memilih suatu agama dan melakukan penyimpangan, maka mereka harus segera diluruskan.
35
B. Framing 1. Definisi Framing
Analisis bingkai frame analysis berusaha untuk menentukan kunci-kunci tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya
membentuk pemahaman kita terhadap sebuah peristiwa. Dalam mempelajari media, analisis bingkai menunjukan bagaimana aspek-aspek struktur dan bahasa
berita mempengaruhi aspek-aspek yang lain. Analisis bingkai merupakan dasar struktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas. Jadi, frame
analysis adalah analisis untuk membongkar ideologi di balik penulisan
informasi.
36
Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut
dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok headline depan atau bagian belakang, pengulangan, pemakaian label tertentu
ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi dan simplifikasi. Semua aspek itu dipakai untuk
membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.
37
35
Hatim Gazali, Artikel: Aliran Sesat dan Tradisi Takfir, 18 November 2007.
36
Darmanto, Membongkar Ideologi di Balik Penulisan Berita dengan Analisa Framing, Makalah, Universitas Brawijaya, 2004.
37
Ibid.
Dengan framing kita juga bisa mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita.
Cara pandang atau persfektif ini pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan hendak dihilangkan, dan hendak
dibawa kemana berita tersebut. Proses pemberitaan dalam organisasi media akan sangat mempengaruhi
frame berita yang akan diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi
media tidak lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideologi institusi media tersebut. Ada tiga proses framing dalam organisasi media. Proses
tersebut adalah:
38
1. Proses framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kajian tidak diingkari secara total, melainkan dibalikkan
secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi
tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya. 2. Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak. Redaktur, dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana,
menentukan apakah laporan si reporter akan dimuat ataukah tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan.
3. Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers, tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang masing-
masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkannya
38
Http:ekawenats.blogspot.com200612priming-framing-agenda-setting.html. D iakses
tanggal 17 Maret 2008 Pukul 14.38 WIB.
sambil menyembunyikan sisi lain. Proses framing menjadikan media massa sebagai arena di mana informasi tentang masalah tertentu
diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung pembaca.
Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan pemaknaan
itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas sosial yang kompleks penuh dimensi dan tidak beraturan, disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana,
beraturan dan memenuhi logika tertentu. Berdasarkan penyederhanaan atas kompleksnya realitas yang disajikan
media, menimbulkan efek framing, yaitu:
39
1. Framing yang dilakukan media akan menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek yang lain. Framing umumnya ditandai dengan
menonjolkan aspek tertentu dari realitas, akibatnya ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian yang memadai.
2. Framing yang dilakukan oleh media akan menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang lain. Dengan menampilkan sisi tertentu dalam berita
ada sisi lain yang terlupakan, menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapat liputan dalam berita.
3. Framing yang dilakukan media akan menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor yang lain. Efek yang segera terlihat dalam
pemberitaan yang memfokuskan pada satu pihak, menyebabkan pihak lain yang mungkin relevan dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.
39
Ibid.
2. Konseptualisasi Framing
Peneliti yang paling konsisten mendiskusikan konsep framing adalah W.A.Gamson. Gamson terkenal dengan pendekatan konstruksionis yang melihat
proses framing sebagai proses konstruksi sosial untuk memaknai realitas. Proses ini bukan hanya terjadi dalam wacana media, tetapi juga dalam struktur kognisi
individu. Dalam konteks inilah Gamson melihat adanya hubungan antara wacana media dan publik yang terbentuk di masyarakat.
40
Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Mulanya, frame
dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai
kepingan-kepingan perilaku strips of behavior yang membimbing individu dalam membaca realitas.
41
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati
strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring
interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain framing adalah
40
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta: LKiS, 2001, h. 220.
41
Alex Sobur, M. Si, Drs, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,
Bandung: PT. Renaja Rosdakarya, 2006, Cet. Ke-4, h. 162.
pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.
42
3. Konseptualisasi Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki 1993 melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discourse”
mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: Sintaksis, skrip,
tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi
global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide.
Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri
diperkenalkan lewat suatu tulisan di Jurnal Political Communication.
43
Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam
menganalisis teks media di samping analisis isi kuantitatif. Analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksi
dan dinegosiasikan. Dalam tulisannya tersebut, Pan dan Kosicki tidak hanya membatasi analisisnya semata-mata pada isi media. Di sini, media dipandang
sebagai bagian dari diskusi publik secara luas. Bagaimana media dapat membentuk bingkai dan kemasan tertentu kepada khalayak, dan bagaimana
partisipan politik melakukan pemaknaan dan konstruksi atas peristiwa untuk
42
Ibid. h. 162.
43
Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki, “Framing Analysis: An Approach to News Discourse”, Political Communication
, Vol. 10, No.1, 1993, hal 55-75.
disediakan kepada publik. Khalayak sendiri juga akan melakukan proses dan pemaknaan yang berbeda atas suatu isu atau peristiwa.
44
Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang
berbeda dalam teks berita – kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu – ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan
makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.
Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak
lebih tertuju pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan.
45
1. Dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsep ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing
berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu.
Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu
dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen- elemen yang diseleksi dari suatu isu mau pun peristiwa tersebut menjadi
lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.
2. Konsepsi sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses internal seseorang, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada
44
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005, h. 252.
45
Ibid. h. 252-253.
bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk
menceritakan realitas.
46
Frame di sini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan
pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realita menjadi teridentifikasi,
dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.
4. Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang
dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks
secara keseluruhan. Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi ke dalam empat
struktur besar.
47
Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa – pernyataan, opini, kutipan,
pengamatan atas peristiwa – ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur semantik ini dengan demikian dapat diamati dari bagan berita lead yang dipakai,
latar headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya. Intinya, ia mengamati
46
Ibnu hamad, Agus Sudibyo, M. Qodari, Kabar-kabar Kebencian Prasangka di Media Massa,
Jakarta: ISAI, 2001, h. 69.
47
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005, h. 255.
bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam bentuk umum berita.
Kedua , struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh
wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana
wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.
Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana
wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang
dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca.
Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan
wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana wartawan menyusun
peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata atau idom yang dipilih. Ketika menulis
berita dan menekankan makna atas peristiwa, wartawan akan memakai semua
strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak pembaca bahwa berita yang dia tulis adalah benar. Pendekatan itu dapat dilihat ke dalam tabel berikut ini:
Tabel 2
Kerangka Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki
48
Struktur Perangkat Framing
Unit yang Diamati Sintaksis
Cara wartawan menyusun fakta
1. Skema berita Headline, lead, latar
informasi, kutipan, sumber, pernyataan,
penutup.
Skrip
cara wartawan mengisahkan
fakta 2. Kelengkapan Berita
5W + 1H
Tematik
cara wartawan menulis fakta
3. Detail 4. Maksud kalimat, hubungan
5. Nominalisasi antarkalimat 6. Koherensi
7. Bentuk Kalimat 8. Kata Ganti
Paragraf, proposisi
Retoris
cara Wartawan menekankan fakta
9. Leksikon 10. Grafis
11. Metafora 12. Pengandaian
Kata, idiom, gambar foto, grafik
Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat, bagaimana kalimat bentuk, susunan yang dipilih. Dalam
48
Alex Sobur, M. Si, Drs, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,
Bandung: PT. Renaja Rosdakarya, 2006, Cet. Ke-4, h. 176.
wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita - headline, lead,
latar informasi, sumber, penutup – dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan.
Headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat
kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita.
49
Pembaca cenderung lebih mengingat headline yang dipakai dibandingkan bagian berita.
Headline mempunyai fungsi framing yang kuat. Headline mempengaruhi
bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan.
Selain headlinejudul, lead adalah perangkat sintaksis lain yang sering digunakan. Lead yang baik umumnya memberikan sudut pandang dari berita,
menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang
ingin ditulis wartawan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang
diajukan dalam suatu teks.
50
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik arti yang akan ditampilkan.
Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam pengutipan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas – prinsip
keseimbangan dan tidak memihak. Ia juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa berita yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan
semata, melainkan pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu.
49
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005, h. 257.
50
Ibid. h. 258.
Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan,
peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa yang sebelumnya. Kedua,
berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca.
51
Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W + 1H – who, what, when, where, why,
dan how. Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh
wartawan untuk dilaporkan. Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita:
bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang
didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.
Tematik. Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis: peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan –
semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu
diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Bagaimana fakta ditulis, kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara
keseluruhan.
51
Ibid. h. 260.
Secara keseluruhan unit yang dianalisis pada struktur tematik adalah tema sebuah cerita. Tema theme, menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang
dikandung oleh sebuah cerita.
52
Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini. Diantaranya adalah koherensi: pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau
kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang
tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya.
Detail merupakan
strategi bagaimana
wartawan komunikator
mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap yang dikembangkan oleh wartawan kadang kala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi detail
bagaimana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan.
53
Detail merupakan elemen yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang.
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan
sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan.
Ada beberapa macam koherensi. Pertama, koherensi sebab-akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain.
Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas
52
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005, h. 67.
53
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005, h. 238.
Proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.
54
Dalam elemen ini juga terdapat bentuk kalimat. Bentuk kalimat merupakan sesuatu yang berhubungan dengan cara berpikir logis. Kata Ganti
adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk
menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Proposisi menurut Poespoprodjo 1999 adalah suatu penuturan yang utuh.
Atau ungkapan keputusan dalam kata-kata, atau juga manifestasi luaran dari sebuah keputusan.
55
Proposisi juga merupakan rancangan usulan, ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya.
56
Dalam struktur ini, gaya bahasa juga mendapat perhatian dalam pengkajiannya. Gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa,
pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan ciri khas dalam menyatakan pikiran dan
perasaan baik secara lisan maupun tertulis.
57
Retoris. struktur retoris dari wacana berita mengambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin
ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan
gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita
54
Ibid. h. 263.
55
Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, Bandung: Pustaka Grafika, 1999, h. 170.
56
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Depdikbud.
57
Gunawan Sudarsana, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Yogyakarta: Indonesia Tera, 2007, h. 61. lihat kamus besar bahasa Indonesia 2002.
juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran.
58
Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan. Yang paling penting adalah leksikon, pemilihan, dan pemakaian kata-kata tertentu untuk
menandai atau menggambarkan peristiwa. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Leksikon merupakan kosa kata; kamus
yang sederhana; daftar istilah dalam suatu bidang disusun menurut abjad dan dilengkapi dengan keterangannya; komponen bahasa yang memuat semua
informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa.
59
Dalam arti lain, leksikon dapat diartikan sebagai tersusunnya uraian atau pandangan sehingga bagian-bagiannya berkaitan satu sama lain; keselarasan yang
mendalam antara bentuk dan isi; hubungan logis antara bagian-bagian karangan atau antara kalimat-kalimat dalam satu paragraf, daya tarik antara molekul-
molekul untuk menghindarkan terpisahnya bagian-bagian bila ada kekuatan dari luar.
60
Kalimat adalah satuan bahasa terikat dalam wujud lisan ataupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
61
Selain leksikon, dalam struktur retoris juga ada idiom yang berarti bentuk bahasa berupa gabungan kata yang makna katanya tidak dapat dijabarkan dari
mana unsur gabungan misal: “kambing hitam” yang berarti ‘orang yang dipersalahkan’
; kebiasaan khusus dalam suatu bahasa. Dalam ensiklopedia jilid 3 dikatakan, “idiom adalah kekhususan bentuk bahasa; segala ungkapan, susun –
58
Ibid. h. 264.
59
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Depdikbud.
60
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Depdikbud, h. 449.
61
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,
Jakarta: Akademika Pressindo, 1995, Edisi Baru, Cetakan Ke-1, h. 78.
kata yang tidak menyimpang dari kaidah tata bahasa pada umumnya. Idiom juga meliputi segala ungkapan, rangkaian kata, serta susun – kata yang menunjukkan
kekhususan dalam suatu bahasa sehingga membedakannya dengan bahasa-bahasa lain; idiom biasanya tidak diterjemahkan.
62
Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Grafis merupakan bagian untuk memeriksa
apa yang ditekankan atau ditonjolkan yang berarti dianggap penting oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Eleman grafis ini muncul dalam bentuk
foto, gambar atau tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan.
Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,
pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, tabel untuk
mendukung arti penting suatu pesan. Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto,gambar, dan tabel untuk
mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Elemen grafik memberikan efek kognitif, ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara
intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan atau difokuskan.
Dalam elemen yang keempat ini juga terdapat unsur metafora. Yakni pesan tidak hanya disampaikan lewat teks atau bahasa formal, tetapi juga kiasan,
62
JS Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II, Jakarta: PT Gramedia, 1986, h. 29.
ungkapan dan metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu yang dapat dipakai untuk memperkuat pesan utama.
C. Konseptualisasi Berita 1. Pengertian Berita