tersalurkan  akhirnya  akan  terwujud  dalam  perilaku  melukai  orang lain.  Karakteristik  ini  menunjukkan  bahwa  tujuan  dari  perilaku
agresi  adalah  ekspresi  rasa  marah  atau  frustasi  yang  dialami  atau untuk pelampiasan emosi itu sendiri.
b. Instrumental aggression
Yaitu agresi yang ditujukan sebagai alat atau sarana dalam mencapai tujuan  yang  lain.  Agresi  yang  muncul  semata-mata  digunakan
sebagai media mencapai tujuan tertentu.
4. Penyebab Perilaku Agresif
a. Faktor Internal
1 Neurobiologi
Freud  manyatakan  bahwa  manusia  berada  di  bawah pengaruh  dua  kendali  tersebut,  yang  pertama  adalah  insting
untuk  hidup  yang  dinyatakan  melalui  seksualitas,  yang  kedua adalah insting kematian yang diungkapkan melalui agresi Stuart
Sundeen,  2007.  Hasil  studi  menyatakan  bahwa  serotonin berperan sebagai  inhibitor utama pada perilaku agresif. Dengan
demikian,  kadar  serotonin  yang  rendah  dapat  menyebabkan peningkatan  perilaku  agresif.  Selain  itu  peningkatan  aktivitas
dopamin  dan  norepinefrin  diotak  dikaitkan  dengan  peningkatan perilaku  kekerasan  yang  impulsif  Baron    Donn,  2005.
Neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif:
serotonin,  dopamin,  norepinephrine,  acetilkolin,  dan  asam amino GABA.
2 Genetik
Kelompok  ini  menganggap  bahwa  agresi  adalah  sesuatau yang terdapat  dalam biologis  seseorang. Terdapat 2 tokoh  yang
mengembangkan  pandangan  ini,  yaitu:  1  Moyer  beranggapan bahwa  agresivitas  merupakan  suatu  proses  yang  ada  di  dalam
otak dan saraf pusat. Orang-orang yang memiliki kecenderungan agresivitas  tinggi  memiliki  struktur  dan  komponen  otak  yang
berbeda  dengan  orang  beragresivitas  rendah.  Selain  itu,  agresi terkait  dengan  hormon  testosteron  yang  tinggi;  2  Lagerspetz
1979,  berdasar  pada  teori  Mendell,  bahwa  agresi  adalah karakter  atau  sifat  yang  diturunkan  dari  orang  tua  ke  anak  dan
seterusnya.  Orang  tua  yang  agresi,  maka  anaknya  akan  agresi pula Luthfi, 2009.
3 Frustasi
Menurut Frustation-aggresion
theory, teori
ini dikembangkan  oleh  pengikut  Freud,  yang  berawal  dari  asumsi
bahwa  bila  usaha  seseorang  untuk  mencapai  suatu  tujuan mengalami hambatan, maka akan timbul dorongan agresif  yang
pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai  orang  atau  objek  yang  menyebabkan  frustasi.  Kondisi
di  mana  seseorang  merasa  jalan  yang  akan  ditempuh  untuk meraih  tujuan  dihambat,  dapat  menyebabkan  individu  yang
impulsif,  mudah  frustasi,  dan  rentan  terhadap  perilaku  agresif Nasir, 2011.
4 Stres
Menurut  Luthfi  2009,  stres  menunjuk  kepada  segenap proses,  baik  yang  bersumber  pada  kondisi-kondisi  internal
seperti kondisi emosional, pengaruh hormon, dan lain-lain yang bersifat  faali,  maupun  lingkungan  eksternal  seperti  perubahan
sosial  dan  memburuknya  kondisi  perekonomian.  Hal-hal tersebut
dapat memberikan
andil bagi
meningkatnya kriminalitas, termasuk didalamnya tindak kekerasan atau agresi,
yang menuntut penyesuaian atas organisme.
5 Kepribadianpersonality
Individu dengan
kepribadian otoriter
memiliki kecenderungan  agresi  lebih  tinggi.  Demikian  juga  halnya
dengan  orang  yang  bertemperamen  pemarah,  memiliki kecenderungan  agresi  lebih  tinggi  dibandingkan  temperamen
bukan pemarah Luthfi, 2009.
b. Faktor Eksternal