tentang makna grafik perkembangan berat badan balita yang tertera pada KMS balita kepada ibunya, menjelaskan makna pengukuran
LILA pada ibu hamil, dan memberikan penyuluhan pada ibu hamil yang mengacu pada KMS ibu hamil Nusi, 2006. Oleh sebab itu,
kualitas kader akan memberikan pengaruh pada kinerja posyandu. 4.
Tahap Pelayanan paket Gizi dan Kesehatan : Pada tahap ini, tugas kader posyandu yaitu mendistribusikan tablet besi, vitamin A untuk
bayi dan balita, dan pemberian PMT. Selain itu, jika ditemukan adanya kasus gizi buruk, maka kader menganjurkan untuk ibu
membawa anaknya ke Puskesmas Nusi, 2006. 5.
Tahap Pembuatan Laporan dan Rencana Tindak Lanjut : Tahap pembuatan laporan dan tindak lanjut berdasarkan hasil penelitian
Kasmita dkk 2000 memiliki hubungan yang signifikan dengan jumlah balita dengan status gizi kurang, dengan kata lain semakin
rendah pelaksanaan pelaporan dan tindak lanjut maka, semakin tinggi jumlah anak dengan status gizi kurang. Oleh Karena itu, pembuatan
laporan dan tindak lanjut memiliki peran penting pada kinerja posyandu.
2.4.3 Komponen Output
Hasil antara output yaitu hasil langsung dari proses berupa pencapaian cakupan indikator hasil antara yang terdiri atas 3 indikator pilar
Indonesia Sehat 2010 yang akan mempengaruhi hasil akhir outcome, yaitu indikator-indikator keadaan lingkungan, indikator-indikator perilaku hidup
masyarakat, serta indikator-indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan dengan tolok ukur Indonesia Sehat 2010 dan Standar Pelayanan Minimal
SPM kabupatenkota bidang kesehatan Sulaeman, 2009. Hasil langsung output dari kegiatan posyandu diantaranya berupa
pencapaian pelaporan posyandu, cakupan penimbangan SKDN, cakupan ASI eksklusif, cakupan pemberian kapsul vitamin A, dan cakupan pemberian
tablet Fe dengan menggunakan tolok ukur Standar Pelayanan Minimal SPM kabupatenkota bidang kesehatan dan Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat
Tahun 2011 Pakhri, 2002. Cakupan penimbangan data SKDN dapat diuraikan sebagai berikut Sembiring, 2004 :
Data S : adalah data jumlah semua balita di wilayah kerja puskesmas. Data K : adalah adalah data jumlah balita yang terdaftar dan
mendapat Kartu Menuju Sehat KMS. Data D : adalah data jumlah balita yang datang dan menimbang berat
badannya ddi bulan tersebut. Data N : adalah data jumlah balita yang ditimbang dan naik berat
badannya. Data BGM : adalah data jumlah balita yang ditimbang dan berada
pada Bawah Garis Merah BGM. Hasil dari pengolahan dan analisis data cakupan penimbangan dihitung
dalam bentuk proporsi, diantaranya Sembiring, 2004 :
Proporsi DS : yaitu jumlah balita yang ditimbang berat badannya pada periode waktu tertentu dibandingkan dengna jumlah seluruh
balita tertentu. Hal tersebut menunjukan tinggi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat terhadap posyandu.
Proporsi KS: yaitu balita yang tercatat dan memiliki KMS dibandingkan dengan jumlah seluruh balita tertentu. Hal tersebut
menunjukan cakupan penimbangan yang dilakukan di wilayah tersebut.
Proporsi ND : yaitu jumlah balita yang ditimbang dan naik berat badannya dibandingkan dengan jumlah balita yang datang dan
menimbang berat badannya pada periode waktu tertentu. Hal ini menunjukan bahwa berhasil tidaknya program posyandu.
Proporsi BGMD : yaitu jumlah balita yang timbang dan berat badannya berada pada Bawah Garis Merah dibandingkan dengan
jumlah balita yang datang dan menimbang berat badannya pada periode waktu tertentu.
Cakupan NS : yaitu jumlah balita yang ditimbang dan naik berat badannya dibandingkan dengan jumlah seluruh balita tertentu. Hal ini
menunjukan hasil program posyandu Nusi, 2006. Standar Pelayanan Minimal SPM kabupatenkota bidang kesehatan
menetapkan target cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah adalah 90, cakupan balita mendapat ASI eksklusif adalah 80, dan
cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun adalah 90 Kemenkes, 2003.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu