Ciri-ciri dan Faktor-faktor Penyebab

53 2 Penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang, takut dianggap bodoh kalau tidakmenggunakan kesempatan. 3 Langkanya lingkungan yang anti korup: sistem dan pedoman anti korup hanya dilakukan sebatas formalitas saja. 4 Rendahnya pendapatan penyelengara negara. Pendapatan yang diperoleh penyelenggara negara harus mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara negara, mampu mendorong penyelenggara negara untuk berprestasi dan memberikan pelayanan tebaik bagi masyarakat. 5 Kemiskinan, keserakahan: Masyarakat kurang mampu melakukan korupsi karena kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan melakukan korupsi karena serakah, tidak puas dan menghalalkan segalacara untuk mendapatkan keuntungan. 6 Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah. 7 Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah darpada keuntungan korupsi: saat tertangkapmenyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya diringankan hukumannya. 8 Budaya permisif atau serba membolehkan; tidakmau tahu: menganggap biasa bila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak perduli orang lain,asal kepentingan sendiri terlindungi. 9 Gagalnya pendidikan agama dan etika: pendapat Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa agama telah gagalmenjadi pelidung moral bangsa dalam mencegah korupsi karena perilaku pemeluk agama itu sendiri. Pemeluk agama menganggap agama hanya berkutat pada tata car 54 beribadah saja. Sehingga agamanyaris tidak berfungsi dalam memainkan peran sosial. Menurut Franz, sebenarnya agama bisa memainkan peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial dibandingakan institusi lainnya. Sebab, agama memiliki ralasi dan hubungan emosional dengan pemeluknya. Jika diterapkan dengan benar kekuatan yang dimiliki ralasi emotional yang dimiliki agama bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak sangat buruk. Abdurrahman Hehamahua mendeskriptisikan perbedaan korupsi dilihat dari aspek motivasi: 1 Korupsi karena kebutuhan; 2 Korupsi karena ada peluang; 3 Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri; 4 Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintahan; atau 5 Korupsi karena ingin menguasai suatu negara.

4. Korupsi menurut Islam

a. Korupasi dalam Islam

Pengertian korupsi yang banyak tersebut dilihat dari sudut pandang fiqih Islam juga mempunyai dimensi-dimensi yang berbeda. Perbedaan ini muncul karena beberapa defenisi tentang korupsi merupakan bagian- bagian tersendiri dari fikih Islam. Adapun pengertian yang termasuk makna korupsi dalam fiqih Islam adalah sebagai berikut: Pencurian al- sariqoh, penyelewengan harta negara ghanimah, khianat al-khiyanat, 55 perampasan al-hirobah, penggunaan Hak orang lain tanpa izin al- ghosob, suap al-risywah. Hadiah dalam kamus artinya pemberian yang bisa bermaksud kenang-kenangan, penghargaan dan penghormatan. Adapun hadiah dalam pengertian fiqih Islam hampir sama dengan hibah, yaitu pemberian sesuatu untuk memuliakan seseorang tanpa mengharap balasan. 43 Pada Surat Al-Baqarah ayat 188 disebutkan secara umum bahwa Allah SWT melarang untuk memakan harta orang lain secara batil. Qurtubi memasukkan dalam kategori larangan ayat ini adalah: riba, penipuan, ghosob, pelanggaran hak-hak, dan apa yang menyebabkan pemilik harta tidak senang, dan seluruh apa yang dilarang oleh syariat dalam bentuk apapun. Al-Jassas penulis buku Ahkam Alquran Jilid 1 yang diterbitkan di Beirut oleh penerbit Dar al-Fikr tahun 1993 mengatakan bahwa pengambilan harta orang lain dengan jalan batil ini bisa dalam 2 bentuk: 1 Mengambil dengan cara zhalim, pencurian, khianat, dan ghosob menggunakan hak orang lain tanpa izin. 2 Mengambil atau mendapatkan harta dari pekerjaan-pekerjaan yang terlarang, seperti dari bungariba, hasil penjualan khamar, babi, dan lain-lain. 44 43 Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http:universityofachehnese.blogspot.com201106korupsi-dalam-perspektif-hukum- pidana.html, diakses pada 25 November 2012. 44 Ibid. 56 Selanjutnya pada surat Ali Imran ayat 161 lebih spesifik disebutkan tentang ghulul yang bermakna khianat.                         ―Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan pembalasan setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. ‖ Maksudnya khianat adalah mengkhianati kepercayaan Allah SWT dan manusia, terutama dalam pengurusan dan pemanfaatan harta ghonimah. Lebih jelas Ibnu Katsir menyebutkan dari Aufy dari Ibnu Abbas bahwa ghulul adalah membagi sebagian hasil rampasan perang kepada sebagian orang sedangkan sebagian lagi tidak diberikan. 45 Analog korupsi dengan ghulul menurut penulis adalah cukup dekat dengan alasan-alasan sebagai berikut : 1 Korupsi adalah penyalahgunaan harta negara, perusahaan, atau masyarakat. Ghulul juga merupakan penyalahgunaan harta negara, karena memang pemasukan harta negara pada zaman Nabi SAW adalah ghonimah. Adapun saat ini permasalahan uang negara berkembang tidak hanya pada ghonimah, tetapi semua bentuk uang negara. 45 Prof. Dr. Fazzan. MA, KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, melalui http:universityofachehnese.blogspot.com201106korupsi-dalam-perspektif-hukum- pidana.html, diakses pada 25 November 2012.