Pengantar Adegan yang Diteliti
72
Tabel 4.1. Analisis Film Steve Campsall
Adegan Visualisasi Adegan
Pemain Interpretasi Simbolik
1 Vano
Menggambarkan pria
dewasa yang
matang dengan berpakaian rapi
serta membawa bunga menuju KUA.
2 Vano
dan Laras
Menggambarkan seorang anak yang broken home
dalam upaya melarikan diri menuju kawin lari
yang
telah disepakati
sebelumnya oleh kedua insan.
3 Ayah
Laras Memperlihatkan ketidak
setujuan sang ayah pada Vano
yang berusaha
mencegah Laras pergi dengan Vano.
4 Vano
dan Laras
Kebahagian dua insan terbebas dari pencegahan
ayah laras dan sedang dimabuk cinta yang akan
segera
melangsungkan pernikahan.
73
5 Vano
dan Laras
Kesungguhan menyatukan cinta dalam
ikatan pernikahan.
Tabel 4.2. Ikon, Indeks dan simbol dalam Adegan “Rumah Laras menuju KUA”
Ikon Ikon pada adegan ini diperlihatkan dengan beberapa setting yaitu situasi
yang mendesak. Disini setting sebagai ikon dari kesiapan Vano yang matang untuk membawa laras keluar rumah menuju KUA. Disisi lain
diperlihatkan desain rumah orang kota di indonesia dan kendaraan yang menunjukan terjadi dimasa kini.
Indeks
Terdapat percakapan antara Vano dan Laras yang mengisyaratkan kesiapan mereka untuk menyegerakan pernikahan dengan cara kawin lari
karena tidak direstui orang tua Laras, serta kekecewaan Vano atas penolakan KUA karena ketidak lengkapan syarat yang berujung pada
negosiasi dengan calo KUA. Ini dapat dilihat diadegan selanjutnya.
Simbol Simbol didominasi oleh kedua pemeran. Vano dan Laras yang
divisualisasikan sebagai pemuda masa kini yang matang, smart, romantis dan simpel. Dan laras yang divisualisasikan dengan wanita yang
mencintai Vano dan ingin segera menikah agar terlepas dari prilaku korup ayahnya yang membuat ia broken home.
Secara kronologis, adegan pertama diawali oleh Vano yang menjemput Laras dirumahnya. Disini sutradara menggunakan jarak kamera Long Shot
yang dilanjutkan dengan Close Up, yang mana sutradara ingin memvisualisasikan Vano agar interpretasi dapat mudah dimaknai karena
keadaan Vano yang mengendarai motor dengan pakaian rapi dan kesiapannya menikah.
Dipotongan shot yang kedua, memvisualisasikan Laras yang keluar rumah tanpa izin kepada ayahnya karena tidak setuju dengan Vano dengan
74
cara melompati pagar lantai dua ke atap mobil kemudian melompat kebawah dengan Vano yang siap menangkapnya. Disini digunakan jarak kamera long
shot karena sutradara ingin memperlihatkan setting latar keberadaan laras. Dan yang menjadi pilihan sutradara adalah rumah yang bernuansa
metropolitan dengan lantai dua yang menjorong keluar dan keberadaan mobil agar memudahkan laras turun.
Selanjutnya adalah adegan ayah Laras yang keluar dari rumah. Visualisasi dilakukan dengan menggunakan jarak kamera close up, agar
interpretasi yang diinginkan terwujud yaitu ayah Laras yang marah dengan raut wajah menunjukan kekesalan, penyesalan dan kemarahan karena tak
dapat menghentikan laras pergi dengan Vano. Kemudian potongan adegan selanjutnya memperlihatkan Vano dan
laras yang bahagian lepas pencegahan ayahnya. Serta keakraban dan romantika diatas seperda motor menuju KUA. Adegan ini menggunakan jarak
kamera long shot dan close up agar visualisasi tepat. Potongan adegan selanjutnya adalah tiba diKUA. Adegan ini menggunakan jarak kamera close
up agar visualisali percakapan Vano dan laras mengena dengan akurat. Secara keseluruhan tehnik pengambilan gambar dilakukan dengan
beberapa tehnik sinematografi. Jarak kamera menggunakan long shot, close up, mid shot, knee shot, extreem close up, dan 2 shot. Sedangkan moving
camera menggunakan tehnik framing in, panning, fading walking shot, fast road effect shot dan moving object. Pencahayaan yang digunakan
menggunakan key light dan fill lightyang berfungsi memperjelas objek. Tata
75
suara tidak banyak menggunakan edit, hanya penambahan soundtrack yang membuat suasana menjadi lebih hidup, selebihnya menggunakan dieges
sound. Editing yang digunakan dalam sequen ini adalah Elliptical Editing
yang bertujuan mempersingkat waktu cerita film. Sedangkan dalam hal camera angel, terdapat beberapa tehnik. Pada saat laras keluar dari atas
rumahnya, sutradara menggunakan tehnik low angel yang bertujuan memvisualisasikan laras dengan kepercayaan diri yang kuat. Dan pada saat
ayah laras keluar dari dalam rumahnya untuk mengejar laras sutradara menggunakan high angel untuk memvisualisasikan karakter ayahnya yang
terintimidasi. Pemunculan simbol divisualisasikan beradasarkan narasi. Simbol pria
dewasa yang matang pada adegan 1. Simbol anak broken home atas prilaku sang ayah yang korup di adegan 2. Simbol penolakan pada adegan 3. Simbol
pasangan yangsaling mencintai di adegan 4 dan simbol kesungguhan hati pada adegan 5. Tanda lain yang didapat adalah lambang tulisan KUA pada sebuah
gedung yang menghasilkan interpretasi sebuah lembaga resmi urusan agama. 2.
Adegan 2. kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah Selanjutnya adalah adegan dimana kedua pasangan ini berselisih
pendapat. Setelah tiba di KUA, Vano pun langsung bergegas mengurus pernikahannya dengan melapor ke pegawai KUA. Ternyata permintaanya
ditolak karena syarat utama yaitu kartu keluarga tidak dimiliki oleh mereka. Vano kemudian berinisiatf menggunakan jasa calo untuk memperlancar
76
prosesi penikahan. Disisi lain, laras yang tidak membawa kartu keluarga karena tidak ingin pernikahannya dihadiri oleh sang ayah menolak untuk
menggunakan jasa calo. Diawal adegan, Vano dan laras yang terlihat bahagia seketika berubah
setelah Vano keluar dari dalam KUA. Keadaan semakin berbeda setelah Vano mendesak lasar, juga telefon Vano yang terus berbunyi karena teman dan
bosnya dikantor selalu bertanya tentang pekerjaan yang ditinggalkan sementara olehnya memudarkan kebahagiaan Laras secara perlahan.
Kemudian sang calo yang terus mendesak dengan menggunakan dalil-dalil agama untuk menyakinkan agar jasanyanya digunakan oleh mereka membuat
laras semakin kesal. Ada beberapa percakapan antara Vano dan Laras yang cukup menarik:
Vano : harus pake kartu keluarga lagi.
Laras : yah, trus gimana dong?
Telefon Vano berdering Vano berbicara ditelefon Vano
: kamu enggak bawa KK?
Laras : kan di papa
Vano : yaudahlah pake orang dalem aja
Laras
: maksudnya? Telefon Vano berdering Vano berbicara ditelefon
Vano
: sorry, sorry.. iya orang dalem
Laras : calo?
Vano : iyalah, biar cepet
Laras : kok gitu sih? Emang kita buru-buru mau kemana?
Vano : kan mau ke flores
Laras : ah...gak ada ah, pokoknya aku gk mau
Vano
:jangan marah dong, ini kan sepele
Laras : hal gede itu mulainya dari yang kecil, kalau aku tau kamu begini,
aku akan mikir dua kali buat bilang “iya, saya terima nikahnya”.
77
Dalam dialog ini, sutradara memvisualisasikan toko Vano sebagai orang yang terbiasa dan tak sadar bahwa perbuatannya tersebut sudah masuk
dalam katergori korupsi, yang mana prilaku menyimpang tersebut telah larut dalam kebiasaan sehari-hari sehingga dianggap lumrah. Dalam dialog ini
divisualisasikan tokoh Laras yang mencoba menyakinkan Vano untuk tidak menggunakan calo, ia pun sungguh-sungguh menolak pernikahannya ternodai
dengan menggunakan jasa calo yang termasuk perbuatan korupsi. Hingga akhirnya ia teringat akan kisahnya dimasa kecil tentang gurunya, yaitu pak
markun.
Tabel 4.3. Adegan kuartel dikarenakan kurangnya persyaratan nikah
Adegan Visualisasi Adegan
Pemain Interpretasi
1 Vano dan
Laras Keresahan karena
gagal menikah.
2 Vano dan
Laras Tetap sibuk disela-
sela pernikahan
yang tidak
direncanakan dengan baik.
78
3 Vano dan
Laras Kebiasaan
menggunakan jasa calo yang dianggap
lumrah.
4 Calo
Calo yang tiada hentinya merayu.
5 Calo,
Laras dan Vano
Usaha seorang calo yang
gigih menyakinkan
kliennya dengan
menghalalkan segala cara demi
uang.
6 Calo,
Vano dan Laras
Ketidak setujaun
Laras menggunakan jasa
calo.
79
Tabel 4.4.
Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan “kuartel dikarenakan kurangnya persyarat
an nikah” Ikon
Ikon pada adegan ini terletak pada setting latar yang sengaja dipilih didepan kantor KUA. Terlihat jelas pada keterangn
gedung yang bertuliskan KUA.
Indeks
Indeks pada adegan ini terdapat pada ungkapan Vano bahwa ―harus menggunakan kartu keluarga lagi‖ dengan nada
mengeluh. Juga perkataan calo yang menggunakan dalil agama ―itu sudah fitrahnya Allah SWT‖ dengan penuh
keyakinan.
Simbol Simbol yang mencuat adalah keberadaan dan kebiasaan
menggunakan calo
yang dianggap
lumrah untuk
melancarkan proses. Secara konvensional, simbol-simbol kelemahan untuk melakukan hal yang benar terdapat pada
tindakan yang disadari dari kebiasaan berfikir dan bertindak. Simbol lain adalah keteguhan hati laras yang tetap tidak
ingin menyuap petugas KUA meskiput keluarga atau ayahnya melakukan hal tersebut.
Secara kronologis adegan ini menggunakan shot on location. Adegan ini menceritakan kuartel antara Vano yang ingin menggunakan jasa calo dan
Laras yang menolak menggunakannya karena kurangnya kelengkapan persyaratan nikah. Serangkaian adegan ini seolah menggambarkan kebiasan
masyarakat yang menggunakan jasa calo karena keberadaannya sudah terlalu mainstream sehingga dianggap lumrah. Yang pada akhirnya lasar
menceritakan gurunya pak markun yang tidak mau menyuap ayanya agar diangkat menjadi PNS pada adegan ke 3.
Mengenai tehnik jarak kamera atau ukuran gambar framing size dalam adegan ini menggunakan beragam tehnik, yang bertujuan mendapatkan
hasil yang maksimal. Diantaranya adalah big clos up, ini terjadi ketika laras menyesal dengan keputusan Vano yang ingin menggunakan jasa calo untuk
80
melancarkan prosesi nikah. Medium close up terdapat pada saat keduanya sedang berkuartel, adegan ini juga menggunakan 2 shot dan over shoulder shot
dan mid shot. Dalam adegan ini, editing yang digunakan adalah editing kontinuiti,
yang bertujuan agar hubungan kontinuitas naratif antar shot tetap terjaga. Dan dalam tehnik editing ini aspek mise-en-scene dan sinematografi diperhatikan
secara detail oleh sutradara, juga aspek 180°. Full shot digunakan ketika Vano memasuki kantor KUA. Sedangkan
long shot terjadi saat keduanya sedang duduk mendiskusikan mengenai jasa calo, tehnik ini berfungsi untuk menunjukan objek dan latar belakangnya.
Sedangkan moving camera menggunakan fading, dan framing. Pada pencahayaan menggunakan key light guna mendapatkan objek yang lebih
jelas. Sedangkan pada tata suara, dalam adegan ini tidak ada tambahan suara, hanya menggunakan dieges sound.
Ada dialog yang menarik antara calo, laras dan Vano, namun Vano dan Laras hanya mendengarkan rayuan calo. Berikut dialog tersebut:
Calo : gimana mas, mau dibantuin gak?
Mas, untuk keluarga mawaddah dan sakinah emang butuh bantuan. Biar cepat, iya kan?
Ahaha..pasti embaknya ini juga udah gk sabar ya mau ngelayanin suami? Ahaha
Itu sudah fitrahnya Allah SWT, iya kan mbak? Ahaha Gak usah malu-malu mbak, saya udah paham dah kalo
orang udah ngebet banget pengen kawin. Ya itu sudah tertulis dalam Alquran, dari pada zina?
Percakapan ini membuat laras semakin kesal dengan keadaan, yang membuat Vano bingung harus berbuat apa dengan dtampilakan wajah Vano
81
dengan tehnik jarak camera mediun close up dengan latar belakang laras, calo dan KUA.
3. Adegan 3 Pemecatan dan perjuangan pak markun melawan korupsi
Pada adegan selanjutnya adalah bagaimana pak markun berjuang tidak mau menyuap agar diangkat sebagai PNS. Adegan ini sebenarnya masih
berhubungan dengan adengan sebelumnya, yaitu ketika laras bercerita kepada Vano tentang pak Markun di KUA. Flash back adegan yang kembali kepada
masa laras kecil. Gurunya pak markun dengan setia mendidik anak didiknya meski hanya sebagai guru honorer. Caranya mengajar membuat ia
didambakan sebagai guru yang paling pandai menyampaikan materi kepada murid-muridnya.
Pilihannya untuk tidak menyuap pengangkatannya sebagai guru tetap sekaligus sebagai pegawai neger sipil, membuat ia harus dikeluarkan, karena
sekolah telah mendapatkan guru pengajar yang telah dilantik sebagai guru tetap disekolahnya mengajar. Kegigihannya mengajar tidak berhenti sampai
disitu, pak markun tetap mengajar meskipun sudah tidak menjabat sebagai guru lagi. Terkadang ia ngamen berperan sebagai badut menghibur anak-anak
kelilingkampung untuk mendapatkan rezeki. Sementara istrinya dirumah selalu mengeluhkan keteguhannya yang tidak mau membayar untuk
menjadikanya guru tetap dan PNS. Kegigihannya tidak hanya sampai pada pemecatannya karena sekolah
sudah mendapatkan guru tetap. Dirumah, pak markun pun selalu dirayu oleh istrinya untuk memberikan uang, agar segera diangkat menjadi guru tetap.
82
Namun pak markun tidak menghiraukannya dan hanya mendengarkan saja tanpa memberikan argumen. Pasca pemecatanya, pak markun sering menjadi
badut untuk menghibur anak-anak dikampung-kampung dan sang isteri selalu mengeluhkan kegigihannya itu.
Tabel 4.5 Adegan Perjuangan pak markun melawan korupsi
Adegan Visualisasi Adegan
Pemain Interpretasi
1 Ayah laras
Mengumpulkan uang
hasil penyuapan
oleh peserta calon guru
tetap yang
diselipkan dalam map.
2 Pak
markun dan
guru lain
Pemecatan pak
markun
3 Pak
markun dan istri
Keputusan pak
markun menjadi
badut dengan
harapan mengambil
hati murid-murid.
83
4 Pak
markun Dilema batin oleh
permintaan sang
sitri yang
juga menyuruhnya
membayar sejumlah
uang untuk
mendapatkan SK guru tetap.
Tabel 4.6. Ikon, Indeks dan Simbol dalam adegan perjuangan
pak markun melawan korupsi Ikon
Ikon yang terdapat dalam adegan ini tertera pada pemilihan setting lokasi yang menunjukan keadaan
sekolah SD, terdapat pada adegan pemecatan pak markun.
Indeks Indek dalam adegan ini terdapat pada serangkaian kata-
kata pak markun, terutama pada ceritanya kepada murid- murid agak tidak menyerah untuk berbuat jujur.
Simbol Dalam adegan ini, simbol yang ditunjukan adalah sikap
gigih pak markun yang tetap mengajarkan kebaikan meski sudah tidak menjadi guru bagi murid-muridnya
lagi, dan menolak permintaan istri untuk membayar sejumlah uang agar menjadi guru tetap, meski kondisi
financial keluarga kurang baik.
Secar kronologis, adegan ini menceritakan keteguhan hati pak Markun menolak melakukan korupsi. Berkas yang ia serahkan sebagai persyaratan
menjadi guru tetap tidak ia selipkan amplop yang berisakan uang seperti peserta lainnya. Meskipun dalam keadaan financial yang kurang baik ia tetap
menolak melakukan korupsi, hingga sang istri merayu pun ia tetap tidak meng-amini perbuatan tersebut hingga akhirnya maut menjemput. Mood yang
coba dibangun dalam adegan ini adalah kesedihan dan kekuatan batin untuk tetap berlaku jujur.
84
Untuk pengambilan gambar, dalam adegan ini banyak menggunakan penggabungan tehnik pengambilan gambar. Pada adegan dimana istri pak
marku merayu untuk membayar sejumlah uang, tehnik pengambilan gambar menggunakan mid shot yang digabungkan denganover shoulder shot dalm 2
shot yang dipadukan dengan tehnik moving camera yaitu follow untuk mengikuti objek dalam bergerak searah. Kemudian adegan dimana laras yang
mendatangi rumah pak markun karena sakit yang diderita pak markun, tehnik yang digunakan adalah door frame shot yang dipadu dengan camera angel,
fungsinya untuk menyampaikan karakter objek dalam hal ini laras dalam keadaan tidak langsung pada objeknya. Kemudian dlam adegan lainnya
banyak didominasi dengan menggunakan long shot. Aspek lainnya yaitu pada pakaian. Pak Markun yang menggunakan
kemeja biasa yang mengimplementasikan sebagai guru honorer, sedangkan dalam keadaan bersamaan terdapat seorang guru yang menggunakan pakaian
dinas resmi. Kemudian juga ketika pak markun berdandan sebagai badut yang menggambarkan cara atas kegigihannya menjadi guru tetap dengan menolak
menyuap dan lebih memilih mengambil hati murid-muridnya dengan mengajar yang baik dan benar. Editing dalam adegan ini menggunakan tehnik
jump cut, seperti pada saat istri pak markun mendesak agar membayar sejumlah uang dengan tujuan diangkatnya sang suami menjadi guru PNS.
Komponen lainnya adalah tata cahaya. Di adegan ini banyak menggunakan kita dapat menganalisis pencahayaan dari arah datangnya
cahaya. Frontlight atau pencahayaan dari depan terdapat pada adegan dimana
85
pak Markun bercerita kepada murid-muridnya, yang bertujuan memberikan kesan yang rata tanpa dimensi dan efek bayangan yang relatif kecil. Adapun
jenis cahaya yang digunakan sebagai sumber cahaya adalah fill in light, meskipun kebenarannya masih diragukan, yang berfungsi sebagai cahaya
pengisi yang digunakan untuk mengurangi kepekaan daerah-daerah gelap atau berbayang yang ditimbulkan oleh main light untuk memunculkan detail
objeknya. Pada tata suara, adegan ini banyak didominasi oleh dieges sound, yang
berarti suara didapatkan dari objek langsung. Namun pada adegan dimana pak markun bekumpul dengan murid-muridnya untuk melepaskan balon terdapat
sound effect berupa music instrumental. Sutradara memvisualisasikan karakter pak markun yang berjiwa
tangguh, ikhlas, gigih dan rendah hati. Dimana saat ini sulit sekali menemukan orang berkarakter seperti pak markun yang berani melawan sistem yang
korup, melawannya dengan tetap berada dalam lingkungan sistem tersebut. Namun na‘as, perjuangan dan kegigihan pak markun melawan korupsi harus
berakhir karena sakit dan meninggal dunia, sad ending.