Struktur Organisasi PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN

59 60

C. Tugas dan Wewenang Pengadilan

Pengadilan Agama merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam, mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009. Pengadilan Agama atau Mahkamah Syar’iyah bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syari’ah. 8 Wilayah hukum atau yuridiksi yang dimaksud pada pembahasan ini bermuara pada istilah kewenangan memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan suatu perkara bagi pengadilan. Peradilan Agama mempunyai wewenang atau kekuasaan atau sering disebut kompetensi yang menyangkut dua hal. 9 1. Kompetensi relatif adalah kewenangan yang dimiliki Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama berdasarkan daerah. Maksudnya, 8 Mahkamah Agung Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama, Pedoman Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi Peradilan Agama, Buku II, Edisi Revisi 2010, h. 55. 9 Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006, h. 137. 61 kewenangan yang didasari atas batas-batas wilayah kabupaten atau kota setempat. 10 Pengadilan Agama berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten dan kota. Pada penjelasan Pasal 4 Ayat 1 berbunyi: “Pada dasarnya tempat kedudukan Pengadilan Agama ada di ibu kota, kabupaten atau kota, tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya pengecualian”. Jadi tiap-tiap Pengadilan Agama mempunyai wilayah hukum tertentu atau dikataka n mempunyai “yuridiksi relatif” dalam hal ini meliputi satu ibu kota kabupaten atau kota, atau dalam keadaan tertentu sebagai pengecualian mungkin lebih atau mungkin kurang. 11 2. Kompetensi absolut yaitu kekuasaan pengadilan yang berhubungan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan. Kekuasaan Peradilan Agama untuk memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. 12 Bahkan ketika kekuatan kerajaan Mataram telah merosot, perkara-perkara yang diancam dengan hukum badan dan hukuman mati yang merupakan kewenangan 10 Alam, Andi Syamsu dan M Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, Jakarta: Pena Media, 2008, Cet. Ke-1, h. 15. 11 Rasyid Roihan, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: Rajawali, 1991,Ed.1, Cet. Ke-1, h. 27. 12 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Prenada Media Group, 2005, h. 13. 62 pengadilan perdata, karena tidak dapat dikirim ke Mataram, menjadi wewenang Pengadilan Agama. Pengadilan Agama ini mengadili dan memutus perkara atas dasar hukum Islam dan berpedoman kepada hukum-hukum yang ditetapkan. Dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang menjadi kompetensi absolut Peradilan Agama yaitu: 13 1. Perkawinan 2. Kewarisan, Wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam 3. Wakaf dan Sedekah Sejalan dengan bertambahnya kompetensi Peradilan Agama berdasarkan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang perubahan Undanng-undang Nomor 7 Tahun 1989 dan telah dirubah kedua kalinya memperluas kewenangan Pengadilan Agama. Dalam Pasal 49 kewenangan tersebut ditambah dengan penanganan perkara zakat, infaq dan ekonomi syari’ah. Kewenangan baru lainnya dari Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 ini adalah dalam hal penyelesaian sengketa hak milik antara sesama orang Islam dan pemberian itsbat kesaksian rukyatul hilal dalam penentuan awal 13 Undang-undang No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 49 ayat 1.