Film sebagai Sarana Pembelajaran

33 1 Fungsi Atensi Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Media gambar atau animasi yang diproyeksikan melalui LCD Liquid Crystal Display dapat memfokuskan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Hal ini berpengaruh terhadap penguasaan materi pelajaran yang lebih baik oleh siswa. 2 Fungsi Afektif Fungsi afeksi media visual dapat terlihat dari tingkat keterlibatan emosi dan sikap siswa pada saat menyimak tayangan materi pelajaran yang disertai dengan visualisasi. Misalnya, tayangan video gambar simulasi kegiatan pengelolaan arsip, video penggunaan mesin-mesin kantor, dan sejenisnya. 3 Fungsi kognitif Fungsi kognitif media visual terlihat dari kajian-kajian ilmiah yang mengemukakan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4 Fungsi kompensatoris Fungsi kompensatoris dari media pembelajaran dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa media visual membantu pemahaman dan ingatan isi materi bagi siswa yang lemah dalam membaca. 34 Mendukung pendapat di atas, Sudjana Rivai menyebutkan bahwa media pembelajaran dalam proses belajar bermanfaat agar: 23 1 Pembelajaran lebih menarik perhatian sehingga menumbuhkan motivasi belajar siswa. 2 Materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa. 3 Metode mengajar menjadi lebih variatif sehingga dapat mengurangi kebosanan belajar. 4 Siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar Sedangkan Arif S. Sadiman, dkk. menjelaskan kegunaan media pembelajaran sebagai berikut: 24 1 Memperjelas penyajian pesan. 2 Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. 3 Mengatasi sikap pasif, sehingga peserta didik menjadi lebih semangat dan lebih mandiri dalam belajar. 4 Memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama terhadap materi belajar.

B. Semiotika Film

Semiotika merupakan ilmu atau metode yang digunakan untuk mengkaji tanda. Semiotika berasal dari bahasa Yunani ― semeion‖ yang berarti ―tanda‖, atau ―seme” yang berati ―penafsiran tanda‖. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastika atas seni logika, retorika dan poetika. ―Tanda‖ pada 23 Sudjana Rivai, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 ,h. 2. 24 Arief S Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2011, h. 17-18. 35 masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api. 25 Hingga saat ini kajian mengenai semiotika dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah semiotika komunikasi. Pada semiotika komunikasi hal yang ditekankan adalah teori tentang produksi tanda yang salah satu diatanya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode sistem tanda, pesan, saluran komunikasi, dan acuan hal yang dibicarakan. Yang kedua adalah semiotika signifikasi. Pada jenis semiotika ini hal yang ditekankan adalah teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Namun tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi sehingga proses kognisi pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasi. Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi —pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal-hal things. Memaknai to signify dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan to communicate. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. 26 Studi tentang semiotika film pada awalnya terbatas pada permasalahan sintaksis, sintagma, gramtikal, yang cenderung pada studi kebahasaan. Meskipun demikian banyak tokoh yang menggunakan trikotomi Peirce ikon, 25 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung, PT.Rosda Karya, 2009, h. 16-17. 26 Ibid. h. 15 36 indeks, dan symbol tersebut. Semakin berkembang, ternyata kajian semiotika film semakin diminati dan akhirnya ditemukanlah sisi yang khas dari analisis semiotik film, yakni perbandingan percakapan, tulisan dan pesan teatrikal. Dalam teks film ada banyak aspek yang bisa dijadikan sebagai unit analisis. Seperti pada tataran visual, kita dapat memaknai teks-teks yang berupa ekspresi dan aksi langsung acting para aktornya, setting dimana adegan dibuat, lighting dan angle pengambilannya, serta artefak-artefak lain yang muncul dalam penggambaran ceritanya. Sedangkan pada tataran audio, aspek akustik musik, syair lagu, dialog, monolog, sound effect, atau jika ada voice over naratornya.

1. Semiotika Film Roland Barthes

Roland Barthes adalah salah satu tokoh semotika komunikasi yang menganut aliran semiotika komunikasi strukturalisme Ferdinand de Saussures. Semiotika strukturalis Saussures lebih menekankan pada linguistik. Teori semiotika Barthes kerap digunakan untuk menelaah tanda-tanda dalam bentuk iklan. Dengan teori ini, sebuah iklan tidak hanya bisa ditelaah secara apa yang tersurat, melainkan juga yang bisa sampai pada mitos di baliknya. Semiotika Barthes adalah mengenai konotasi dan denotasi. Barthes mendefinisikan sebuah tanda sign sebagai sebuah sistem tanda yang di dalamnya mengansung unsur ekspresi E dalam hubungannya R dengan isi C. 27 27 Indiwan, Semiotika Komunikasi, Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011, h. 16.