Analisis Kinerja Posyandu Dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat Tahun 2014

(1)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

SKRIPSI

OLEH :

MUSFIKA RAHMAN BADAWI NIM : 109101000023

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H 2014 M


(2)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI

Skripsi, Mei2014

Musfika Rahman Badawi, NIM : 109101000023

Analisis Kinerja Posyandu Dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat Tahun 2014 xvii +109 halaman,4 bagan, 25tabel, 30lampiran

ABSTRAK

Posyandu adalah bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Kurang berfungsinya posyandu sehingga kinerja menjadi rendah. Kinerja posyandu dilihat dari penyelenggaraan posyandu, sehingga mencapai strata kemandirian posyandu. Kemandirian posyandu dapat dilihat dari frekuensi penimbangan, kader yang bertugas, cakupan partisipasi masyarakat (D/S), dan rogram tambahan, dan cakupan dana sehat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan metode kuatitatif dengan desain penelitian cross sectional. Untuk Penelitian dilakukan selama bulan Juni 2013 hingga April 2014.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan secara keseluruhan tergolong kurang. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya komponen output posyandu, sehingga mempengaruhi perolehan kinerja posyandu. Hasil penelitian untuk swadaya masyarakat, pembinaan posyandu, dan partisipasi tokoh masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2014 secara keseluruhan juga tergolong kurang. Kemudian untuk hasil uji statistik yang dilakukan menunjukan bahwa, dari ketiga faktor tersebut hanya swadaya masyarakat dan pembinaan posyandu yang memiliki hubungan dengan kinerja posyandu.

Selain memiliki hubungan dengan kinerja posyandu, diketahui pula bahwa swadaya masyarkat dan pembinaan posyandu memiliki hubungan dengan komponen kinerja, yaitu proses kinerja posyandu. Hal ini menunjukan bahwa, dukungan masyarakat dana bimbingan dari petugaskesehatan, maupun instansi terkait sebagai sangat penting pada kegiatan posyandu guna meningkatkan kinerja posyandu.


(3)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH

MAJOR OF NUTRITION

Undergraduated Thesis, May2014

Musfika Rahman Badawi, NIM : 109101000023

Integrited Health Services (Posyandu) Performances Analysis in Implementing aCommunity Nutrition Coaching in KembanganDistrict Health Center (Puskesmas), West Jakarta 2014

ABSTRACT

Posyandu isa public health efforts that took form in order to empower people and provide ease in obtaining health care, which were managed and organized from, by, for and within the community. Posyandu insufficiency led to the lower of its performances. Posyandu performance could be assedby the way it getting organized, thus achieving the strata of independence posyandu. Posyandu independence could be assed by the frequency of weighing in, an average cadres in charge, the scope of public participation, additional programs, and coverage of health funds.

The purpose of the research is integrited health service (Posyandu) performance analysis in implementing a community nutrition coaching in Kembangan District health center (Puskesmas), West Jakarta. This study uses quantitative methods with cross-sectional research design.This study is conducted in June 2013 through April 2014.

Theresults indicated that the Posyandu in Kembangan District Puskesmas overall relatively lack in performances. Those caused by the low output components of posyandu, thus affecting the performance gains by it. Theresults for governmental, posyandu coaching, and community leaders inKembangan District Puskesmas participation, showed that overall is low in 2014. Hence, the results of statistical tests showed that between those three factors, only the non-governmental and posyanducoaching that have a significant relationship toposyandu performances.

In addition having a relationship with Integrited Health Services (Posyandu) Performances, note also that the non-governmental and coaching component linked to performance, is the process of performance. This shows that, good community support and guidance form health professionals, and related institutions is essential to the implementation of activities to improve Integrited Health Services (Posyandu) performances.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Judul Skripsi

KINERJA POSYANDU DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN GIZI

MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN

KEMBANGAN JAKARTA BARAT TAHUN 2014

Skripsi

Telah Disetujui, Diperiksa, dan Dipertahankan Tim Penguji Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 19 Juni 2014

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,


(5)

PENGESAHAN PANITIAN UJIAN

Skripsi dengan judul Analisis Kinerja Posyandu dalam Pelaksanaan Pembinana Gizi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014 telah diajukan dalam sidang ujian skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat.

Jakarta, 28 Mei 2014

Sidang Ujian Skripsi

Ketua

Ratri Ciptaningtyas, M.HS Anggota,


(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, April 2014


(7)

RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama Musfika Rahman Badawi

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 26 Agustus 1991

Alamat Jl. Pondok Randu RT: 006 RW: 02 No. 46 Kec. Cengkareng, Kel. Durikosambi, Jakarta Barat 11750

Agama Islam

Status Perkawinan Belum Menikah Nomor Telepon/HP 085695545095 RIWAYAT PENDIDIKAN

2009 –2014 Gizi - Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2006-2009 SMA Terpadu Baiturrahman, Bandung

2003-2006 SMP Terpadu Baiturrahman, Bandung 1997-2003 SDN 06 Pagi Jakarta

1995-1997 TK RA Tarbiyatun Nufus, Jakarta RIWAYAT PEKERJAAN

2013 Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat

2012 Praktek Kerja Lapangan II di Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan

2011 Praktek Kerja Lapangan I di Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan 2010

Staff panitia Seminar Nasional Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

RIWAYAT ORGANISASI

2004 OSIS SMP Terpadu Baiturrahman, Bandung 2007 OSIS SMA Terpadu Baiturrahman, Bandung

2011 BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta RIWAYAT PENELITIAN DAN PELATIHAN

2011 Pelatihan Gizi Kedaruratan Nutrition Expo 2011 di Universitas Indonesia, Depok

2011

Inter Profesional Education dengan tema “Work Together For

Better Health” dibawah bimbingan dr. Dwi Tyastuti Kusuma, MPH

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010 Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Kesehatan Islam (LKTKI II) di Badan PPSDM Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

KETERAMPILAN Microsoft Office Word Microsoft Office Excel Microsoft Office Power Point Program Nutri survei


(8)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum WR. Wb

Puji syukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan berbagai nikmat kepada kita semua. Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan memanjatkan rasa syukur, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Posyandu dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang yang sangat luar biasa.

2. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. Dan selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Febrianti, M. Si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM dan Ibu Minsarnawati Tananghaca, SKM, M.Kes selaku pembimbing skripsi.

5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu dalam kelancaran penelitian hingga penyelesaian masa studi.

6. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kecamatan Kembangan. 7. Ibu Diany Lusia, SKM dan seluruh Staff Puskesmas Kecamatan Kembangan yang

telah membantu dalam kelancaran penelitian.

8. Seluruh Kader Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan yang telah berpartisipasi dalam penelitian.


(9)

9. Teman-teman Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009 yang telah memberikan semangat yang luar biasa untuk menyelesaikan studinya.

10.Terima kasih kepada sahabat seperjuangan Affan Muhammad, Rifqi Nasrul Haq, dan Rijal Nurul Azam yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga penulis sangat menerima setiap kritik dan saran yang diberikan untuk memperbaiki skripsi ini. Semoga tulisan yang sedikit ini dapat bermanfaat dengan menambah khazanah keilmuan Kesehatan Masyarakat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Juni 2014


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 5

1.3.Pertanyaan Penelitian ... 6

1.4.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1. Tujuan Umum ... 6

1.4.2. Tujuan Khusus ... 6

1.5.Manfaat Penelitian ………... 7

1.5.1. Bagi Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Jakarta ... 7

1.5.2. Bagi Puskesmas Kecamatan Kembangan ... 7

1.5.3. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 7

1.5.4. Bagi Penulis ... 8

1.6.Ruang Lingkup ………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat ... 9


(11)

2.1.2. Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi 2010-2014 ...…... 11

2.1.2.1. Balita Ditimbang Berat Badannya (Cakupan D/S) ... 12

2.1.2.2. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan ... 15

2.1.2.3. Balita Usia 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A ... 16

2.1.2.4. Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ... 18

2.1.2.5. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe ... 20

2.1.2.6. Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beriodium ... 22

2.1.2.7. Pelaksanaan Surveilans Gizi ... 24

2.1.2.8. Penyediaan Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana ... 25

2.2. Posyandu …... 26

2.2.1. Kegiatan Gizi Posyandu ...……... 28

2.2.2 Tingkat Perkembangan Posyandu ...……….. 31

2.3.Kinerja ………... 33

2.3.1 Pengertian ………... 33

2.4. Penilaian Kinerja Posyandu …………... 34

2.4.1. Komponen Input ...………... 37

2.4.2. Komponen Proses ...………... 43

2.4.3. Komponen Output ....………... 44

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu ... 47

2.6.1 Faktor Lingkungan Sosial Posyandu ... 47

2.6.2. Pembinaan Posyandu ... 49

2.6.3. Motivasi Kader ... 53

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep ………... 58

3.2. Definisi Operasional ... 61

3.3. Hipotesis Penelitian ………... 65

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ………...……….. 66

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………...……… 66


(12)

4.2.2. Waktu Penelitian ... 67

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ………... 67

4.3.1. Populasi Penelitian ... 67

4.3.2. Sampel Penelitian ... 67

4.4 Instrumen Penelitian ……….……... 69

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ………... 69

4.6 Pengolahan Data ………... 70

4.7 Analisis Data ………... 71

4.7.1 Analisisi Univariat ... 71

4.7.2. Analisis Bivariat ... 72

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Kembangan ... 73

5.1.1. Kondisi Geografis ... 73

5.1.2. Kondisi Demografis ... 74

5.1.3. Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan Kembangan ... 75

5.1.4. Upaya Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kembangan ... 75

5.2. Gambaran Kinerja Posyandu ... 77

5.2.1. Gambaran Input Posyandu ... 78

5.2.2. Gambaran Proses Posyandu Dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat.. 78

5.2.3. Gambaran Output Posyandu ... 80

5.3. Gambaran Variabel Independen ... 81

5.3.1. Gambaran Swadaya Masyarakat ... 81

5.3.2. Gambaran Pembinaan Posyandu ... 82

5.3.3. Gambaran Partisipasi Tokoh Masyarakat ... 84

5.4. Hasil Analisis Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen ... 85

5.4.1. Hasil Analisi Hubungan antara Swadaya Masyarakat dengan Kinerja Posyandu ... 85

5.4.2. Hasil Analisi Hubungan antara Pembinaan Posyandu dengan Kinerja Posyandu ... 87 5.4.3. Hasil Analisi Hubungan antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja 89


(13)

Posyandu ... BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Gambaran Kinerja Posyandu ... 91

6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu ... ... 98

6.2.1. Hubungan Swadaya Masyarakat dengan Kinerja Posyandu ... 98

6.2.2. Hubungan Pembinaan Posyandu dengan Kinerja Posyandu ... 101

6.2.3. Hubungan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja Posyandu ... 104

BAB VII KESIMPILAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 107

7.2. Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Konsep Pelayanan Gizi 10 Bagan 2.2 Struktur Organisasi Posyandu Berdasarkan

Kondisi Wilayah Setempat

42

Bagan 2.3 Kerangka Teori 57


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2010-2014 12 Tabel 4.1 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data 70 Tabel 5.1 Luas Wilayah, Jumlah RW dan RT Kecamatan Kembangan Menurut

Kelurahan

74

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Puskesmas Kecamatan Kembangan 75 Tabel 5.3 Persentase Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Kembangan Tahun Jakarta Barat 2014

77

Tabel 5.4 Persentase Komponen Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

77

Tabel 5.5 Persentase Input Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

78

Tabel 5.6 Persentase Proses Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

79

Tabel 5.7 Persentase Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

79

Tabel 5.8 Persentase Output Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

80

Tabel 5.9 Hasil Rata-rata Nilai Skor Swadaya Masyarakat Terhadap Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

82

Tabel 5.10 Hasil Rata-rata Nilai Skor Pembinaan Terhadap Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

83

Tabel 5.11 Hasil Rata-rata Nilai Skor Partisipasi Tokoh Masyarakat Terhadap Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

84

Tabel 5.12 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

85

Tabel 5.13 Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014 86


(16)

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014 Tabel 5.15 Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Swadaya Masyarakat

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014 86

Tabel 5.16 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

87

Tabel 5.17 Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

87

Tabel 5.18 Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

88

Tabel 5.19 Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Pembinaan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

88

Tabel 5.20 Gambaran Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

89

Tabl 5.21

Gambaran Input Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

89

Tabel 5.22

Gambaran Proses Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014

90

Tabel 23

Gambaran Output Kinerja Posyandu Berdasarkan Partisipasi Tokoh Maasyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014


(17)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Analisis Kinerja Posyandu

Lampiran 2 Persentase Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 3 Persentase Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 4 Persentase komponen Porses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 5 Persentase Kegiatan Persiapan Pada Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 6 Persentase Kegiatan Penimbangan zada Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 7 Persentase Kegiatan Penyuluhan Pada Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 8 Persentase Kegiatan Pelaporan dan Rencana Tindak Lanjut Pada Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 9 Persentase Kegiatan Pelayanan Gizi dan Kesehatan Pada Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 10 Persentase komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 11 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014 Lampiran 12 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen

Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 13 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun


(18)

2014

Lampiran 14 Hasil Uji T-Independen antara Swadaya Masyarakat dengan Komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 15 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014 Lampiran 16 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen

Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 17 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 18 Hasil Uji T-Independen antara Pembinaan Posyandu dengan Komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 19 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 20 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 21 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 22 Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 23 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamtan Kembangan

Lampiran 24 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Input Menurut Ketersediaan Sarana Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan


(19)

Tahun 2014

Lampiran 25 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Persiapan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 26 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penimbangan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 27 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penyuluhan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 28 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelayanan Pertolongan Gizi dan Kesehatan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 29 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelaporan dan Rencana Tindak Lanjut di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Lampiran 30 Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Output Menurut Cakupan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan dasar, dengan tujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes RI, 2011).

Depdagri dan Otda, et al (2001) dalam Nusi (2006) membuktikan bahwa bila penyelenggaraan posyandu baik, maka upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan anak akan baik pula, seperti tercapainya cakupan imunisasi yang


(20)

cukup tinggi dan adanya peningkatan umur harapan hidup. Sebaliknya bila kinerja posyandu tidak baik, seperti dalam pemantauan pertumbuhan anak, maka perkembangan status gizi anak dapat terganggu.

Kurang berfungsinya posyandu menunjukan kinerja menjadi rendah, disebabkan oleh rendahnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah dan instansi terkait, hal tersebut mengakibatkan menurunnya minat masyarakat untuk memanfaatkan posyandu (Nusi, 2006).

Berdasaran hasil Riskedas 2007, secara nasional diperoleh 27,3% rumah tangga memanfaatkan posyandu sebagai pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat, sedangkan 62,5% rumah tangga tidak memanfaatkan posyandu karena tidak membutukan dan 10,3% tidak memanfaatkan posyandu karena alasan lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan posyandu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk memantau tumbuh kembang anak (Depkes, 2008).

Sedangkan di tingkat provinsi, Provinsi DKI Jakarta memiliki persentase 25,4% rumah tangga yang memanfaatkan posyandu sebagai pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat, 66,7% rumah tangga yang tidak memanfaatkan posyandu karena tidak membutuhkan dan 7,9% tidak memanfaatkan karena alasan lainnya. Hal ini juga membuktikan bahwa masih banyak masyarakat Provinsi DKI Jakarta yang belum memanfaatkan posyandu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk memantau tumbuh kembang anak (Depkes, 2008).

Kemudian persentase nasional balita ditimbang berat badannya ≥ 4 kali (penimbangan rutin dilakukan) dalam 6 bulan terakir adalah 45,4%. Pada tingkat


(21)

provinsipersentase balita di timbang berat badannya ≥ 4 kali dalam 6 bulan terakhir, Provinsi DKI Jakarta mencapai 57,6% lebih tinggi dari prevalensi nasional. Sebagai pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat, secara nasional posyandu merupakan sarana penimbangan balita yang paling banyak digunakan yaitu 78,3% dibandingkan dengan pelayanan kesehatan lainnya seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dan lainnya. Di Provinsi DKI Jakarta, persentase penimbangan balita yang dilakukan di posyandu mencapai 67,2% (Depkes, 2008).

Selain itu, berdasarkan laporan Susenas 2007-2009 cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia berfluktuasi dalam 3 tahun, menurun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, dan kembali terjadi sedikit peningkatan di tahun 2009 menjadi 61,3%. Demikian pula cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan menurun dari 28,6% di tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008, dan kembali meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2009 (Kemenkes, 2012).

Pada tahun 2011 cakupan partisipasi masyarakat (D/S) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan paling tinggi mencapai 64% di Bulan Febuari, hingga sampai pada akhir bulan cakupan D/S menurun menjadi 58% pada Bulan Desember (Laporan Tahunan Puskemas Kecamatan Kembangan, 2012). Hal sama terjadi di tahun 2012, berdasaran Laporan Bulanan Gizi (LB3 Gizi) Puskesmas Kecamatan Kembangan dimana cakupan D/S wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan paling tinggi mencapai 80% di Bulan Maret, kemudian hingga sampai pada Bulan Desember terjadi penurunan menjadi 66%. Hal ini menunjukan bahwa pastisipasi masyarakat dalam memanfaatkan posyandu sebagai fasilitas untuk


(22)

memantau tumbuh kembang anak masi rendah dan meningkat pada waktu-waktu tertentu.

Kemudian cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi di tahun 2011 mencapai 23,9% dan cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali pada tahun 2011 yaitu mencapai 72,89%. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak bayi usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif (Laporan Tahunan Puskemas Kecamatan Kembangan, 2012).

Sedangkan Kementerian Kesehatan telah menetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan di kabupaten/kota bahwa target cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah adalah 90%, cakupan balita mendapatkan ASI eksklusif adalah 80%, dan cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun yaitu 90% (Kemenkes, 2003).

Pelaksanaan kegiatan pembinana gizi masyarakat diantaranya mencakup kegiatan promotif, kegiatan preventif, dan kegiatan kuratif. Kegiatan promotif diantaranya meliputi pemantauan pertumbuhan, penyuluhan, konseling, pemberian kapsul vitamin A, pemberian tabelt Fe, promosi garam beriodium, serta pelacakan dan tindak lanjut kasus gizi buruk. kemudian kegiatan preventif meliputi pemberian makanan tambahan (PMT), sedangkan kegiatan kuratif berupa tatalaksanan gizi buruk rawat inap maupun rawat jalan (Kemenkes, 2012). Oleh karena itu, Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat juga menetapkan target bahwa 85% balita ditimbang berat badannya, 80% bayi mendapatkan ASI eksklusif, dan 85% balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A (Kemenkes 2012).


(23)

Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu (Sulistiayani dan Rosidah, 2003 dalam Puspita, 2011). Gibson, et al (1996) dalam Pusita (2011) juga menyebutkan bahwa kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku dan kinerja individu adalah dasar kinerja organisasi. Penilaian kinerja merupakan proses menilai hasil karya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu organisasi melalui instrument penilaian kinerja (Kepmenkes, 2009).

Ridwan (2007) dalam Jasmawaty (2012) mengatakan bahwa kinerja posyandu dilihat dari penyelenggaraan pelaksanaan posyandu, sehingga mencapai strata kemandirian posyandu. Kemandirian posyandu tersebut dilihat dari frekuensi penimbangan, rata-rata kader yang bertugas, cakupan partisipasi masyarakat (D/S), program tambahan dan cakupan dana sehat.

Berdasarkan uraian diatas, cakupan D/S, cakupan ASI eksklusif, dan cakupan pemberian vitamin A yang merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat belum mencapai target yang telah ditentukan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan di kabupaten/kota maupun dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM). Hal ini mengindikasikan adanya permasalahan yang terjadi di posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.

Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Jakarta Barat tahun 2014.


(24)

Diketahui bahwa wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan memiliki cakupan partisipasi masyarakat (D/S) pada tahun 2011 dan 2012 mengalami peningkatan pada bulan tertentu dan kembali menurun di akhir tahunnya. Selain itu, cakupan D/S, cakupan pemberian ASI eksklusif dan cakupan balita mendapat kapsul vitamin A pada tahun 2011 belum mencapai target, baik taget yang telah ditentukan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan kabupaten/kota maupun target Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM).

Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat permasalahan pada kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.

Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat tahun 2014.

1.3Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014 meliputi input, proses, dan output?

2. Bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014?

3. Bagaimana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014?


(25)

1.4Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyaraktat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2014.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014 meliputi input, proses, dan output.

2. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014.

3. Mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2014.

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Pengelola Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Jakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan tindakan, perencanaan jangka pendek dan menengah, serta perumusan kebijakan guna meningkatkan kinerja posyandu khususnya dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat.


(26)

Hasil penelitian secara tidak langsung akan memberikan informasi khususnya mengenai kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat. Sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan menyusun program atau kegiatan untuk meningkatkan kinerjanya.

1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tambahan pustaka mengenai analisis kinerja posyandu, dan dapat dijadikan bahan referensi dan rekomendasi oleh peneliti lain untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya, khususnya terkait kinerja posyandu.

1.5.4 Bagi Penulis

Penelitian merupakan aplikasi mata kuliah yang didapat selama proses perkuliahan. Serta membandingkan teori dengan fakta yang didapat di masyarakat pada saat penelitian berlangsung.

1.6Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dilaksanakan pada Bulan Juni tahun 2013 hingga April tahun 2014. Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.

Penelitian dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, mengenai kinerja posyandu dalam pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.


(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan teori pada penelitian ini, akan membahas diantaranya mengenai : kegiatan pembinaan gizi masyarakat, posyandu, dan kinerja, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja posyandu.

2.1Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat 2.1.1 Sasaran Pembinaan Gizi Masyarakat

Kegiatan pembinaan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. Secara konseptual pelayanan gizi dapat dilihat pada bagan 2.1 (Kemenkes, 2012).


(28)

9

Bagan 2.1 Konsep Pelayanan Gizi

Tidak naik berat badan/kurus Balita gizi buruk

PROMOTIF PREVENTIF KURATIF

Sumber : Kemenkes. 2012. Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2011. Dirjen Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

 Pemantauan pertumbuhan  Konseling ASI/Makanan

Pendamping –ASI

 Pemberian kapsul vitamin A  Pemberian tablet Fe ibu

hamil

 Promosi garam beryodium  Skrining aktif

 Taburia

 Pemberian Makanan Tambahan ibu hamil KEK

Balita gizi kurang diberi Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) pemulihan

Balita gizi buruk mendapat perawatan

- Rawat Inap/TFC - Rawat Jalan


(29)

2.1.2 Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi 2010-2014 Secara operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2011 mencakup 2 indikator utama dan 6 indikator penunjang, diantaranya (Kemenkes, 2012) :

1. Indikator utama :

a. 70% balita ditimbang berat badannya (D/S) b. 100% balita gizi buruk mendapat perawatan 2. Indikator penunjang :

a. 78% balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A b. 67% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif c. 86% ibu hamil mendapat 90 tablet tambah darah d. 77% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium e. 100% kabupaten dan kota melaksanakan surveilans gizi

f. 100% penyedian buffer stock Makanan Pendamping (MP) ASI untuk daerah bencana

Secara garis besar, beberapa indikator berikut merupakan kegiatan yang rutin dilakukan di tingkat Desa/Kelurahan (Posyandu). Indikator-indikator tersebut akan dijelaskan selengkapnya dibawah ini (Kemenkes RI, 2012) :


(30)

Tabel 2.1

Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2010-2014

No Indikator Kinerja Target

2010 2011 2012 2013 2014 1 Persentase balita ditimbang berat

badannya (% D/S) 85 70 75 80 85

2 Balita gizi buruk mendapat

perawatan 100 100 100 100 100

3 Persentase balita 6-59 bulan

mendapat kapsul vitamin A 75 78 80 83 85 4 Persentase bayi usia 0-6 bulan

mendapat ASI eksklusif 65 67 70 75 80 5 Persentase ibu hamil mendapat 90

tablet Fe 84 86 90 93 95

6 Cakupan rumah tangga yang

mengonsumsi garam beriodium 75 77 80 85 90 7 Persentase kabupaten/kota

melaksanakan surveilans gizi 100 100 100 100 100 8 Persentase penyediaan buffer stock

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk daerah bencana

100 100 100 100 100

Sumber : Kemenkes. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi. Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan ibu dan Anak Kementerian Kesehatan.Jakarta : Kemenkes

2.1.2.1Balita Ditimbang Berat Bandannya (cakupan D/S)

Balita yang ditimbang berat badannya akan dibedakan kedalam 2 kelompok yaitu balita dengan umur 0-23 bulan (baduta) dan balita dengan umur 24-59 bulan (balita), sebagai berikut (Kemenkes, 2012) :


(31)

- Data S baduta adalah jumlah baduta yang berasal dari seluruh posyandu yang melaporkan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

- Data D baduta adalah jumlah baduta yang ditimbang diseluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

b. Balita (24-59 bulan) :

- Data S balita adalah seluruh balita yang berasal dari seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

- Data D balita adalah balita yang ditimbang di seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.


(32)

Kinerja penimbangan baduta dan balita dinilai baik, apabila persentase D/S setiap bulannya sesuai dengan target.Pemantauan dan pelaporan kegiatan penimbangan baduta dan balita dilakukan setiap bulan (Kemenkes, 2012).

Cakupan penimbangan balita (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, tingkat partisipasi masyarakat, serta prevalensi gizi kurang. Dimana semakin tinggi cakupan D/S, maka semakin tinggi pula cakupan vitamin A, kemudian semaki tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang (Kemenkes, 2012).

Menurut Kementerian Kesehatan (2012) bahwa masalah yang berkaitan dengan rendahnya minat masyarakat datang ke posyandu diantaranya : dana operasional, sarana prasarana, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader (Kemenkes, 2012).

2.1.2.2Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Balita menurut Kementerian Kesehatan (2012) merupakan anak yang berumur dibawah 5 tahun (0-59 bulan).Giziburuk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan


(33)

menurut tinggi badan (BB/TB) < -3 SD dan atau ditemukannya tanda-tanda klinis (Depkes, 2008).

Kasus balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita dengan gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat (Kemenkes, 2012).

Jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan dari tahun 2006 sampai 2008 cenderung menurun, namun terjadi peningkatan jumlah kasus balita gizi buruk di tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 dilaporkan jumlah kasus gizi buruk kembali menurun masing-masing menjadi 43.616 kasus dan 40.412 kasus (Kemenkes, 2012).

Persentase kasus gizi balita gizi buruk mendapat perawatan menurut Kementerian Kesehatan (2012), adalah jumlah kasus balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayana kesehatan masyarkat dibagi jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali 100%, seperti dibawah ini :

Kinerja penanganan kasus balita gizi buruk dinilai baik jika seluruh balita gizi buruk yang ditemukan mendapat perawatan, baik rawat inap maupun rawat jalan sesuai dengan tata laksana gizi buruk di pelayanan kesehatan dan masyarakat.Pengamatan balita gizi buruk


(34)

mendapat perawatan dilakukan setiap saat, termasuk pada saat investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk, sedangkan kegiatan pelaporan dilakukan setiap bulannya (Kemenkes, 2012).

2.1.2.3Balita Usia 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan.Vitamin A sangat berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh, diantaranya untuk penglihatan, diferensiasi sel, fungsi kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan reproduksi, pencegahan kanker dan penyakit jantung, dan lain sebagainya (Almatsier, 2006).

Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis tinggi, yaitu 100.000 SI untuk bayi umur 6-11 bulan dan 200.000 SI untuk anak balita 12-59 bulan. Tujuan pemberian kapsul vitamin A adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita (Kemenkes, 2012).

Persentase balita mendapat kapsul vitamin A adalah jumlah bayi 6-11 bulan ditambah jumlah balita 12-59 bulan yang mendapat 1 kapsul vitamin A pada periode 6 bulan dibagi jumlah seluruh balita 6-59 bulan yang ada di satu wilayah kabupaten/kota dalam periode 6 bulan yang didistribusikan setiap bulan Febuari dan Agustus. Persentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut (Kemenkes, 2012) :


(35)

Kinerja pemberian kapsul vitamin A dinilai baik jika, persentase balita 6-59 bulan mendapat vitamin A sesuai target.Pengamatan pemberian vitamin A pada balita 6-59 bulan dilakukan setiap 6 bulan.Pelaporan dilakukan setiap 6 bulan yaitu pada bulan Febuari dan bulan Agustus (Kemenkes, 2012).

Kekurangan (defisiensi)vitamin A tertutama terdapat pada anak balita dapat merupakan kekurangan primer yaitu akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder yaitu karena gangguan penyerapan dan penggunaan dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, ataupun adanya gangguan pada konveri karoten menjadi vitamin A (Almatsier, 2006).

Dampak dari kekurangan vitamin A diantaranya buta senja yang merupakan tanda awal kekurangan vitamin A, perubahan pada mata dimana kornea mata secara dini akan terpengaruh akibat kekurangan vitamin A, terjadi perubahan pada kulit, gangguan pertumbuhan, dan lain sebagainya (Almatsier, 2006).

2.1.2.4Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Iibu (ASI) Eksklusif Bayi usia 0-6 bulan menurut Kementerian Kesehatan (2012) adalah seluruh bayi usia 0 hari sampai 5 bulan 29 hari. Bayi mendapat


(36)

ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan yang hanya diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain keculai obat, vitamin dan mineral berdasarkan recall 24 jam.

Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif adalah jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dibagi jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan yang tercatat dalam register pencatatan/Kartu Menuju Sehat (KMS) di wilayah tertentu dikali 100%, seperti dibawah ini (Kemenkes, 2012) :

Data pemberian ASI eksklusif dicatat dari KMS seluruh bayi usia 0 hari sampai 5 bulan 29 hari pada formulir pencatatan pemberian ASI eksklusif, sesuai dengan simbol-simbol berikut (Kemenkes, 2012) :

√ = bayi diberi ASI saja

X = bayi sudah diberi makan/minuman lain selain ASI, kecuali obat, vitamin dan mineral

A = bayi tidak datang penimbangan

Kinerja pencatatan bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif dinilai baik, jika persentase bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif sesuai target.Pencatat pada KMS dilakukan setiap bulannya,


(37)

bersamaan dengan kegiatan penimbangan di posyandu.Frekuensi laporan diberikan setiap 6 bulan yaitu pada bulan Febuari dan bulan Agustus, sedangkan cakupan tahunan menggunakan penjumlahan data bulan Febuari dan bulan Agustus (Kemenkes, 2012).

Langkah-langkah perhitungan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan, diantaranya meliputi (Kemenkes, 2012) :

a. Siapkan KMS balita dan hitung umur bayi pada saat penimbangan bulanan. Umur bayi dihitung berdasarkan bulan penuh, dengan kata lain umur dihitung 1 bulan apabila telah genap 30 hari. b. Tanyakan ibu apakah 1 hari sebelumnya bayi telah diberikan

makan/minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral, kemudian catat jawaban tersebut kedalam KMS pada kolom pemberian ASI eksklusif sesuai dengan simbol-simbol ASI eksklusif.

c. Pindahkan catatan informasi ASI pada KMS seuai dengan simbol-simbol ke dalam register bayi. Hal ini dilakukan setiap bulan bayi berkunjung ke pposyandu. Pada kunjungan terakhir (Febuari atau Agustus), hitung jumlah untuk masing-masing symbol.

d. Kemudian bidan desa merekapitulasi jumlah masing-masing symbol pada kunjungan terakhir (Febuari atau Agustus) di posyandu kedalam formulir rekapitulasi di desa/kelurahan. Begitu pula dengan Tugas Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas dan memasukannya kedalam formulir rekapitulasi di puskesmas.


(38)

e. Selanjutnya petugas kabupaten/kota merekapitulasi dan menghitung persentase pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan setiap 6 bulan sekali bersamaan dengan bulan vitamin A yaitu pada bulan Febuari dan Agustus.

f. Hasil rekapitulasi di kabupaten/kota selanjutnya dilaporkan ke tingkat provinsi dan pusat pada saat yang bersamaan (Febuari dan Agustus).

Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan dapat disebabkan oleh rendahnya pemahaman masyarakat termasuk petugas kesehatan tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif (Kemenkes, 2012).

2.1.2.5Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe

Besi (Fe) merupakan zat mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa.Beberapa fungsi esensial zat besi (Fe) di dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagi bagian terpadu berbagai reaksi enzim dalam jaringan tubuh.Fungsi lainnya dari zat besi (Fe) adalah untuk membantu metabolisme energi, kemampuan belajar, membantu kekebalan tubuh, dan pelarut obat-obatan (Almatsier, 2006).

Pada umunya ketersedian biologik zat besi (Fe) paling tinggi terdapat dalam daging, ayam, dan ikan, sedangkan dalam


(39)

kacang-kacangan dan serealian mengandung ketersedian biologik sedang. Besi yang sebagian besar terdapat dalam sayuran seperti bayam memiliki ketersediaan biologik rendah (Almatsier, 2006).

Anemia gizi besi adalah rendahnya kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah, hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Intervensi yang telah dilakukan dalam penanggulangan masalah tersebut adalah dengan mendistribusikan tablet besi (Fe) (Kemenkes, 2012).

Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet yang mengandung Fe dan asam folat, baik yang berasal dari program maupun mandiri. TTD program adalah tablet yang mengandung 60 mg zat besi dan 0,25 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara gratis pada ibu hamil. Sedangkan TTD mandiri adalah TTD atau multi vitamin dan mineral, minimal mengandung zat besi dan asam folat yang diperoleh secara mandiri sesuai anjuran (Kemenkes, 2012).

Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe adalah ibu yang selama masa kehamilannya minimal mendapat 90 TTD program maupun TTD mandiri (Kemenkes, 2012).


(40)

Perhitungan cakupan tersebut dilakukan untuk menghitung cakupan dalam 1 tahun. Kinerja pemberian tablet Fe pada ibu hamil dinilai baik, jika persentase ibu hamil mendapat 90 tablet Fe sesuai target.

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011, secara nasional cakupan pemberian tablet Fe sebesar 83,3%. Cakupan tersebut belum mencapai target nasional yaitu 85% (Kemenkes, 2012). 2.1.2.6Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beriodium

Iodium merupakan mineral yang ada di dalam tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit.Sekitar 75% dari iodium ini terdapat di dalam kelenjar tiroid, yang digunakan untuk mensistesis hormon tiroksin, tetraiodotironin (T4), dan triiodotironin (T3).Sisa iodium

lainnya terdapat di dalam jaringan, terutama di dalam kelenjar-kelenjar ludah, payudara, dan lambung serta di dalam ginjal (Almatsier, 2006).

Laut merupakan sumberiodium.Oleh karena itu, makanan laut seperti ikan, udang, dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber iodium yang baik.Semakinjauh suatu daerah dari laut maka semakin sedikit pula kandungan iodiumnya termasuk tanaman yang tumbuh.noleh sebabitu, salah satu cara penanggulangan kekurang iodium adalah melalui fortifikasi garam dapur dengan iodium (Almatsier, 2006).


(41)

Garam beriodium adalah garam (NaCl) yang diperkaya dengan iodium melalui proses iodisasai sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan kandungan Kalium Iodat (KIO3) (Kemenkes, 2012).

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsur iodium secara terus-menerus dalam jangka waktu lama. Akibat kekurangan iodium akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia secara luas, meliputi gangguan tumbuh kembang, termasuk perkembangan otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat kecerdasan (Kemenkes, 2012).

Metode yang digunakan untuk pemeriksanan garam dengan menggunakan tes kit iodium yang dilakukan pada murid sekolah. Tes kit iodium (larutan uji garam beriodium) adalah larutan yang digunakan untuk menguji kandungan iodium dalam garam secara kualitatif yang dapat membedakan ada/tidaknya iodium dalam garam melalui perubahan warna menjadi ungu (Kemenkes, 2012).

Rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium adalah seluruh anggota rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium, dan pemantauannya dilakukan melalui Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada tiap desa/kelurahan (Kemenkes, 2012).


(42)

Kinerja dinilai baik, jika persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium sesuai target.Frekuensi pengamatan dilakukan setiap bulan Febuari dan Agustus.Pelaporan kegiatan dilakukan 1 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Febuari atau Agustus dengan menggunakan formulir F6 (6 bulan) (Kemenkes, 2012).

2.1.2.7Pelaksanaan Surveilans Gizi

Surveilans adalah proses pengamatan berbagai masalah yang berkaitan dengan suatu program secara terus menerus melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan intepretasi secara sistematis serta penyebaran informasi kepada unit terkait dalam rangka pengambilan tindakan. Surveilans memiliki peran penting dalam penyediaan informasi kinerja dan dampak dari program yang dilaksanakan (Depkes, 2006).

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) bahwa surveilans gizi adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan deseminasi informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur tentang indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat.


(43)

Kinerja dinilai baik, jika persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi sesuai dengan target.Frekuensi pengamatan dan laporan dilakukan setiap bulannya (Kemenkes, 2012). 2.1.2.8Penyediaan Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi dan anak umur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Sedangkan Buffer Stock MP-ASI adalah MP-ASI yang disediakan untuk antisipasi darurat akibat bencana, Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi dan situasi sulit lainnya (Kemenkes, 2012).

Kinerja penyediaan buffer stock MP-ASI dinilai baik, jika pengadaannya sesuai dengan taget.Frekuensi laporan diberikan setipa bulannya (Kemenkes, 2012).


(44)

2.2Posyandu

Sebelum sampai pada definisi posyandu, maka terlebih dahulu mengetahui hubungan posyandu dengan kegiatan pembinaan gizi masyarakat yang telah dijelaskan sebelumnya. Kegiatan pembinaan gizi masyarakat merupakan indikator yang digunakan dalam pelaksanaan surveilans gizi, dimana informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk pengambilan tindakan segera, perencanaan program jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, serta perumusan kebijakan (Kemenkes, 2012).

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam surveilans gizi diantaranya pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian informasi. Sumber data yang dikumpulkan dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu ((Kemenkes, 2012) :

1. Data Rutin : meliputi data penimbangan bulanan, pemantauan dan pelaporan kasus gizi buruk, pendistribusian tablet Fe ibu hamil, pendistribusian kapsul vitamin A balita, dan pemberian ASI eksklusif.

2. Data Survei Khusus : data ini dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti data konsumsi garam beriodium, pendistribusian Makanan Pendamping (MP)-ASI dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemantauan status gizi anak dan ibu hamil serta Wanita Usia Subur (WUS) risiko Kurang Energi Kronik (KEK), atau studi yang berkaitan dengan masalah gizi lainnya.

Dari kedua sumber data diatas, data rutin merupakan sumber data yang sering dilakukan di posyandu. Oleh karena itu, posyandu memiliki peran penting dalam kegiatan pembinaan gizi masyarakat yang digunakan sebagai indikator pada pelaksanaan kegiatan surveilans gizi (Kemenkes, 2012).


(45)

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan posyandu mencakup 5 kegiatan pokok, yaitu : kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi dan penanggulanan diare untuk para ibu di tingkat masyarakat.

Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) adalah kebutuhan masyarakat yang dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya (Kemenkes RI, 2010). Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan adalah proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Mubarak, dkk (2009) posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih tekhnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.

Pernyataan tersebut kemudian didukung dengan fungsi posyandu menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), yaitu sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA).


(46)

Selain itu, untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan AKBA.

Secara umum tujuan diselenggarakannya posyandu yaitu untuk menunjang penuruanan AKI, AKB, dan AKABA di Indonesia melalui pemberdayaan masyarakat. Sasaran posyandu meliputi seluruh masyarakat, terutama bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan Pasangan Usia Subur (PUS) (Kemenkes RI, 2010).

2.2.1 Kegiatan Gizi Posyandu

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan gizi posyandu adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2010) :

A. Kegiatan Utama :

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) : a. Ibu hamil :

Pelayananyang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran lingkar lengan ataas, status gizi, pemberian tablet Fe, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid, konseling, serta KB pasca persalinan. Selain itu, diadakannya kelas ibu hamil.

b. Ibu nifas dan menyusui :

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup penyuluhan atau konseling kesehatan, pasca


(47)

persalinan, KB, IMD, ASI eksklusif, dan gizi. Kemudian pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI, perawatan payudara, serta dilakukannya pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan.

c. Bayi dan Anak Balita :

Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita.

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan berat badan, penetuan status pertumbuhan, penyuluhan dan konseling.Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas maka dilakukan pemeriksaan kesehatan, pemberian imunisasi, deteksi dini tumbuh kembang.

2. Keluarga Berencana (KB) :

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan.Jika terdapat tenaga kesehatan Puskesmas, pelayanan yang dapat diberikan yaitu suntikan KB dan konseling KB.Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat pula dilakukan pemasangan IUD dan implant.


(48)

3. Imunisasi :

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas.Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.

4. Gizi :

Pelayanan gizi di posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) local, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.

5. Pencegahan dan penanggulangan Diare :

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.

B. Kegiatan Pengembangan atau pilihan :

Dalam kegiatan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan posyandu dengan kegiatan baru, seperti : perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit menular, dan berbagai program pembangunan


(49)

masyarakat desa lainnya. Posyandu seperti ini disebut juga Posyandu Terintegrasi. Beberapa kegiatan tambahan posyandu yang telah diselenggarakan, antara lain :

a. Bina Keluarga Balita (BKB). b. Kelas ibu hamil dan balita.

c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensi Kejadian Luar Biasa (KLB).

d. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

f. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP).

g. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA).

h. Kegiatan ekonomi produktif.

i. Tabungan ibu bersih, tabungan masyarakat.

j. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia. k. Kesehatan reproduksi remaja.

l. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang masalah kesejahteraan sosial.

2.2.2 Tingkat Perkembangan Posyandu

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), perkembangan pada masing-masing posyandu berbeda-beda, sehingga pembinaan yang dilakukan pada


(50)

masing-masing posyandu juga berbeda-beda. Secara umum, tingkat perkembangan posyandu dibedakan atas 4 tingkat, diantaranya :

1. Posyandu Pratama : Posyandu pratama adalah posyandu belum mantap, ditandai dengan kegiatan yang dilakukan belum rutin, dan terbatasnya kader yang aktif yakni ≤ 5 orang.Selain terbatasnya kader, kurang siapnya masyarakat kemungkinan yang menyebabkan kegiatan dilakukan di posyandu belum rutin.Intervensi yang dilakukan pada jenjang ini adalah memotivasi masyarakat dan menambahkan jumlah kader.

2. Posyandu Madya : Posyandu madya adalah posyandu sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali setiap tahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih, tetapi cakupan program kegiatan Posyandu seperti KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare di bawah 50 %. Intervensi yang dilakukan pada jenjang ini adalah meningkatkan cakupan dengan menyertakan tokoh masyarakat sebagai motivator dan penggiat kader. Sebagai contoh intervensi yang dapat dilakukan antara lain :pelatihan tokoh masyarakat dengan metode simulasi, dan menerapkan SMD dan MMD di posyandu.

3. Posyandu Purnama : Posyandu purnama adalah posyandu yang telah dapat melaksanakan kegaiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih, cakupan kegiatan utama lebih dari 50 %, sudah ada program tambahan seperti sanitasi dasar, kesehatan lingkungan, pengobatan dasar. Meskipun ada kegiatan dana sehat, tetapi belum optimal,


(51)

sehingga intervensi yang dilakukan adalah pelatihan dana sehat untuk kader gizi.

4. Posyandu Mandiri : Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah mantap karena dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih, cakupan 5 program utama sudah di atas 50%, dengan dana sehat yang kuat. Intervensi yang harus dilakukan adalah pembinaan dana sehat oleh petugas kesehatan dan memperbanyak program tambahan sesuai dengan kemampuan masing-masing.

2.3Kinerja

2.3.1 Pengertian

Kinerja merupakan suatu hasil kerja (outcome) personal atau kelompok professional dalam organisasi baik pada pemangku jabatan struktural dan fungsional maupun pada seluruh jajaran dalam organisasi selama periode waktu tertentu (Gomes, 1998 ; Yalis Ilyas, 1999 dalam Rohmadi, 2003).

Pengertian yang sama juga dikemukakan menurut Gibson (1996) dalam Suparti (2010) bahwa kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan atau seluruh aktivitas kerja dalam periode tertentu. Agar dapat menghasilkan kinerja yang baik, seseorang memiliki kemampuan, kemauan, usaha, serta dukungan dari lingkungan. Kemauan dan usaha akan menghasilkan motivasi, sehingga seseorang akan menampilkan perilaku untuk bekerja.

Pengertian lain menurut Mahsun (2009) dalam Wirasata (2010) dari berbagai literatur secara umum bahwa kinerja adalah gambaran mengenai


(52)

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan stategi suatu organisasi.

Berdasarkan pengertian dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja (performance) merupakan hasil kerja atau tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam suatu organisasi untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan selama periode waktu tertentu.

2.4Penilaian Kinerja Posyandu

Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategi organisasi (Lohman, 200 dalam Wirasata, 2010). Pengertian serupa menurut Setyani (1999) dalam Rohmadi (2003), penilaian kinerja merupakan suatu tindakan untuk melihat apakah segala sesuatunya berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Sementara menurut Gomes (1998) dalam Rohmadi (2003) penilaian kinerja adalah suatu cara mengukur kontribusi dari individu-individu anggota organiasi kepada organisasinya dan diperlukan untuk menentukan tingkat kontirbusi individu.

Pengertian penilaian kinerja lainnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penilaian berarti proses atau perbuatan memperkirakan atau menghargai sesuatu. Sedangkan indikator adalah alat pemantauan atau sesuatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan. Kinerja adalah pencapaian kegiatan mulai dari masukan, proses, sampai hasil. Indikator kinerja posyandu berarti alat pemantau untuk kegiatan


(53)

posyandu yang meliputi input, process, dan output posyandu (Moeliono, 1989 dalam Pakhri, 2002).

Berdasarkan difinisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian atau pengukuran kinerja posyandu merupakan suatu metode atau alat yang digunakan untuk menilai kegiatan atau aktivitas berdasarkan tujuan atau target yang telah ditentukan sebelumnya meliputi input, process, dan output, sehingga segala sesuatunya berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan atau ktriteria, menurut Putri (1990) dalam Puspita (2011) menggunakan metode penilaian kinerja berdasarkan konsep input-proses-output. Sementara menurut Ainsworth et al, (2002) dalam Puspita (2011) pengukuran kinerja menggunakan skala dua faktor, yakni skala hasil dan skala usaha, dimana ukuran ini memfokuskan pada : produktivitas, biaya, mutu, kepuasan pelanggan, dan tenggat waktu.

Sedangkan Menurut K-State Cooperative Extension Service ukuran kinerja bagi penyuluh dapat dicapai melalui beberapa dimensi, diantaranya : kualitas kerja, kuantitas kerja, keterikatan pada jadwal kerja, alokasi kerja, sikap dan ketenangan, dan kepuasan organisasi dan pelanggan. Terziovski dan Dean menyatakan bahwa peningkatan atau pengembangan kualitas kerja mengacu pada dimensi yang paling efektif dalam memengaruhi kinerja pegawai (Khalil et al,.2008 dalam Puspita, 2011).

Berdasarkandari uraian diatas, Puspita (2011) menyimpulkan bahwa penilaian kinerja dapat dilakukan dari aspek input-proses-output ataupun dari aspek hasil dan usaha. Dalam penyuluhan publik, penilaiannya relatif lebih sulit, karena harus mencakup berbagai aspek, baik kualitas maupun kuantitas pelayanan.


(54)

Hardiansyah (1999) dalam Pakhri (2002) telah menyusun instrument penilaian kinerja posyandu yang dapat melihat kelemahan atau kekuatan posyandu setiap 6 bulan. Instrument penelitian tersebut meliputi : input, proses, dan output yang masing-masing diberi skor dan kemudian dijumlahkan, dengan skor maksimal 500. Kinerja posyandu dinyatakan baik, jika total skor yang diperoleh ≥ 80%. Komponen input diantaranya terdiri dari : alat bantu, bahan, kader dan organisasi. Komponen proses diantaranya meliputi : persiapan dan penimbangan, penyuluhan, pelayanan paket pertolongan gizi dan kesehatan, serta pelaporan dan tindak lanjut. Sedangkan komponen output diantaranya meliputi : pelaporan dan cakupan SKDN, cakupan vitamin A, dan cakupan Fe.

Berdasarakan hasil Hatoyo, dkk (2000) dalam Pakhri (2002) mengenai uji coba penilaian kinerja posyandu pada 10 posyandu di Kabupaten Bogor, banyak pada pertanyaan input, proses, dan output memiliki skor jawaban yang rendah. Sehingga 7 posyandu dinyatakan memiliki tingkat kinerja yang kurang.

Hasil penelitian Kasmita dkk (2000), menunjukan bahwa kinerja posyandu di Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat secara umum dikategorikan sedang dengan rata-rata skor 63,7% dan hanya 3 posyandu (10%) yang memiliki kinerja baik. Beberapa ha1 yang menyebabkan rendahnya komponen input, meliputi ketersediaan alat peraga dan obat-obatan, formulir pencatatan dan KMS, tidak ada uraian tugas bagi masing-masing kader, dan jadwal pelaksanaan Posyandu.

Pada komponen proses tidak berjalan dengan baik, berkenaan dengan persiapan kader sebelum pelaksanaan posyandu belum maksimal, pencatatan hasil penimbangan pada formulir register dan KMS belum dikerjakan sendiri oleh kader, penyuluhan


(55)

yang belum terarah, pembuatan laporan dan tindak lanjut dari suatu kasus di Posyandu. Sedangkan komponen output, berkaitan dengan pencapaian target dari K/S, D/S dan N/D serta cakupan pemberian obat-obatan seperti pil besi dan vitamin A serta target penurunan jumlah balita BGM (Kasmita dkk, 2000). Dari hasil tersebut menunjukan bahwa komponen pertanyaan masih membutuhkan penyesuaian.

Begitu pula dengan hasil penelitian Nusi (2006) menunjukan bahwa secara keseluruhan kinerja posyandu tergolong sedang. Hal tersebut diketahui dimana dari ketiga komponen kinerjanya (input, proses, dan output) hanya komponen proses yang tergolong sedang, sedangkan komponen input dan output sudah tergolong baik.

Penilaian kinerja tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya standar kerja.esensi penilaian kinerja adalah perbandingan kinerja ternilai dengan standar kinerjanya. Jika penilaian kinerja dilaksanakan tanpa standar kinerja, maka hasilnya tidak memiliki nilai (Wirawan, 2009 dalam Suparti, 2010).

2.4.1 Komponen Input

Masukan (input) merupakan bagian atau elemen yang terdapat dalam suatu sistem yang diperlukan, untuk dapat berfungsisnya sistem tersebut. Masukan (input) berupa sumber-sumber daya dalam suatu organisasi (Sulaeman, 2009).

Menurut Sulaeman (2009), sumber-sumber daya dibagi kedalam 2 kelompok yaitu sumber daya manusia dan sumber daya non manusia, yang terdiri atas sumber daya fisik, sumberdaya finansial, serta sumber daya sistem dan teknologi. Dimana organisasi yang dimaksud adalah Posyandu. Berikut


(56)

sumber-sumber daya yang diperlukan dan merupakan penilaian terhadap komponen input terhadap posyandu :

1. Tersedianya kader Posyandu :

Kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. Pemilihan kader posyandu dapat dilakukan dengan dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan posyandu (Kemenkes RI, 2011). Kader posyandu dipilih dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela (Depkes, 2006).

Kriteria yang harus dimiliki kader posyandu diantaranya : dapat membaca dan menulis, berjiwa sosial dan menerima bekerja secara relawan, mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat, mempunyai waktu yang cukup, berdomisili di wilayah kerja posyandu, berpenampilan ramah, simpatik, dan mampu diterima masyarakat (Makmur, 2009).

Kader posyandu memiliki 3 tugas utama diantaranya : persiapan sebelum hari bukan posyandu (H-1), pada saat hari buka posyandu (hari H), dan setelah hari buka posyandu (H+1), berikut penjelasannya (Kemenkes RI, 2011) :


(57)

a. Menyebarluaskan hari buka posyandu melalui pertemuan warga setempat.

b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu. c. Mempersiapkan sarana posyandu.

d. Melakukan pembagian tugas antar kader.

e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.

f. Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.

2) Pada hari buka posyandu (hari H) : Pada proses ini menggunakan sistem 5 meja seperti tabel 2.2 :

a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu.

b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung di posyandu.

c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi buku registrasi posyandu.

d. Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.

e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.

f. Membentu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai kewenangannya.


(58)

g. Setelah pelayanan selesai, kader bersama petugas kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.

3) Setelah hari buka posyandu (H+1) :

a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu : ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui, serta bayi dan balita. b. Membuat diagram batang SKDN.

c. Melakukan tindak lanjut terhadap : saran yang tidak datang, dan sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.

d. Memberitahkan kepada kelompok sasaran untuk datang ke posyandu pada hari buka.

e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, menghadiri pertemua rutin seperti pengajian dan atau arisan masyarakat.

Salah satu indikator dalam tingkat perkembangan posyandu menurut Kemenkes (2011), yaitu rerata kader yang bertugas adalah 5 orang atau lebih.

Selain rerata kader yang bertugas di posyandu, jumlah kader yang bertugas pada hari pelaksanaan posyandu juga dapat dijadikan indikasi lancar tidaknya kegiatan posyandu (Nusi, 2006). Berdasarkan penelitian Hayati (2000) dan Juarsa (2004) dalam Makmur (2009), dimana keterampilan kader memiliki hubungan


(59)

yang signifikan untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita dengan memotivasi ibu balita untuk datang ke posyandu.

Sandang (2004) dalam Dewi, dkk (2012) menyatakan bahwa seseorang dalam bekerja akan lebih baik hasilnya bila memiliki keterampilan dalam melaksanakan tugas, dan keterampilan seseorang dapat terlihat pada lamanya bekerja.

2. Ketersediaan Sarana Posyandu :

Menurut Depkes (2000) dalam Nusi (2006), sarana kesehatan merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Adanya sarana kesehatan diharapkan dapat menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik di tingkat individu maupun masyarakat.

Hasil penelitian Murniati (2007) membuktikan bahwa ketersediaan pelayanan memiliki hubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Hasanah (2012) juga menunjukan bahwa, fasilitas posyandu yang lengkap memiliki pengaruh terhadap kinerja kader posyandunya. Dengan kata lain, tersedianya sarana yang memadai di posyandu akan meningkatkan minat ibu untuk membawa anaknya ditimbang ke posyandu.

Sarana yang terdapat di posyandu diantaranya meliputi : alat timbang berat badan, alat ukur Lingkar Lengan Atas (LLA), tablet besi, kapsul vitamin A, buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau


(60)

Kartu Menuju Sehat (KMS), formulir pendataan, pencatatan dan pelaporan, serta poster blanko SKDN (Kemenkes, 2011).

3. Struktur Organisasi

Menurut Depkes (2006), struktur organisasi posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat pembentukan posyandu. Sturktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dam kader posyandu merangkap sebagai anggota.

Beberapa posyandu yang ada di suatu wilayah (kelurahan/desa dan sebagainya), selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok pengelola posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Pengorganisasian posyandu di desa/kelurahan dapat dilihat pada bagan 2.2 (Kemenkes, 2011).

Bagan 2.2

Struktur Organisasi Posyandu Berdasarkan Kondisi Wilayah Setempat

Sumber : Kementerian Kesehatan. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Sekjen Kementerian Kesehatan RI. Jakarta


(1)

Lampiran 20.

Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper ptmPE

RSEN

Equal variances assumed

.014 .907 -1.450 48 .154 -8.06878 5.56498 -19.25792 3.12035 Equal

variances not assumed

-1.475 24.602 .153 -8.06878 5.46961 -19.34291 3.20535

Lampiran 21.

Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Group Statistics prosesKA

T N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean ptmPERSEN KURAN

G 19 22.8070 17.53350 4.02246


(2)

Lampiran 21.

Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Proses Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper ptmPER

SEN

Equal variances assumed

.002 .965 -1.581 48 .120 -8.10696 5.12749 -18.41647 2.20255 Equal

variances not assumed

-1.583 38.391 .122 -8.10696 5.12007 -18.46853 2.25461

Lampiran 22.

Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Group Statistics outputK

AT N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean ptmPERSEN kurang 48 27.0833 17.82334 2.57258


(3)

Lampiran 22.

Hasil Uji T-Independen antara Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Komponen Output Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper ptmPER

SEN

Equal variances assumed

2.308 .135 -1.471 48 .148 -18.75000 12.74298 -44.37149 6.87149 Equal

variances not assumed

-3.829 1.902 .067 -18.75000 4.89686 -40.89659 3.39659

Lampiran 23.

Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Kinerja Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

No Komponen Kinerja Rata-rata Skor

(95% CI) Standar Deviasi

Nilai Terendah-tertinggi

1 Input 113.02 – 118.12 12.58 85 – 135

2 Proses 166.54 – 173.87 18.1 110 – 200

3 Output 53.16 – 59.75 16.27 10 – 95

4 Total Kinerja 334.87 – 349.61 36.39 245 - 425

Lampiran 24.

Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Input Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

No Komponen Sarana Rata-rata Skor (95% CI)

Standar Deviasi

Nilai Terendah-tertinggi 1 Tersedianya timbangan 9.52 – 10 0.99 5 – 10 2 Tersedianya alat penyuluhan 3.82 – 6.18 4.17 0 - 10 3 Tersedianya KMS anak 4.55 – 5.25 1.23 0 - 10 4 Tersedianya KMS ibu hamil 0.35 – 1.45 1.94 0 – 5 5 Tersedianya PMT/MP-ASI 6.19 – 7.81 2.86 0 - 10 6 Tersedianya formulir pendataan 9.21 – 9.99 1.37 5 - 10 7 Tersedianya formulir pencatatan 8.85 – 9.95 1.93 0 - 10


(4)

No Komponen Sarana Rata-rata Skor (95% CI)

Standar Deviasi

Nilai Terendah-tertinggi 8 Tersedianya formulir pelaporan 9.36 – 10 1.19 5 - 10 9 Tersedianya blanko SKDN 7.80 – 9.60 3.16 0 - 10 10 Tersedianya tablet Fe 7.26 – 9.14 3.31 0 - 10

11 Tersedianya vitamin A 10 0.00 0 – 10

12 Tersedianya tempat posyandu 3.80 – 4.80 1.75 0 - 5 13 Tersedianya struktur organisasi 7.11 – 9.09 3.48 0 - 10 14 Tersedianya pembagian tugas 8.55 – 9.65 1.94 5 - 10 15 Tersedianya jadwal kegiatan

posyandu 4.70 - 5 0.88 0 – 5

16 Terdapat kader aktif 4.52 – 5 0.72 0 - 5

Lampiran 25.

Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Persiapan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

No Komponen Persiapan Rata-rata Skor (95% CI)

Standar Deviasi

Nilai Terendah-tertinggi

1 Pertemuan kader 6.58 – 8.22 2.90 0 - 10

2 Mengajak sasaran ke posyandu 8.60 – 9.80 2.11 0 - 10 3 Menggerakan potensi masyarakat 3.49 – 6.11 4.63 0 - 10 4 Menghubungi petugas kesehatan,

PLKB, dan PPL 7.14 – 8.86 3.03 0 - 10

5 Pendekatan kepada kepala

RW/tokoh masyarakat 7.03 - 8.57 2.70 0 - 10

Lampiran 26.

Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penimbangan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

No Komponen Penimbangan Rata-rata Skor (95% CI)

Standar Deviasi

Nilai Terendah-tertinggi 1 Bayi dan balita melakukan

penimbangan setiap bulan 5 0.00 5

2 Kader mendaftarkan nama bayi dan

balita 9.70 – 10 0.71 5 - 10

3 Penimbangan dilakukan oleh kader 10 0.00 10

4 Hasil penimbangan dicantumkan di

KMS anak 10 0.00 10

5 Hasil penimbangan dicatat di


(5)

Lampiran 27.

Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Penyuluhan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

No Komponen Penyuluhan Rata-rata Skor (95% CI)

Standar Deviasi

Nilai Terendah-tertinggi 1 Kader menjelaskan makna grafik

berat badan anak 7.89 – 9.31 2.48 0 - 10

2 Kader memberikan penyuluhan pada

ibu balita mengacu KMS anak 8.48 – 9.72 2.19 0 - 10 3 Kader menjelaskan ASI eksklusif 7.67 – 9.13 2.56 0 - 10 4 Kader memberikan penyuluhan pada

ibu hamil mengacu KMS ibu hamil 3 – 5.20 3.87 0 - 10 5 Kader mencatat pemberian ASI

eksklusif di KMS anak 6.10 – 8.10 3.51 0 - 10 Lampiran 28.

Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelayanan Pertolongan Gizi dan Kesehatan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun

2014 No Komponen Pertolongan Gizi dan

Kesehatan Rata-rata Skor (95% CI)

Standar Deviasi

Nilai

Terendah-tertinggi 1 Kader/bidan memberikan kapsul

Vitamin A 4.70 – 5.10 0.71 0 - 5

2 Kader/bidan memberikan tablet Fe

pada ibu hamil 1.88 – 3.2 2.52 0 - 5

3 Pelayanan pemberian PMT/MP-ASI

penyuluhan 4.21 – 4.99 1.37 0 - 5

4 Kader memberikan rekomendasi pada

balita gizi buruk/BGM ke Puskesmas 4.70 – 5.10 0.71 0 - 5 5 Pelayanan imunisasi untuk anak balita

dan ibu hamil 5.72 – 7.48 3.10 0 - 10

Lampiran 29.

Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Pelaporan dan Rencana Tindak Lanjut di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014 No Komponen Pelaporan dan Rencana

Tindak Lanjut

Rata-rata Skor (95%

CI)

Standar Deviasi

Nilai

Terendah-tertinggi 1 Kader membuat laporan bulanan

posyandu 5 0.00 0 - 5


(6)

No Komponen Pelaporan dan Rencana Tindak Lanjut

Rata-rata Skor (95%

CI)

Standar Deviasi

Nilai

Terendah-tertinggi 3 Kader membuat blanko SKDN 3.80 – 4.80 1.75 0 - 5 4 Kader melakukan evaluasi kegiatan

posyandu 4.36 – 5 1.19 0 - 5

5 Kader mengunjungi peserta posyandu

yang tidak datang 2 bulan terakhir 3.67 – 4.73 1.85 0 - 5 Lampiran 30.

Rekapitulasi Rata-rata Nilai Skor Komponen Output Menurut Cakupan Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014

No Komponen Rata-rata Skor

(95% CI)

Standar Deviasi

Nilai Terendah-tertinggi 1 Laporan diserahkan ke Puskesmas

paling lambat 1 minggu setelah kegiatan posyandu

4.21 – 4.99 1.37 0 - 5 2 Cakupan ASI eksklusif 0.61 – 1.99 2.44 0 - 10

3 Cakupan K/S 9.40 – 10 1.41 0 - 10

4 Cakupan D/S 4.89 – 6.51 2.86 0 - 10

5 Cakupan N/D 3.70 – 5.50 3.17 0 - 10

6 Cakupan N/S 2.11 – 4.09 3.48 0 - 10

7 Rasio balita lulus penimbangan 0.61 – 1.99 2.44 0 - 10 8 Penurunan jumlah balita gizi

buruk/BGM 8.66 – 9.94 2.26 0 - 10

9 Cakupan tablet Fe 0.13 – 1.27 2.02 0 - 10


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Kegiatan Revitalisasi Posyandu di Wilayah Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun 2006

1 31 80

Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

3 70 50

Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat

0 3 141

Pengalaman ibu primipara dalam memberikan asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat

2 9 141

Mutu pelayanan kesehatan peserta jaminan kesehatan nasional di puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat

0 12 111

Keragaan Posyandu dan Status Gizi Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat

0 11 80

ANALISIS PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN DATA PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU Analisis Pelaksanaan Pendokumentasian Data Pemantauan Status Gizi Balita Di Posyandu Sedap Malam Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu I Tahun 2013.

0 1 16

PENDAHULUAN Analisis Pelaksanaan Pendokumentasian Data Pemantauan Status Gizi Balita Di Posyandu Sedap Malam Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu I Tahun 2013.

0 2 5

ANALISIS PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN DATA PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU Analisis Pelaksanaan Pendokumentasian Data Pemantauan Status Gizi Balita Di Posyandu Sedap Malam Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu I Tahun 2013.

0 1 19

EVALUASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGAMBIRAN PADANG TAHUN 2012.

1 1 18