Dekonsentrasi Tugas Perbantuan TINJAUAN TEORITIS

Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 3. Membuat peraturan sendiri dengan perda . 4. Menggali sumber-sumber keuangan sendiri, menetapkan pajak retribusi, dn lain-lain usaha yang sah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Dekonsentrasi

Dekonsentransi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan atau perangkat pusat di Daerah.

d. Tugas Perbantuan

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan Desa dan dari Daerah ke Desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan. Suatu daerah dapat dikatakan mempunyai suatu otonomi kalau mempunyai ciri-ciri : 1. Adanya unsur tertentu diserahkan oleh Pemerintah Pusat atau Daerah Tingkat Atas kepada Daerah untuk diatur dan diurusnya dalam batas-batas wilayahnya. 2. Pengaturan dan pengurusan tersebut atas inisiatif sendiri dan didasarkan pada kebijaksanaan sendiri pula Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 3. Ada alat-alat perlengkapan atau organ-organ atau operator sendiri untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan tersebut. 4. Untuk dapat mengatur dan mengurus urusan-urusan tersebut, maka daerah perlu memilki sumber-sumber keuangan sendiri. Agar pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan atas asas desentralisasi dapat berjalan dengan baik, ada 3 tiga prasyarat minimal yang harus dipenuhi, yaitu : a. Daerah memiliki sumber keuangan sendiri, minimal sumber keuangan yang hasilnya dapat membiayai kegiatan rutin pemerintah daerah b. Daerah memiliki sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan daerah itu sendiri. Dengan kata lain daerah memiliki hak menentukan syarat-syarat rekruitmen pegawai baru yang benar-benar mereka butuhkan. c. Daerah dapat berinisiatif membuat aturan atau menterjemahkan aturan sesuai dengan kondisi riil yang dihadapi sedapat mungkin dearah bebas dari jeratan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari pemerintah pusat. Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat disamping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat nasional. Dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 terdapat 3tiga pola daerah otonom,yaitu Propinsi, Kabupaten dan Kota. Disamping sebagai Daerah Otonom, Propinsi ditetapkan pula sebagai Daerah Administrasi Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 dengan demikian Gubernur berperan ganda, disisi lain sebagai Kepala Daerah dan disisi lainnya sebagai Wakil Pemerintah. Dalam menyelanggarakan otonomi, daerah memilki hak, yaitu : a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya b. Memilih pimpinan daerah c. Mengelola aparatur daerah d. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah e. Mendapatkan bagi hasil dari pengeloalaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada didaerah f. Mendapatakan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah memiliki kewajiban, yaitu : a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat c. Mengembangkan kehidupan demokrasi d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan g. Menyediakan fasilitas social dan fasilitas umum yang layak h. Mengembangkan sistem jaminan social Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 i. Menyusun perencanaan tata ruang daerah j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah k. Melestarikan lingkungan hidup l. Mengelola administrasi kependudukan m. Melestarikan nilai budaya sosial n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya o. Kewijiban lain yang diatur dalam perundang-undangan

2.1.4 Ide Dasar Desentralisasi

Sejarah perekonomian mencatat desentralisasi telah muncul ke permukaan sebagai paradigma baru dalam kebijakan dan administrasi pembangunan sejak dasawarsa 1970-an. Tumbuhnya perhatian terhadap desentralisasi tidak hanya dikaitkan dengan gagalnya perencanaan terpusat dan populernya strategi pertumbuhan dengan pemerataan growth with equity, tetapi juga adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh ketidakpastian yang tidak mudah dikendalikan dan direncanakan dari pusat. Ada berbagai pengertian desentralisasi. misalnya, Maddick, mendefinisikan desentralisasi sebagai proses dekonsentrasi dan devolusi Maddick, 1983. Devolusi adalah penyerahan kekuasaan untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu kepada pemerintah daerah, sedang dekonsentrasi merupakan pendelegasian wewenang atas fungsi-fungsi tertentu kepada staf pemerintah pusat yang tinggal diluar kantor pusat. Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 Salah satu fenomena paling mencolok dari hubungan antara sistem pemerintahan daerah pemda dengan pembangunan adalah ketergantungan Pemda yang tinggi terhadap pemerintah pusat. Ketergantungan ini jelas terlihat dari aspek keuangan : Pemda kehilangan kekuasaan bertindak local discretion untuk mengambilm keputusan-keputusan penting dan adanya campur tangan pemerintah pusat yang tinggi terhadap Pemda. Pembangunan didaerah terutama fisik memang cukup pesat, tetapi tingkat ketregantungan fiskal antara daerah dengan pusat sebagai akibat dari pembangunan juga semakin besar. Ketergantungan fiskal terlihat dari relatif rendahnya Pendapatan Asli Daerah PAD dan dominannya transfer dari pusat. Adalah ironis, kendati UU telah menggarisbawahi titik berat otonomi pada kabupaten kota, namun justru kabupaten kota lah yang mengalami tingkat ketergantungan yang lebih tinggi dibangding propinsi. Adapun tujuan, tugas, dan kewajiban negara dan pemerintah Indonesia secara jelas dinyatakan dalam alinea terakhir UUD 1945 yang berbunyi : “…..melindungi segenap tumpah darah Indonesia,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Dengan melihat uraian diatas tadi maka dapat kita katakana bahwa tugas pokok dari pemerintah adalah untuk melakukan pelayanan terhadap masyarakat dan melakukan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan pemberian hak otonomi terhadap suatu daerah. Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009

2.1.5 Sejarah Desentralisasi Indonesia

Sentralisasi ataupun desentralisasi sebagai suatu sistem admnistrasi pemerintahan, dalam banyak hal, tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang surut seiring dengan perubahan konstelasi politik yang melekat dan terjadi pada perjalanan kehidupan bangsa. Pada prakemerdekaan, Indonesia dijajah Belanda dan Jepang. Penjajah telah menerapkan desentralisasi yang bersifat sentralis, birokratis, dan feodalistis untuk keentingan mereka. Penjajah Belanda menyusun suatu hierarki Pangreh Praja Bumiputera dan Pangreh Praja Eropa yang harus tunduk kepada Gubernur Jenderal. Dikeluarkannya Decentralisatie Wet pada tahun 1903, yang ditindaklanjuti dengan Bestuurshervorming Wet pada tahun 1922, menetapkan daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri sekaligus membagi daerah-daerah otonom yang dikuasai Belanda menjadi gewest identik dengan propinsi, regentschap kabupaten dan staatsgemeente kotamadya. Pemerintah pendudukan Jepang pada dasarnya melanjutkan sistem pemerintahan daerah zaman Belanda, dengan perubahan ke dalam bahasa jepang. Pada masa pemerintahan colonial terdapat 2 dua administrasi pemerintahan yang ada di masyarakat, yaitu administrasi pemerintahan kolonial yang dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal yang merupakan wakil pemerintah Belanda dan administrasi pemerintahan setempat yang berada dibawah pemerintahan kerajaan. Salah satu warisan pemerintah kolinial Belanda yang kemudian dipraktikkan dalam Sarah Dina : Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Medan, 2009. USU Repository ©2009 penyelenggaraan pemerintahaan di Indonesia adalah sentralisasi kekuasaan pada pusat pemerintahan, dam pola penyelenggaraan pemerintah daerah yang bertingkat.

2.2 Keuangan Daerah