21
iddah yang bersesuaian dengan
undang-undang maupunhukum Islam.
3. Abrokhul Isnani2012, Pemberian
Nafkah Iddah Terhadap Isteri
Nusyuz Studi
Analisis Terhadap
Perkara Nomor:
96Pdt.G2009PA Depok.
Skripsi yang penulis buat itu membahas mengenai nafkah
iddah akibat isteri nusyuz, dan akan
memperdalam permasalahan
nafkah iddah
yang disebabkan karena isteri nusyuz. Karena dalam fiqih dan
juga KHI pasal 149 poin b, bekas suami wajib memberi
nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas isteri kecuali
bekas isteri telah dijatuhi talak bain atau nusyuz.
Berbeda dengan yang dibahas
oleh penulis,
yaitu penulis
tidak membahas
mengenai pemberian nafkah iddah
akibat isteri yang nusyuz, tetapi penulis di sini
membahas mengenai
pemberian nafkah iddah terhadap
isteri yang
dialak raj’i
dan kepatuhan
suami terhadap aturan hukum
Islam maupun undang- undang perkawinan yang
diberlakukan dalam
putusan Pengadilan.
22
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang menjadi pokok penulisan dan memudahkan para pemabaca dalam memahami tata
aturan penulisan, maka penulis menyusun sistematika penulisan seperti berikut:
BAB I : Pada permulaan bab ini penulis mengetengahkan gambaran pendahuluan
yang memuatkan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, riview studi terdahulu dan sistematika
penulisan.
BAB II : Dalam bab ini penulis menguraikan teori tentang nafkah iddah mengenai
hak-hak perempuan dalam perkawinan, perceraian dalam perkawinan, macam-macam iddah dan hikmah iddah, hak-hak perempuan dalam iddah dan iddah dalam Undang-
undang perkawinan.
BAB III : Bab seterusnya ini penulis membahas tentang latar belakang Peradilan
Agama, kewenangannya, dan bagaimana kompetensi absolut Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
BAB IV : Pada bab ini pembahasan mengenai aplikasi nafkah iddah di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan tentang deskripsi kasus cerai, data perkara, proses pelaksanaan nafkah iddah dan analisis yurisprudensi implementasi nafkah iddah.
BAB V : Merupakan bab yang terakhir dari penulisan ini meliputi kesimpulan dari
pembahasan, serta beberapa saran-saran berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini yang diharapkan dapat dijadikan bahan masukan pada pihak-pihak terkait.
23
BAB II NAFKAH IDDAH DALAM TEORI
A. Pengertian Nafkah dan Dasar Hukumnya
Nafkah secara bahasa, an-nafaqat adalah bentuk jamak dari kata nafaqah kata kerja yang dibendakan mashdar al-infaq, yaitu memberikan
sesuatu secara baik demi mengharap ridho Tuhan. Sedangkan menurut istilah nafkah adalah kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan istri dalam
meneyediakan makanan, tempat tinggal, pakaian dan obat-obatan.
1
Dalam kamus bahasa Indonesia nafkah juga diartikan
dengan“ bekal hidup sehari- hari atau belanja untuk memelihara
kehidupan”.
2
Kata nafaqah yang berasaldarikata
نا
dalam bahasa Arab secara etimologi mengandung arti
: ص ن
yang berarti berkurang. Juga berarti
ف ب
yang berarti hilang atau pergi. Bila seseorang dikatakan memberiakan nafaqah membuat harta yang dimiliknya menjadi sedikit karena telah
dilenyapkan atau dipergikannya untuk kepentingan orang lain. Bila kata ini dihubungkan dengan perkawinan mengandung arti:
“ sesuatu yang dikeluarkannya dari hartanya untuk kepentingan istrinya sehingga
menyebabkan hartanya menjadi berkurang”. Dengan demikian, nafaqah istri
1
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, Jakarta: almahira, 2010 , h. 41.
2
Tim PenyusunKamusPusatBahasa, KamusUmumBahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 2002, Cet. Ke- 1, h. 267.
berarti pemberian yang wajib dilakukan oleh suami terhadap istrinya dalam masa perkawinannya.
3
Secara terminologi, Sayyid Sabiq dalam bukunya fiqh As-Sunnah menyebutkan nafkah merupakan hak istri dan anak-anak untuk mendapatkan
makanan, pakian, dan kediaman serta beberapa kebutuhan pokok lainnya dan pengobatan, bahkan sekalipun si istri adalah seorang wanita yang kaya. Ada
pula ulama yang yang berpendapat bahwa nafkah adalah hak istri yang merupakan kewajiban suami semenjak adanya hubungan atau ikatan untuk
hidup bersama, yaitu pemberian nafkah dengan adil kepada istri menurut adat kebiasaan dan lingkungan masyarakat di mana istri tinggal.
4
Nafaqah adalah kewajiban suami yang harus dipikulnya terhadap istrinya. Nafaqah merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan suatu
keluarga; tidak nyaman kehidupan keluarga tanpa ketiga hal tersebut. Hal yang telah disepakati oleh ulama kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi suami
sebagai nafaqah adalah pangan, sandang dan papan. Ulama sepakat tentang kewajiban suami untuk memberi nafkah kepada istrinya berdasarkan dalil-
dalil Al- Qur’an, mereka berbeda dalam menetapkan kapan secara hukum
dimulai kewajiban nafaqah itu. Beda pendapat itu bermula dari beda pendapat mereka dalam hal apakah nafaqah itu diwajibkan karena semata melihat
3
Amir Syarifudun, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan , Jakarta: Kencana,2009 , Cet.Ke-3 , h.165.
4
A. Rahman I DJI, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. Ke-1, h. 267.