Harian Media Indonesia menuliskan fakta-fakta yang kemudian dirangkum dalam berita ini sehingga melahirkan penonjolan makna pencitraan
Kapolda yang karena melakukan proses penyidikan akhirnya bisa menyadarkan para pengikut al Qiyadah sehingga tanpa merasa dipaksa mereka kembali ke
ajaran Islam.
c. Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat yang disusun oleh harian Media Indonesia dalam berita itu menurut peneliti, menggunakan kalimat Deduktif. Dengan menguraikan inti berita
dari awal tulisan kemudian menguraikannya pada paragraf berikutnya. Berita ini juga menggunakan kalimat aktif dalam pemberitaannya kali ini, seperti beberapa
kata berikut yang berawalan me-: menyatakan, mengucapkan, menjalani, mengakui, mengikuti, melainkan, menyusun, mengajak, menyangkut, meminta,
menyediakan, mengatakan, dan meminimalisasi.
d. Koherensi
Pada berita itu terdapat kalimat koherensi penjelas antar kalimat yang peneliti temukan pada teks berikut ini:
9 .
2 -
1 .
- ;
9 -
- 5
- 9
6
Dalam beberapa paragraf dalam berita tersebut, terlihat bahwa alasan mereka pengikut al Qiyadah yang bertaubat tidak dipaksa tetapi mereka sadar
142
“Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertaubat”, Media Indonesia, 10 November 2007, h. 7, Paragraf 2-4.
sendiri. Dan kesadaran mereka mucul setelah beberapa kali mengikuti proses penyidikan oleh Polda Jawa Timur.
e. Kata Ganti.
Kata ganti yang peneliti temukan adalah ‘mereka’ yang merupakan kata ganti dari 21 pengikut al Qiyadah yang bertaubat setelah mengikuti proses
penyidikan, yang tertulis sebagai berikut: -
7
A.5.4. Retoris
Dalam analisis retorisnya peneliti melihat yang banyak digunakan sebagai retorikanya adalah proses hukum yang dijalani oleh 21 pengikut aliran al Qiyadah
di daerah Jawa Timur. Harian Media Indonesia menjadikan alasan setelah mengikuti proses penyidikan beberapa kali mereka bertaubat dan kembali ke
ajaran Islam sebagai penguat atas gagasan yang ditimbulkan oleh wartawan harian Media Indonesia.
a. Leksikon kata
Dalam pemberitaan itu terdapat beberapa kata yang disebut juga dengan leksikon. Seperti kata ‘satu per satu’
144
dengan maksud lainnya adalah masing- masing atau juga bisa disebut tiap individu. Selain itu juga terdapat pemisalan
‘meminimalisasi’ yang juga berarti mengurangi terjadinya atau juga dapat diartikan memperlambat penyebaran.
143
Ibid, Paragraf 3.
144
“Aliran Sesat, 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat”, Harian Media Indonesia, Edisi 10 November 2007, h. 7, Paragraf 4.
Tabel 10 Framing Edisi 10 November 2007
“Aliran Sesat 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat” Frame 5:
Pengikut Al Qiyadah Bertaubat Struktur
Variabel Headline:
ALIRAN SESAT 21 Pengikut Al Qiyadah Bertobat
Pernyataan yang menguraikan hal yang berkaitan dengan judul terdapat pada bagian awal tulisan, yakni teras berita
lead. .
Lead: SURABAYA Media: Sebanyak 21 anggota Al Qiyadah Al
Islamiyah akhirnya menyatakan bertobat dan masuk Islam. Ikrar tobat diucapkan di Masjid Nurul Huda, Kompleks Kepolisian
Daerah Polda Jawa Timur Jatim, kemarin.
Lead yang digunakan dalam pemberitaan ini adalah jenis
teras berita pernyataan Statement lead. Lead tersebut juga termasuk ke dalam jenis lead where teras berita di mana.
Karena dalam petikan lead ditulis tempat dimana 21 pengikut aliran ini bertaubat.
Latar Informasi:
bertaubatnya ke 21 pengikut aliran ini terjadi setelah mereka mengikuti proses pemeriksaan oleh tim penyidik Polda Jawa
Timur. Latar informasi yang dipakai oleh Harian Media Indonesia
selaras dengan judul yang dipakai. Kutipan:
Mereka masuk Islam kembali bukan karena tekanan dari penyidik, melainkan murni keinginan hati nurani, ujar Kapolda
Jatim Irjen Herman Sumadiredja kepada wartawan di Surabaya, kemarin.
Terdapat kutipan langsung.yang ditulis oleh Media Indonesia.
Sumber: Kapolda Jatim Irjen Herman Sumadiredja.
Pernyataan: Hampir pada setiap paragrafnya memperkuat gagasan atau ide
pokok wartawan dalam pemberitaannya.
Sintaksis
Penutup: -
Harian Media Indonesia menempatkan informasi penting perihal bertaubatnya 21 pengikut al Qiyadah al Islamiyah sejak awal tulisan, diiringi dengan pernyataan
dari Kapolda Jawa Timur, kemudian mendekati akhir tulisan terdapat informasi tentang Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat Pakem Jawa Barat,
Bandung.
Who: Anggota al Qiyadah al Islamiyah
What: 21 pengikut al Qiyadah bertaubat.
When: 9 November 2007.
Dalam teks berita tidak dijelaskan tanggalnya secara eksplisit, namun dari kata kemarin, maka jelas yang dimaksud adalah
sehari sebelum berita dipublikasikan. Where:
Surabaya, Jawa Timur. Why:
21 pengikutnya bertaubat setelah menjalani 4 kali penyidikan oleh Reserse Kriminalitas Reskrim Polda Jatim.
Skrip
How: Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan tidak mau
mengakui Moshaddeq sebagai Rasul, mereka telah kembali ke agama Islam.
Wawancara dilakukan oleh dua narasumber. Namun, harian Media Indonesia menempatkan porsi yang lebih banyak kepada Polda Metro Jatim. Harian Media
Indonesia terlihat seperti ingin tetap bersikap netral, namun dalam pemberitaannya terlihat porsi Polda Jatim lebih besar.
Detail: Dari detail berita tersebut wartawan jelas menerangkan dan
menceritakan informasi tentang bertaubatnya pengikut aliran sesat dari paragraf awal sampai dengan paragraf mendekati
penutup dari berita. Koherensi:
Pada berita itu terdapat kalimat koherensi penjelas antar kalimat. Tematik
Bentuk Kalimat: Berita kali ini harian Media Indonesia masih menggunakan
bentuk kalimat Deduktif dan juga kalimat aktif. Kata Ganti:
Kata ganti yang ditemukan adalah ‘mereka’ yang merupakan kata ganti dari 21 pengikut al Qiyadah yang bertaubat setelah
mengikuti proses penyidikan
1. Sebanyak 21 pengikut al Qiyadah al Islamiyah di Polda Jatim bertaubat. 2. 21 pengikut yang bertaubat tidak lagi mengakui Moshaddeq sebagi Rasul dan
juga kembali mengucapkan kalimat syahadat. 3. Seluruh dokumen yang berhubungan dengan aliran al Qiyadah al Islamiyah dibakar.
Kata: Terdapat satu kata yang khusus yaitu kata ‘satu per satu’.
Idiom: - Retoris
Foto: -
Grafis: -
Wartawan menggunakan otoritas keilmuan dari pakarnya untuk mendukung setiap gagasan maupun ide yang dituliskan wartawan dalam pemberitaannya.
B. Kecenderungan Keberpihakan Harian Media Indonesia.