yang belum terarah, pembuatan laporan dan tindak lanjut dari suatu kasus di Posyandu. Sedangkan komponen output, berkaitan dengan pencapaian target dari KS,
DS dan ND serta cakupan pemberian obat-obatan seperti pil besi dan vitamin A serta target penurunan jumlah balita BGM Kasmita dkk, 2000. Dari hasil tersebut
menunjukan bahwa komponen pertanyaan masih membutuhkan penyesuaian. Begitu pula dengan hasil penelitian Nusi 2006 menunjukan bahwa secara
keseluruhan kinerja posyandu tergolong sedang. Hal tersebut diketahui dimana dari ketiga komponen kinerjanya input, proses, dan output hanya komponen proses yang
tergolong sedang, sedangkan komponen input dan output sudah tergolong baik. Penilaian kinerja tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya
standar kerja.esensi penilaian kinerja adalah perbandingan kinerja ternilai dengan standar kinerjanya. Jika penilaian kinerja dilaksanakan tanpa standar kinerja, maka
hasilnya tidak memiliki nilai Wirawan, 2009 dalam Suparti, 2010.
2.4.1 Komponen Input
Masukan input merupakan bagian atau elemen yang terdapat dalam suatu sistem yang diperlukan, untuk dapat berfungsisnya sistem tersebut.
Masukan input berupa sumber-sumber daya dalam suatu organisasi Sulaeman, 2009.
Menurut Sulaeman 2009, sumber-sumber daya dibagi kedalam 2 kelompok yaitu sumber daya manusia dan sumber daya non manusia, yang
terdiri atas sumber daya fisik, sumberdaya finansial, serta sumber daya sistem dan teknologi. Dimana organisasi yang dimaksud adalah Posyandu. Berikut
sumber-sumber daya yang diperlukan dan merupakan penilaian terhadap
komponen input terhadap posyandu :
1. Tersedianya kader Posyandu :
Kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara
sukarela. Pemilihan kader posyandu dapat dilakukan dengan dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan
posyandu Kemenkes RI, 2011. Kader posyandu dipilih dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela Depkes, 2006.
Kriteria yang harus dimiliki kader posyandu diantaranya : dapat membaca dan menulis, berjiwa sosial dan menerima bekerja
secara relawan, mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat, mempunyai waktu yang cukup, berdomisili di wilayah kerja
posyandu, berpenampilan ramah, simpatik, dan mampu diterima masyarakat Makmur, 2009.
Kader posyandu memiliki 3 tugas utama diantaranya : persiapan sebelum hari bukan posyandu H-1, pada saat hari buka
posyandu hari H, dan setelah hari buka posyandu H+1, berikut penjelasannya Kemenkes RI, 2011 :
1 Sebelum hari buka posyandu H-1 :
a. Menyebarluaskan hari buka posyandu melalui pertemuan
warga setempat. b.
Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu. c.
Mempersiapkan sarana posyandu. d.
Melakukan pembagian tugas antar kader. e.
Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.
f. Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.
2 Pada hari buka posyandu hari H : Pada proses ini
menggunakan sistem 5 meja seperti tabel 2.2 : a.
Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu. b.
Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung di posyandu.
c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan
mengisi buku registrasi posyandu. d.
Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS. e.
Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta
memberikan PMT. f.
Membentu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai kewenangannya.
g. Setelah pelayanan selesai, kader bersama petugas
kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.
3 Setelah hari buka posyandu H+1 :
a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu : ibu
hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui, serta bayi dan balita. b.
Membuat diagram batang SKDN. c.
Melakukan tindak lanjut terhadap : saran yang tidak datang, dan sasaran yang memerlukan penyuluhan
lanjutan. d.
Memberitahkan kepada kelompok sasaran untuk datang ke posyandu pada hari buka.
e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat,
menghadiri pertemua rutin seperti pengajian dan atau arisan masyarakat.
Salah satu indikator dalam tingkat perkembangan posyandu menurut Kemenkes 2011, yaitu rerata kader yang bertugas adalah 5
orang atau lebih. Selain rerata kader yang bertugas di posyandu, jumlah kader
yang bertugas pada hari pelaksanaan posyandu juga dapat dijadikan indikasi lancar tidaknya kegiatan posyandu Nusi, 2006.
Berdasarkan penelitian Hayati 2000 dan Juarsa 2004 dalam Makmur 2009, dimana keterampilan kader memiliki hubungan
yang signifikan untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita dengan memotivasi ibu balita untuk datang ke posyandu.
Sandang 2004 dalam Dewi, dkk 2012 menyatakan bahwa seseorang dalam bekerja akan lebih baik hasilnya bila memiliki
keterampilan dalam melaksanakan tugas, dan keterampilan seseorang dapat terlihat pada lamanya bekerja.
2. Ketersediaan Sarana Posyandu :
Menurut Depkes 2000 dalam Nusi 2006, sarana kesehatan merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Adanya sarana kesehatan diharapkan dapat menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik di tingkat
individu maupun masyarakat. Hasil penelitian Murniati 2007 membuktikan bahwa
ketersediaan pelayanan memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Hasanah 2012 juga
menunjukan bahwa, fasilitas posyandu yang lengkap memiliki pengaruh terhadap kinerja kader posyandunya. Dengan kata lain,
tersedianya sarana yang memadai di posyandu akan meningkatkan minat ibu untuk membawa anaknya ditimbang ke posyandu.
Sarana yang terdapat di posyandu diantaranya meliputi : alat timbang berat badan, alat ukur Lingkar Lengan Atas LLA, tablet
besi, kapsul vitamin A, buku Kesehatan Ibu dan Anak KIA atau
Kartu Menuju Sehat KMS, formulir pendataan, pencatatan dan pelaporan, serta poster blanko SKDN Kemenkes, 2011.
3. Struktur Organisasi
Menurut Depkes 2006, struktur organisasi posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat pembentukan
posyandu. Sturktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dam kader posyandu merangkap sebagai anggota.
Beberapa posyandu yang ada di suatu wilayah kelurahandesa dan sebagainya, selayaknya dikelola oleh suatu unitkelompok
pengelola posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Pengorganisasian posyandu di desakelurahan
dapat dilihat pada bagan 2.2 Kemenkes, 2011. Bagan 2.2
Struktur Organisasi Posyandu Berdasarkan Kondisi Wilayah Setempat
Sumber : Kementerian Kesehatan. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Sekjen Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
2.4.2 Komponen Proses