikul dan pusing untuk memikirkan biaya pendidikan sehingga dapat bersekolah sesuai dengan bakat
dan potensi yang dimiliki. Sedangkan sebelum adanya otonomi daerah, sektor pendidikan hanya
dijadikan fokus perhatian yang kedua. Sehingga program-program pemberian beasiswa masih sangat sedikit dan belum terintegrasi dengan baik untuk tiap
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
tingkatanya. Lalu perhatian dan dukungan dari masyarakat setempat juga dapat mempengaruhi nilai APS ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
masih rendah. Mereka lebih memilih mempekerjakan ankanya yang masih dalam usia sekolah agar dapat mengahasilkan uang dan membantu orang tua dari pada harus
menyuruh mereka untuk bersekolah yang dianggap hanya menghabiskan uang saja tanpa dapat menghasilkan.
Sebelum adanya otonomi daerah, alokasi dana untuk bidang pendidikan berorientasi hanya pada biaya operasional SD, SMP, dan SMA, pengadaaan sarana
laboratorium yang sederhana, pengadaaan alat-alat tulis. Namun sekarang karena adanya kemajuan teknologi maka dana yang dialokasikan tersebut tidak hanya
berorientasi pada hal-hal yang yang telah disebutkan diatas, tetapi juga untuk pengadaan laptop komputer, pengadaaan alat-alat laboratorium yang lebih canggih,
rehabilitasi gedung – gedung sekolah hingga layak untuk dijadikan tempat untuk menuntut ilmu. Hal inilah yang merupakan menjadi salah satu alasan menurt saya,
mengapa dana yang dialokasikan dari APBD Kota Medan menjadilebih besar setelah adanya otonomi daerah dibandingkan sebelum adanya otonomi daerah.
Kemajuan yang terjadi setelah adanya otonomi daerah selama 3 tiga tahun terakhir, adalah sebagai berikut :
1. Tersalurkannya beasiswa terarah bagi siswa putus sekolah yang berasal dari
keluarga kurang mampu termasuk bagi siswa yang rawan putus sekolah. Telah diberikan beasiswa terarah ini pada 20.150 siswa tingkat SDMI,
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
10.930 siswa untuk tingkat SMPMTs, dan 9.730 siswa untuk tingkat SMAMA.
2. Terlaksananya rehabilitas fasilitas pendidikan sebanyak 102 ruang kelas
SDMI, 62 ruang kelas untuk tingkat SMPMTs, dan 24 ruang kelas untuk tingkat SMAMA.
3. Tersalurkannya Biaya Operasional Sekolah BOS bagi SDMI dan
SMPMTs berdasarkan jumlah peserta didik. Jumlah sekolah penerima dana BOS yang berasal dari dana APBN ini dalam tahun 2006 adalah 890
sekolah untuk tingkat SDMI, dengan jumlah siswa sebanyak 256.895 siswa, dan 394 sekolah dengan jumlah siswa sebanyak 129.215 siswa, untuk
tingkat SMPMTs. Sedangkan dana yang disalurkan sebanyak Rp. 59.882.935.000,- untuk tingkat SDMI dan sebesar Rp. 38.413.174.250,-
untuk tingkat SMPMTs. 4.
Terselenggarakannya SMP terbuka dengan menampung 250 peserta didik. Adapun damapk yang ditimbulakn karena adanya beberapa program diatas,
adalah sebagai berikut: 1.
Meningkatnya jumlah siswa pada semua jenjang pendidikan sekaligus terlampauinya wajib belajar 9 sembilan tahun sebagai program nasional dan
mengarah pada usaha mewujudkan wajib belajar 12 dua belas tahun sebagai program Kota Medan.
2. Tingginya komitmen untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan
pendidikan masyarakat, yang ditandai dengan keberhasilan mempertahankan
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
peningkatan angka partisipasi kasar APK dan angka patisipasi sekolah APS.
3. Meningkatkan citra pendidikan melalui perlombaan-perlombaan yang
diselenggrakan baik ditingkat lokal maupun tingkat nasional.
Berdasarkan tabel diatas ternyata dana yang dialokasikan untuk bidang kesehatan lebih kecil dibandingkan dengan dana yang dialokasikan untuk bidang pendidikan
sebelum adanya otonomi daerah. Padahal kesehatan pendidikan sama-sama sangat penting dalam kemajuan suatu daerah. Adapun yang menjadi indikator kesehatan
masyarakat kota Medan adalah sebagai berikut :
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
Tabel 4.6 Indikator Kesehatan Masyarakat Kota Medan Tahun 2004-2006
No. Jenis Indikator
Tahun 2004
2005 2006
01. Angka Kelahiran Kasar
2.37 2.27
2.25 02.
Umur Harapan Hidup 69.90
70.70 71.40
03. Angka Kelahiran Kasar per 1000 Penduduk
1.70 1.59
1.50 04.
Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup
21.00 15.84
15.09 05.
Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup
162 120
110 06.
Angka Kesakitan Umum 12.30
12.21 11.70
sumber: BPS Kota Medan
Berdasarkan indikator kesehatan diatas, masyarakat Kota Medan tahun 2004- 2006 mengalami peningkatan derajat kesehatan yang dapat ditunjukkan melalui
angka kematian bayi1000 kelahiran hidup yang menurun dari 21 bayi pada tahun 2004 menjadi 15.09 bayi pada tahun 2006. Angka Kematian Ibu melahirkan100.000
kelahiran hidup yang menurun, dari 162 pada tahun 2004 menjadi 110 ibu yang meninggal pada tahun 2006. Adanya perbaikan-perbaikan kesehatan masyarakat
tersebut secara keseluruhan juga telah menjadikan bertambahnya Umur Harapan
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
Hidup yang tadinya menduduki pada umur 69.90 pada tahun 2004 sekarang menjadi 71.40 pada tahun 2006. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan
selama tahun 2004-2006 dibarengi oleh peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang diberikan. Pelayanan dasar kesehatan ini diberikan
oleh puskesmas puskesmas pembantu yang saat ini mencapai 39 unit dan 41 unit puskesmas pembantu disamping 27 unit puskesmas keliling, Rumah Sakit
Pemerintah, Swasta, Praktek Dokter, dll. Jangkauan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang berpenghasilan rendah juga meningkat seiring dengan adanya
pelayanan kesehatan dasar tanpa bayar di banyak puskesmas. Dalam beberapa tahun belakangan 2004-2006 penyelenggaraan urusan
Pemerintah Kota Medan dibidang kesehatan menetapkan program dan kebijakan pokok sebagai berikut :
• Pengadaaan Alat Kesehatan dan Penunjang
• Pembinaan Puskesmas, Dokter dan Paramedis Teladan
• Public Service Center
• Peningkatan Pelayanan Kesehatan
• Pelatihan Pola Asuh Anak dan pemantapan KB
• Pengadaan Pusekesmas Keliling
• Pengadaan Obat Generik
• Perbaikan Gizi Masyarakat Melalui Pemberian Vitamin A dan Fe untuk Ibu,
bayi dan balita.
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
• Peningkatan Kesehatan Reproduksi dan kanker terpadu.
• Pembinaan UKS dan Forum Kesehatan Remaja
• Revitalisasi Posyandu, dan Pembinaan Posyandu.
Adapun pencapaian yang diraih dari program-program yang dicanangkan diatas adalah sebagai berikut:
• Terlaksananya Revitalisasi Posyandu sebanyak 1.364 Posyandu.
• Terlaksananya Pembinaan Kader di 1.364 Posyandu
• Terlaksananya Pengadaan Mobil Public Safety Centre
• Terlaksananya Pengadaan dan Pendistribusian Alat Kesehatan, Furniture dan
Pelengkap Penunjang lainnya pada 39 Puskesmas dan 41 unit Puskesmas Pembantu.
• Terlasananya Pengadaan Obat-obat dan Pendistribusian Biaya Operasional
Public Safety Centre Kota Medan. •
Terlaksananya Pengobatan Gratis untuk Seluruh Masyarakat Kota Medan sebanyak 1.118.942 orang
• Terlaksananya BIAS Bulan Imunisasi Anak Sekolah dengan cakupan
126.491 dari target 142.897 anak sekolah atau sekitar 89.9.
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
Tabel 4.7 Perbandingan Pendapatan Asli Daerah dalam jutaan rupiah
Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah
Tahun Jumlah Dana
Tahun Jumlah Dana
1994-1995 38.491,10
1999-2000 59.420,21
1995-1996 44.461,20
2000 51.249,93
1996-1997 53.733,34
2001 59,420.000
1997-1998 55.680,40
2002 68,330.000
1998-1999 22.513,13
2003 72.890.000
2004 78.990.000
2005 92,740.000
2006 102.490.000
sumber : BPS Kota Medan
Melalui data tabel diatas dapat diketahui, jumlah dana PAD Kota Medan setelah otonomi daerah mengalami peningkatan untuk tiap tahunnya walau tidak
begitu besar seperti dari Rp. 92,740.000,- pada tahun 2005 menjadi Rp. 102,490.000,- pada tahun 2006. Dari tahun ke tahun laju pertumbuhan PAD mengalami
peningkatan. Sedangkan sebelum adanya otonomi daerah jumlah PAD Kota Medan mengalami naik turun.
Tabel 4.8 Perbandingan Dana Alokasi Umum Kota Medan Tahun 2001-2006
dalam Jutaan Rupiah
Tahun Jumlah Dana
2001 266.81
2002 341.03
2003 396.67
2004 404.989
2005 426.572
2006 574.568
sumber : BPS Kota Medan
Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009
Melalui data tabel diatas diketahui bahwa jumlah dana DAU Kota Medan mengalami peningkatan untuk tiap tahunnya, seperti dari Rp. 426.572,- pada tahun
2005 menjadi Rp. 574.568,- pada tahun 2006. Dari tahun ke tahun laju pertumbuhan DAU terus mengalami peningkatan.
Tabel 4.9 Perbandingan Dana Alokasi Khusus Kota Medan Tahun 2001-2006
dalam Jutaan Rupiah
Tahun Jumlah Dana
2001 -
2002 319,13
2003 -
2004 6.500
2005 4.000
2006 20.480
sumber : BPS Kota Medan
Melalui data tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah dana DAK untuk Kota Medan meningkat. UU No.33 tahun 2004 menyatakan bahwa kebutuhan khusus
yang dapat dibiayai dengan DAK antara lain kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan rumus DAU dan atau kebutuhan yang merupakan
komitmen atau prioritas nasional. Itu berarti di Kota Medan terdapat kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan hingga dana DAK ini dibutuhkan.
4.4 Analisis Data