Air merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit Indirawati, 2009.
Air minum isi ulang yang tercemar bakteri coliform perlu diolah sebelum dikonsumsi sebagai air minum. Memasak air minum hingga
mendidih merupakan cara yang paling baik untuk proses membunuh bakteri Chandra, 2007.
6.3
Gambaran Kelengkapan Fasilitas Sanitasi dan Hubungannya dengan Kontaminasi Bakteri
Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang
Pada penelitian ini diketahui akses terhadap fasilitas sanitasi pada air
minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 adalah 7 depot 23,3 yang memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi syarat adalah 23 depot 76,7.
Hampir sebagian besar depot tidak menyediakan tempat cuci tangan untuk pekerja mencuci tangan. Kelengkapan fasilitas sanitasi sangat kurang
diperhatikan oleh pemilik depot. Hasil uji statistik Mann Whitney didapatkan nilai p = 0,002 p0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna
antara kelengkapan fasilitas sanitasi dengan kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang. Hal tersebut di sebabkan karena sulitnya akan akses
terhadap fasilitas bahkan hampir sebagian besar tidak menyediakan fasilitas sanitasi pada depot yang menyebabkan air minum dapat terkontaminasi
bakteri. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yunus, Umboh
dan Pinontoan 2015 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fasilitas sanitasi pengelolaan sampah dengan kontaminasi Escherichia
coli dengan nilai p= 0,032. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=8,500, artinya sanitasi pengelolaan sampah yang tidak baik mempunyai peluang
8,500 kali untuk terjadinya kontaminasi Escherichia coli. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Kurniadi, dkk. 2013 menyatakan bahwa fasilitas sanitasi
yang tidak memenuhi syarat berpeluang terkontaminasi bakteri sebesar 6,667 kali di bandingkan dengan fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat.
Depot air minum isi ulang harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yaitu seperti tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dengan
sabun pembersih dan saluran limbah, tempat sampah yang memadai dan tertutup, saluran pembuangan air kotor limbah dan tersedianya toilet
Kemenkes, 2010. Fasilitas sanitasi yang tidak berfungsi secara optimal seperti saluran air yang tersumbat karena sampah, kondisi perumahan dan
lingkungan yang padat dengan kondisi septic tank yang tidak baik menjadi salah satu faktor penyebab pencemaran air Rahayu, Setiani dan Nurjazuli,
2013.
6.4 Gambaran Sarana Pengolahan Air Minum dan Hubungannya dengan
Kontaminasi Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang
Penelitian ini didapatkan hasil yaitu sarana pengolahan air minum
pada depot air minum isi ulang yang memenuhi syarat yaitu 18 depot 60 dan 12 depot 40 yang tidak memenuhi syarat. Dengan hasil uji statistik
Mann Whitney didapatkan nilai p = 0,001 p0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara sarana pengolahan air minum dengan
kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang. Hal tersebut dapat dipengaruhi karena sarana pengolahan air minum yang ada di depot masih
ditemukan yang menggunakan alat tidak dalam masa pakai walau perlengkapan yang digunakan terbuat dari bahan tara pangan dan tahan
korosi. Peralatan sangat berperan dalam mengolah air baku menjadi air minum. Kondisi peralatan dalam proses pengolahan air minum yang baik dan
memenuhi persyaratan akan menghasilkan air minum yang baik juga. Dalam penelitian Asfawi 2004 menunjukkan hasil bahwa ada
hubungan yang signifikan, antara kondisi pemrosesan air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis dengan nilai p-value 0,035. Namun sebaliknya
hasil penelitian yang dilakukan Maharani 2007 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara proses pengolahan air minum dengan kualitas bakteriologis
air minum isi ulang dengan nilai p=0,655. Pengolahan air minum di depot air minum isi ulang tidak seluruhnya
dilakukan secara otomatis sehingga dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan, dengan demikian kualitasnya masih perlu dikaji dalam rangka
pengamanan kualitas airnya Athena, Sukar dan Haryono, 2004. Selain itu apabila proses pengolahan kurang optimal dapat menyebabkan adanya
kontaminasi bakteri Natalia, Bintari dan Mustikaningtyas, 2014. Pemeliharaan peralatan pengolahan air minum juga menjadi penyebab
kontaminasi bakteri Marpaung dan Marsono, 2013. Apabila penanganan dan sarana pengolahan air minum kurang baik, kualitas air minum isi ulang
masih diragukan karena diduga dapat terkontaminasi mikroba patogen Radji, Oktavia dan Suryadi, 2008. Sehingga perlu dilakukan upaya pembersihan
pengolahan air minum sehingga air yang dihasilkan mempunyai efisiensi penyisihan yang tinggi terbebas dari cemaran bakteri Astari, 2009. Serta
dalam kegiatan produksi air minum diperlukan evaluasi terhadap instalasi
pengolahan air minum secara berkala untuk meningkatkan kualiatas air yang dihasilkan Rahadi dan Kardena, 2010.
6.5 Gambaran Kualitas Air Baku dan Hubungannya dengan Kontaminasi
Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang
Pada penelitian ini diketahui air baku yang digunakan pada depot air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 yaitu berasal dari mata air
Sukomoro sebanyak 24 depot, PDAM sebanyak 4 depot dan yang menggunakan air dari depot lainnya sebanyak 2 depot. Dengan hasil uji
statistik Mann Whitney didapatkan nilai p = 0,075 p0,05 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara air baku dengan
kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang. Hal tersebut diketahui depot yang menggunakan sumber air baku dari mata air Sukomoro yaitu lebih
banyak digunakan pada depot dan beberapa telah memenuhi syarat, tetapi juga ditemukan banyak yang terkontaminasi bakteri coliform pada air minum.
Sedangkan untuk sumber air baku PDAM dan depot lainnya semuanya tercemar bakteri colifom. Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan sumber air
baku sebelum di lakukan proses pengolahan telah tercemar bakteri. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maharani
2007 didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara kondisi air baku dengan kualitas bakteriologis air minum dengan nilai p=0,173. Namun tidak
sesuai dengan penelitian Rahayu, Setiani dan Nurjazuli 2013 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologi air baku
dengan kualitas mikrobiologi air produk depot air minum isi ulang dengan nilai p=0,0001. Hal tersebut didukung dengan penelitian Sembiring 2008
menyatakan kuatnya hubungan antara sumber air baku dengan kualitas bakteriologis dengan nilai p=0,000.
Kualitas air baku sangat menentukan kualitas air minum yang dihasilkan. Penyimpanan air baku lebih dari 3 hari dapat menurunkan kualitas
air minum yang dihasilkan Abdilanov, 2012. Apabila air baku yang diambil dari mata air yang terbuka dimungkinkan dapat terkontaminasi oleh
lingkungan disekitar. Proses pengambilan air baku juga perlu diperhatikan kebersihannya
karena diangkut
menggunakan mobil
tanki dan
memungkinkan air baku dapat tercemar selama dalam perjalanan membuat mikroorganisme berkembang Rahayu, Setiani dan Nurjazuli, 2013.
Lamanya waktu penyimpanan air dalam tempat penampungan dapat mempengaruhi kualitas sumber air baku serta adanya kontaminasi selama
memasukkan air ke dalam tangki pengangkutan Nuria, 2009. Tempat penyimpanan dan alat pengangkutan air baku yang digunakan
oleh depot air minum isi ulang juga telah sesuai dengan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651MPPKep102004 yaitu tentang
penampungan air baku dan syarat bak penampung air baku yang diambil dari sumbernya, air baku diangkut dengan truk tangki dan selanjutnya ditampung
dalam bak atau tangki yang terbuat penampung yang terbuat dari bahan stainless atau bahan tara pangan.
6.6 Gambaran Higiene Proses Pelayanan Konsumen dan Hubungannya
dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang
Dalam penelitian ini didapatkan hasil higiene proses pelayanan konsumen pada depot air minum isi ulang yaitu 10 depot 33,3 yang