Gambaran Kinerja Posyandu PEMBAHASAN

92

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Gambaran Kinerja Posyandu

Kinerja merupakan hasil kerja atau tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program dalam suatu organisasi dalam mewujudkan sasaran, tujuan yang telah tertuang dalam perencanaan selama periode waktu tertentu. Penilaian atau pengukuran kinerja posyandu yang dilakukan merupakan suatu metode atau alat untuk menilai kegiatan atau aktivitas yang telah ditentukan sebelumnya meliputi komponen input, proses, dan output. Penilaian input kinerja posyandu merupakan penilaian tahap awal pada kinerja posyandu. Masukan input posyandu merupakan sumber-sumber daya yang diperlukan dalam kegiatan posyandu, diataranya kader posyandu, sarana dan prasarana posyandu seperti alat timbang berat badan, alat ukur Lingkar Lengan Atas LLA, tablet besi, kapsul vitamin A, buku Kesehatan Ibu dan Anak KIA atau Kartu Menuju Sehat KMS, formulir pendataan, pencatatan dan pelaporan, serta poster blanko SKDN Kemenkes, 2011. Hasil penelitian pada input kinerja posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2014, secara keseluruhan diketahui tergolong tinggi 72. Hal ini menunjukan bahwa sarana prasarana posyandu telah tersedia atau tercukupi disebagian besar posayndu. Akantetapi, jika dilihat lebih rinci rata-rata skor yang diperoleh dari komponen input, terdapat tiga sarana yang memiliki rata-rata skor rendah yaitu ketersedian alat peraga penyuluhan, dan Kartu Menuju Sehat KMS anak dan Kartu Menuju Sehat KMS ibu hamil, ini menunjukan bahwa ketersediaan ketiga sarana tersebut perlu ditingkatkan lampiran 24. Adanya Kartu Menuju Sehat KMS anak dan ibu hamil, serta alat peraga penyuluhan di posyandu dapat menunjang serta meningkatkan kemampuan kader dalam memberikan pelayanan yang lebih baik. Kementerian Kesehatan 2012 telah menetapkan bahwa ketersediaan Kartu Menuju Sehat KMS merupakan peran Dinas Kesehatan dalam membantu pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan seperti pengadaan alat timbangan, distribusi buku KIA atau KMS, obat-obatan, dan vitamin yang didukung pula oleh tenaga teknis kesehatan. Sedangkan tersedianya alat peraga penyuluhan dapat berasal dari inisiatif dan kreativitas dari penyelenggara posyandu seperti kader bersama petugas Puskesmas membuat majalah dinding mading mengenai informasi-informasi kesehatan. Penelitian Kasmita, dkk 2000 dan Pakhri 2002 mendapatkan hasil yang serupa, dimana ketersediaan KMS dan alat peraga termasuk kedalam sarana posyandu yang belum lengkap, dan termasuk sarana posyandu yang memiliki rata-rata skor sangat rendah. Begitupula pada penelitian Nusi 2006, bahwa komponen input yang masih kurang tersedia salah satunya adalah alat peraga penyuluhan. Depkes 2000 dalam Nusi 2006 menyatakan bahwa, sarana kesehatan merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, dan diharapkan dapat menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik di tingkat individu maupun di tingkat masyarakat. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Hasanah 2012 dimana fasilitas posyandu yang lengkap memiliki pengaruh terhadap kinerja kader posyandunya. Komponen input posyandu yang sudah tercukupi, selanjutnya akan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pelaksanaan pembinaan gizi masyarakat terutama kegiatan yang dilaksanakan di posyandu. Hasil penelitian pada proses kinerja posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2014, diketahui tergolong tinggi 62. Hal ini menunjukan bahwa, kegiatan pembinaan gizi masyarakat di posyandu telah berjalan dengan baik disebagian besar posyandu. Komponen proses kinerja posyandu terdiri dari 5 kegiatan, meliputi : kegiatan persiapan, kegiatan penimbangan, kegiatan penyuluhan, kegiatan paket pelayanan pertolongan gizi dan kesehatan, serta kegiatan pelaporan dan rencana tindak lanjut. Akantetapi, jika komponen proses dilihat lebih rinci pada masing-masing kegiatannya terdapat beberapa subkegiatan yang perlu ditingkatkan, yaitu pada kegiatan persiapan dengan subkegiatannya adalah kader menggerakan potensi masyarakat untuk membantu posyandu dalam bentuk dana maupun sarana Lampiran 25. Kemudian kegiatan penyuluhan dengan subkegiatannya adalah kader memberikan penyuluhan kepada ibu hamil yang mengacu pada Kartu Menuju Sehat KMS ibu hamil Lampiran 27. Pada dasarnya pembiayaan atau dana posyandu dapat berasal dari masyarakat sebagai pengguna, swasta atau dunia usaha sebagai penunjang, hasil usaha sebagai hasil karya pengurus posyandu, dan pemerintah. Dana yang berasal dari masyarakat, diantaranya meliputi iuran pengguna atau pengunjung posyandu, iuran dalam bentuk dana sehat, sumbangan atau donatur dari perorangan maupun kelompok masyarakat. Sedangkan bantuan pemerintah terutama pada tahap awal pembentukan posyandu, yakni berupa dana stimulan atau sarana dan prasarana posyandu yang bersumber dari APBM, APBD Provinsi, APBD KabupatenKota, APBDes, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat Kemenkes, 2011. Kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil yang diberikan kader sedikitnya menjelaskan makna pengukuran Lingkar Lengan Atas LLA, dan memberikan penyuluhan mengacu pada Kartu Menuju Sehat KMS ibu hamil Nusi, 2006. Rendahnya kegiatan penyuluhan kader kepada ibu hamil mengacu pada Kartu Menuju Sehat KMS ibu hamil diduga berkaitan dengan rendahnya kunjungan ibu hamil ke posyandu, serta ketersediaan Kartu Menuju Sehat KMS ibu hamil dan alat peraga penyuluhan yang belum lengkap. Selain itu, adanya rasa kurang percaya diri pada kader dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil diduga menjadi penyebab kegiatan penyuluhan menjadi rendah. Kasmita, dkk 2000 dalam penelitiannya menyatakan bahwa, rendahnya pelaksaanan penyuluhan berkaitan dengan pengetahuan kader terhadap materi penyuluhan, dan adanya rasa sungkan pada kader dalam memberikan penyuluhan. Oleh sebab itu, perlu cara lain untuk meningkatkan kunjungan ibu hamil ke posyandu sehingga kegiatan penyuluhan dan pendistribusian tablet Fe pada ibu hamil dapat meningkat, seperti kader membuat tim untuk memberikan penyuluhan dan tablet Fe ke secara door to door pada waktu yang telah ditentukan. Hasil dalam penelitian Pakhri 2002 juga menemukan bahwa kegiatan persiapan dan penyuluhan terutama pada kegiatan penyuluhan dengan mengacu pada Kartu Menuju Sehat KMS dan penggerakan potensi masyarakat menjadi kegiatan dengan skor paling rendah. Penelitian Hartoyo 2000 dalam Pakhri 2002 menunjukan bahwa kegiatan persiapan, penimbangan, dan penyuluhan di posyandu merupakan kegiatan yang masih kurang. Begitupula hasil penelitian Kasmita, dkk 2000 dimana kegiatan persiapan kader yang belum maksimal, pencatatan hasil penimbangan ke formulir register dan Kartu Menuju Sehat KMS, penyuluhan yang belum terarah, dan pembuatan laporan dan tindak lanjut menyebabkan pelaksanaan proses tidak berjalan dengan baik. Berbeda dengan hasil dari input dan proses kinerja posyandu yang tergolong tinggi, hasil penelitian pada output kinerja posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2014, secara keseluruhan tergolong rendah 96. Hal tersebut ditunjukan dengan rendahnya rata-rata skor yang diperoleh pada beberapa komponen output, diantaranya cakupan ASI eksklusif, cakupan DS, cakupan ND, cakupan NS, rasio balita lulus penimbangan, dan cakupan pemberian tablet Fe lampiran 30. Rendahnya cakupan-cakupan tersebut, berkaitan dengan kegiatan penimbangan dan pelayanan gizi dan kesehatan. Ini membuktikan bahwa walaupun kegiatan penimbangan telah berjalan dengan baik, tetapi tidak selalu memperoleh hasil cakupan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, perlu cara lain untuk meningkatkan minat masyarakat khususnya ibu bayi dan balita terhadap kegiatan penimbangan, seperti memberikan motivasi kepada ibu bayi dan balita, memvariasikan Pemberian Makanan Tambahan PMT, dan mengadakan kelas ibu hamil. Kemudian adanya upaya untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan kader, dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan dalam kegiatan posyandu. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat khususnya ibu bayi dan balita dalam memperoleh kesehatan dasar, serta meningkatkan pengetahuan ibu bayi dan balita tentang kesehatan anak dan cara pola asuh anak yang baik dan benar. Adanya variasi Pemberian Makanan Tambahan PMT, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya ibu bayi dan balita dalam memberikan PMT yang baik dan sehat. Sedangkan adanya kelas ibu hamil diharapkan dapat meningkatkan minat ibu hamil pada kegiatan posyandu. Sebagaimana tertuang dalam pengertian posyandu sebagai suatu forum komunikasi, alih tekhnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang memiliki nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini Mubarak, dkk, 2009. Hayati 2000 dan Juarsa 2004 dalam Makmur 2009 membuktikan bahwa kader yang terampil akan meningkatkan cakupan penimbangan dengan memotivasi ibu balita datang ke posyandu. Pakhri 2002 dalam penelitiannya juga menemukan bahwa cakupan DS partisipasi masyarakat, anak balita naik berat badannya, cakupan tablet Fe, dan pengarsipan laporan bulanan merupakan komponen output yang memiliki skor paling lemah. Begitu pula hasil penelitian Nusi 2006 di Gorontalo menunjukan bahwa cakupan DS, cakupan NS, dan cakupan distribusi table Fe merupakan cakupan dalam komponen output yang masih kurang pada semua posyandu. Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga komponen kinerja yaitu input, proses, dan output posyandu, maka diketahuilah hasil kinerja posyandu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2014, secara keseluruhan kinerja posyandunya tergolong rendah 70. Hal tersebut diduga disebabkan oleh rendahnya output posyandu hingga mencapai 96, sehingga mempengaruhi perolehan kinerja posyandunya. Dari hasil penelitian diatas, dapat diketahui bahwa untuk meningkatkan kinerja posyandu menjadi lebih baik maka perlu ditingkatkan output kinerja posyandunya. Sedangkan komponen output kinerja posyandu berhubungan dengan kegiatan posyandu kompen proses, untuk itu perlu diadakan evaluasi dan diskusi mengenai kegiatan posyandu baik sesama kader posyandu, kader dengan pembina posyandu maupun dengan mengikutsertakan masyarakat khususnya ibu bayi-balita, sehingga upaya untuk meningkatkan kegiatan posyandu dapat dilakukan tepat sasaran. Serupa dengan hasil penelitian Pakhri 2002 di Provinsi Gorontalo, dimana kinerja posyandunya tergolong kurang 79. Begitu pula Hartoyo, dkk 2000 dalam Pakhri 2002 di Kabupaten Bogor menunjukan 70 kinerja posyandu tergolong kurang. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya komponen output posyandu, terutama pada cakupan DS partisipasi masyarakat, cakupan balita naik berat badannya, cakupan tablet besi, dan pengarsipan laporan bulanan. Sedangkan hasil penelitian Kasmita 2000 di Sumatera Barat menemukan bahwa kinerja posyandu tergolong sedang. Hal ini juga disebabkan oleh rendahnya komponen output posyandu. Sama halnya dengan hasil penelitian Nusi 2006 di Kota Gorontalo juga menunjukan secara keseluruhan kinerja posyandunya tergolong sedang. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu kinerja posyandu yang diperoleh tidak bisa menggambarkan kinerja posyandu berdasarkan tingkat perkembangan posyandunya. Tingkat perkembangan posyandu dibedakan atas 4 tingkat yaitu : posyandu pratama, posyandu madya, posyandu, purnama, dan posyandu mandiri. Hal ini disebsbkan oleh terbatasnya data sekunder yang tersedia dalam penelitian ini.

6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Posyandu

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Kegiatan Revitalisasi Posyandu di Wilayah Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Tahun 2006

1 31 80

Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

3 70 50

Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat

0 3 141

Pengalaman ibu primipara dalam memberikan asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat

2 9 141

Mutu pelayanan kesehatan peserta jaminan kesehatan nasional di puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat

0 12 111

Keragaan Posyandu dan Status Gizi Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat

0 11 80

ANALISIS PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN DATA PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU Analisis Pelaksanaan Pendokumentasian Data Pemantauan Status Gizi Balita Di Posyandu Sedap Malam Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu I Tahun 2013.

0 1 16

PENDAHULUAN Analisis Pelaksanaan Pendokumentasian Data Pemantauan Status Gizi Balita Di Posyandu Sedap Malam Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu I Tahun 2013.

0 2 5

ANALISIS PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN DATA PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU Analisis Pelaksanaan Pendokumentasian Data Pemantauan Status Gizi Balita Di Posyandu Sedap Malam Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu I Tahun 2013.

0 1 19

EVALUASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGAMBIRAN PADANG TAHUN 2012.

1 1 18