konteks pelayanan KIA, gaji sebagai PNS sudah ditetapkan sesuai dengan pangkat dan golongan kepegawaian petugas KIA itu sendiri, namun besarnya insentif
sebagai petugas KIA hendaknya disesuaikan dengan kondisi wilayah kerja masing-masing petugas.
5.2.4 Hubungan antara Hubungan Antar Pribadi Terhadap Kinerja Petugas KIA
Hasil uji korelasi pearson didapatkan bahwa hubungan antar pribadi berhubungan secara signifikan terhadap kinerja petugas KIA di Puskesmas Kota
Binjai dengan p = 0,001, namun dari uji regresi linear berganda hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara hubungan antar
pribadi terhadap kinerja petugas KIA di Puskesmas Kota Binjai dengan p = 0,291. Berdasarkan penelitian sebagian besar responden 23 71,9 memiliki
hubungan antar pribadi tinggi dan 7 21,9 memiliki hubungan antar pribadi sedang, serta 2 6,3 memiliki hubungan antar pribadi rendah. Kondisi
hubungan antar pribadi petugas KIA juga dapat menentukan apakah petugas KIA termotivasi untuk bekerja. Hasil penelitian menunjukkan secara umum hubungan
antar pribadi tergolong baik. Berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan kondisi hubungan
petugas KIA dengan atasan maupun rekan kerja berlangsung harmonis dilihat dari koordinasi antar program di puskesmas, serta optimalnya kepemimpinan
puskesmas dalam mengintegrasi seluruh program puskesmas dalam menunjang pencapaian pelayanan kesehatan dipuskesmas.
Sesuai pendapat Herzberg dalam Munandar, 2001 bahwa hubungan antar pribadi merupakan derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja lain. Kegiatan KIA di puskesmas merupakan bagian yang tidak dipisahkan dengan program lain di puskesmas, sehingga hubungan antar pribadi
antara petugas KIA dengan petugas program lainnya hendaknya berlangsung dengan baik sehingga target program yang ditetapkan dapat dicapai.
5.2.5 Hubungan Kondisi Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA
Hasil uji korelasi pearson didapatkan bahwa kondisi kerja berhubungan secara signifikan terhadap kinerja petugas KIA di Puskesmas Kota Binjai dengan
p = 0,001, demikian juga dari uji regresi linear berganda hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kondisi kerja terhadap
kinerja petugas KIA di Puskesmas Kota Binjai dengan p = 0,001. Sejalan dengan penelitian Djokosoetono dalam Anggraini 2007 yang
menemukan hasil bahwa kondisi kerja berinteraksi dengan dorongan untuk berkembang, perasaan tanggung jawab terhadap hasil pekerjaan menghasilkan
secara positif perasaan bahwa pekerjaan berarti. Demikian juga penelitian Juliani 2007 mengatakan bahwa motivasi dapat pula diciptakan dengan mengadakan
pengaturan kondisi kerja yang sehat. Hal ini menimbulkan motivasi kerja sehingga keinginan seseorang untuk melakukan pekerjaan dalam bentuk keahlian,
keterampilan, tenaga dan waktunya untuk melaksanakan pekerjaan.
Kondisi kerja yang dihadapi petugas KIA dalam melaksanakan pekerjaannya secara umum belum mendukung untuk dapat melaksanakan
program KIA secara optimal. Kondisi kerja dalam pelaksanaan program KIA ini sangat ditentukan oleh kondisi masyarakat yang menjadi wilayah kerjanya. Oleh
karena itu dukungan dan ketersediaan fasilitas yang mendukung pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
program KIA dan mampu meminimalisasi kondisi kerja yang ada perlu diperhatikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden serta pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penyebab kondisi kerja yang dirasakan petugas
KIA belum mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, akibat dari perkiraan jumlah sasaran program kegiatan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan,
demikian juga dengan respon masyarakat yang menjadi sasaran program seringkali kurang mendukung petugas KIA dalam melaksanakan kegiatan.
Sesuai pendapat Herzberg dalam Munandar, 2001 bahwa kondisi kerja merupakan derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan tugas
pekerjaan-pekerjaannya. Perencanaan kegiatan KIA di puskesmas, khususnya pencapaian target biasanya ditetapkan secara seragam untuk seluruh wilayah
puskesmas, padahal dalam pelaksanaannya tidak semua puskesmas mempunyai wilayah kerja yang sama kesulitannya baik dari aspek geografis maupun sosial
budaya masyarakat sehingga target yang disamaratakan setiap puskesmas kurang realistis.
Permasalahan yang paling berkontribusi dalam melaksanakan program KIA dari segi kondisi kerja yaitu belum mendukungnya ketercapaian dalam
memberikan pelayanan KIA. Ketercapaian yang dimaksud bisa sewaktu memberikan layanan kesehatan di luar gedung misalnya: posyandu, penyuluhan
kesehatan, rapat koordinasi. Selain itu masih ada beberapa puskesmas yang sulit untuk diakses dikarenakan sarana transportasi yang kurang, jarak antara tempat
tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan