Higiene Sanitasi Depot Air Minum

c. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Sedikitnya depot air minum harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yaitu: 1 Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah. 2 Fasilitas sanitasi jamban dan peturasan 3 Tempat sampah yang memenuhi persyaratan 4 Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap pengisian air baku. Seperti peneletiannya Yunus, Umboh dan Pinontoan 2015 menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fasilitas sanitasi pengelolaan sampah dengan kontaminasi Escherichia coli dengan nilai p= 0,032. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kurniadi, dkk 2013 bahwa fasilitas sanitasi yang tidak memenuhi syarat berpeluang terkontaminasi bakteri Escherichia Coli sebesar 6,667 kali di bandingkan dengan fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat. . d. Sarana Pengolahan Air Minum 1 Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan food grade, antara lain : a Pipa pengisian air baku b Tandon air baku c Pompa penghisap dan penyedot d Filter e Mikro Filter f Kran pengisian air minum curah g Kran pencucian pembilasan botol h Kran penghubung hose i Peralatan sterilisasi 2 Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam Pb, Tembaga Cu, Seng Zn, Cadmium Cd. 3 Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter dan alat sterilisasi masih dalam masa pakai tidak kadaluarsa. Dalam penelitian Asfawi 2004 menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan, antara kondisi pemrosesan air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis dengan nilai p=0,035. Namun sebaliknya dalam penelitian Maharani 2007 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara proses pengolahan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang dengan nilai p=0,655. Peralatan sangat berperan dalam mengolah air baku menjadi air minum. Kondisi peralatan dalam proses pengolahan air minum yang baik dan memenuhi persyaratan akan menghasilkan air minum yang baik juga. Dan sebaliknya apabila proses pengolahan kurang optimal dapat menyebabkan adanya kontaminasi bakteri Natalia, Bintari dan Mustikaningtyas, 2014. e. Air Baku 1 Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan No. 416MenkesPerIX1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. 2 Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum. 3 Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan sampel secara periodik. Dalam penelitian Rahayu dkk. 2013 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologi air baku dengan kualitas mikrobiologi air produk depot air minum isi ulang dengan nilai p=0,0001. Hal tersebut sejalan dengan Sembiring 2008 menyatakan kuatnya hubungan antara sumber air baku dengan kualitas bakteriologis dengan nilai p=0,000. Namun penelitan tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maharani 2007 didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara kondisi air baku dengan kualitas bakteriologis air minum dengan nilai p=0,173. Kualitas air baku sangat menentukan kualitas air minum yang dihasilkan. Penyimpanan air baku lebih dari 3 hari dapat menurunkan kualitas air minum yang dihasilkan Abdilanov, 2012. Lamanya waktu penyimpanan air dalam tempat penampungan dapat mempengaruhi kualitas sumber air baku serta adanya kontaminasi selama memasukkan air ke dalam tangki pengangkutan Nuria, 2009. f. Air Minum 1 Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Keputusan Menteri kesehatan Nomor 907MenkesSKVII2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. 2 Pemeriksaan kualitas bakteriologi air minum dilakukan setiap kali pengisian air baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan metode H 2 S. 3 Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel secara periodik. g. Pelayanan Konsumen 1 Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih. 2 Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusahapengelola depot air minum. 3 Setiap wadah yang telah diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter. 4 Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan, dan tidak boleh disimpan di depot air minum 1x24 jam. h. Karyawan 1 Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular. 2 Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemaran. 3 Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 2 kali setahun. 4 Memakai pakaian kerjaseragam yang bersih dan rapi. 5 Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen. 6 Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek hidungtelingagigi pada waktu melayani konsumen 7 Memiliki Surat Keterangan telah mengikuti kursus Operator Depot Air Minum Penelitian yang di lakukan Mirza 2014 hasil yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara higiene operator DAMIU dengan jumlah coliform air minum pada depot air minum isi ulang di Kabupaten Demak dengan nilai p sebesar 0,001. i. Pekarangan 1 Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan. 2 Selalu dijaga kebersihannya setiap saat. 3 Bebas dari kegiatan lain atau bebas dari pencemaran lainnya. j. Pemeliharaan 1 Pemilikpenanggung jawab dan operator wajib memelihara sarana yang menjadi tanggung jawabnya. 2 Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat, meliputi : a Tugas dan kewajiban karyawan b Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern c Data alamat pelanggan untuk tujuan memudahkan investigasi dan pembuktian Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651 Tahun 2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, mengatur persyaratan usaha yang meliputi : 1. Depot air minum wajib memiliki Tanda Daftar Industri TDI dan Tanda Daftar Usaha Perdagangan TDUP 2. Depot air minum wajib memiliki Surat Jaminan Pasokan Air Baku dari PDAM atau perusahaan yang memiliki izin Pengambilan Air dari Instansi yang berwenang. 3. Depot air minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk Pemerintah KabupatenKota atau yang terakreditasi.

2.4 Personal Hygiene Penjamah pada Depot Air Minum

Proses pengolahan air di depot air minum isi ulang yang tidak seluruhnya dilakukan secara otomatis juga dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan Athena dkk. 2004. Salah satu langkah yang tidak dilakukan dengan otomatis adalah pembersihan galon air dan proses pengisian air ke dalam galon. Pada proses ini galon mengalami kontak langsung dengan penjamahpekerja. Pekerja adalah sumber kontaminasi terbesar dari semua sumber pajanan mikroorganisme pada air minum. Pekerja yang tidak mengikuti latihan saniter berpotensi dapat mengontaminasi makanan dan minuman yang mereka sentuh dengan mikroorganisme patogenik. Tangan yang mengandung mikroorganisme yang dapat berpindah ke produk selama pemrosesan, pencucian serta pengisian galon melalui pelayanan lewat sentuhan. Kemudian hidung dapat menyalurkan bakteri melalui pernapasan, batuk atau bersin. Manusia merupakan makhluk berdarah panas, mikroorganisme dapat berproliferasi di dalam tubuh manusia dengan cepat khususnya jika tidak dilakukan praktik higine Marriott and Gravani, 2006. Pekerja yang sedang sakit tidak diizinkan untuk melakukan kontak dengan peralatan yang digunakan dalam tahap proses pengisian air galon. Dalam banyak kasus, penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme bisa saja masih melekat pada pekerja pada masa pemulihan sehabis sakit atau bahkan setelah sembuh dari sakit Marriott and Gravani, 2006. Dalam penelitian Novita 2004 di Palembang menyatakan bahwa higiene sanitasi personal mempunyai hubungan yang bermakna dengan kualitas air minum dengan nilai p=0,007. Berdasarkan Permenkes 2014 penjamah harus berperilaku higinis dan saniter dalam melayani konsumen seperti selalu mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan air yang mengalir setiap melayani konsumen, menggunakan pakaian bersih dan rapi, dan tidak merokok setiap melayani konsumen. Operator atau pekerja pada semua depot tidak berperilaku hidup bersih dan sehat karena saat bekerja tidak menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapih, tidak mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan dan merokok pada saat bekerja, hal ini dapat mencemari air minum yang dihasilkan Randang dkk., 2014. Higiene perorangan merupakan usaha untuk membatasi penyebaran penyakit, terutama yang ditularkan secara langsung lewat kontak individu. Setiap pekerja mempunyai tanggungjawab untuk menjaga kebersihan diri. Langkah dalam menjaga kebersihan pekerja untuk mencegah terjadinya penularan penyakit, yaitu Salvato, 2003: 1. Mencuci tangan sebelum bekerja secara menyeluruh setelah menggunakan toilet, merokok, mengusap hidung. Mencuci tangan dilakukan pada air mengalir dengan menggunakan sabun, dilakukan dengan menggosokkan kedua tangan secara bersama-sama minimal 30 detik disertai dengan membersihkan sela-sela jari dan kuku. 2. Selalu menggunakan sarung tangan yang dapat di daur ulang 3. Menjaga kebersihan tangan dan memastikan kuku selalu pendek dan bersih. 4. Menggunakan pakaian yang bersih dan memakai tutup kepala saat bekerja 5. Menutup hidung dan mulut menggunakan tissue saat bersin atau batuk, lalu membuang dan mencuci tangan. Pekerja tidak diperbolehkan merokok saat beraktivitas di depot air minum isi ulang. Bakteri dapat tumbuh dan mudah tersebar saat pekerja sedang sakit atau batuk. 6. Menjaga kebersihan tempat pengolahan air dan peralatan yang digunakan agar selalu tetap kering dan terlindungi dari berbagai macam vektor penyebab penyakit. Dalam penelitian Cahyaningsing 2009 menyatakan bahwa mencuci tangan sebelum bekerja menunjukkan p=0,003 yaitu ada hubungan yang sangat signifikan antara mencuci tangan sebelum bekerja dengan jumlah angka kuman dan jumlah E.Coli. Tangan yang tidak bersih dapat menjadi sumber kontaminasi bakteri patogen yang dapat meningkatkan resiko pencemaran. Penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan dalam bekerja juga diperlukan sebagai salah satu pencegahan terjadinya kontaminasi. Kebiasaan mencuci tangan sebelum bekerja dapat membantu memperkecil risiko terjadi kontaminasi bakteri dari tangan ke makanan Puspita dkk., 2014 Hasil penelitian Susanna 2003 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kuku tangan dengan kontaminasi bakteri. Kuku tangan sering menjadi sumber kontaminan atau mengakibatkan kontaminasi silang. Dalam praktek higiene perorangan aspek-aspek yang tidak terpenuhi akan berdampak terhadap terjadinya pencemaran, seperti terjadinya pencemaran oleh bakteri Escherichia coli yang diakibatkan oleh tangan pekerja yang kotor, kuku pekerja yang kotor, tidak mencuci tangan dengan sabun dan tidak menggunakan alat saat bekerja dan sebagainya sehingga pekerja dapat menjadi sumber penularan penyakit yang diakibatkan bakteri kepada konsumen Setyorini, 2013.

2.5 Penentuan Skoring dengan Skala Guttman

Menurut Sugiyono 2011 skala Guttman yaitu skala pengukuran yang akan didapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “positif- negatif”, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio. Skala Guttman selalu dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. Berikut contoh:

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi dan Pemeriksaan Kandungan Nitrat pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Padang Tahun 2012

2 95 120

Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Tanjungpinang Barat Tahun 2012

9 116 129

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli DALAM AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

10 54 60

Identifikasi escherichia coli pada air minum isi ulang dari depot di Kelurahan Pisangan dan Cirendeu tahun 2015

2 13 69

Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang (AMIU) Depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

0 14 97

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Hubungan Higiene Sanitasi Dengan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kawasan Universitas Muhammadyah Surakarta.

0 5 16

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Hubungan Higiene Sanitasi Dengan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kawasan Universitas Muhammadyah Surakarta.

0 2 12

IDENTIFIKASI BAKTERI Coliform-fecal DALAM AIR MINUM ISI ULANG YANG BERKUALITAS RENDAH IDENTIFIKASI BAKTERI Coliform-fecal DALAM AIR MINUM ISI ULANG YANG BERKUALITAS RENDAH DI KOTA SURAKARTA.

0 1 13

Kandungan Bakteriologis, Flourida Pada Air Minum Isi Ulang dan Evaluasi Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum di Wilayah Kecamatan Denpasar Barat Pada Tahun 2016.

3 6 40

ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI Coliform PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG YANG BERADA DI WILAYAH KAYUTANGI KOTA BANJARMASIN

2 4 11