Intensitas Keterlibatan dan Kepedulian Dalam Aktivitas Sosial
dikembangkan sesuai dengan derajat kealimannya.Pesantren yang mulai tumbuh berkembang itu, akhirnya diserahkan kepada mantunya sebagai penggantinya.
Setelah menyerahkan pesantren yang baru dirintisnya tersebut, Kyai Cholil mendirikan pesantren baru yang tidak jauh dari pesantren lama. Letaknya di daerah yang sangat strategis,
hampir di pusat kota. Tepatnya di desa Kademangan mungkin dahulu tempatnya para Demang, sekitar 200 m dari alun-alun kota Bangkalan. Seperti pesantren sebelumnya, di
pesantren Kademangan ini, Kyai Cholil cepat memperoleh santri. Kealiman Kyai Cholil semakin lama semakin masyhur, tidak hanya terbatas di Madura,
tetapi sudah menjangkau Jawa.Para santri datang dari berbagai penjuru, sehingga dalam waktu relative singkat pesantren Kademangan ini menjadi terkenal dan besar.Santri pertama
dari luar Madura, tercatat bern ama Hasyim Asy’ari dari Jombang.Hasyim Asyari kelak
muncul sebagai ulama besar, bahkan berhasil mendirikan suatu organisasi Islam terbesar di Pulau Jawa, yaitu Nahdlatul Ulama NU.
4
Dengan mendirikan pesantren, Kyai Cholil disibukkan dalam mengelola dan mengajar santrinya. Namun, hal itu tidaklah membuat Kyai Cholil melepaskan diri dari kehidupan
bermasyarakat dan lingkungannya. Ia mengetahui tidak semua masyarakat bisa dikelola, dididik, dan diajarkan ajaran Islam melalui pesantren ataupun melalui alumni santrinya yang
menjadi da’I ataupun penghulu. Selain karena para santri yang berasal dari masyarakat kebanyakan adalah anak-anak, remaja atau kaum muda, atau beberapa darinya memang ada
kaum tuanya, yang jumlahnya sedikit, juga karena tidak semua masyarakat tertarik untuk belajar pada pesantrennya. Untuk itulah, Kyai Cholil juga terjun di dalam masyarakat, bukan
sekadar persoalan seorang muslim harus bermasyarakat, tapi juga menghadirkan dirinya bahwa dirinya juga berguna bagi masyarakat, menolong kesusahan dan membantu golongan
masyarakat yang tertindas dan meminta pertolongannya. Disinilah kita menemukan sosok
4
Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil
Kyai Cholil Bangkalan sebagai seorang pendakwah ajaran Islam di Madura. Dari pesantren Kademangan inilah, Kyai Cholil bertolak menyebarkan agama Islam di Madura hingga ke
Jawa. Kyai Cholil mula-mula membina agama Islam di sekitar Bangkalan. Baru setelah dirasa cukup baik, mulailah merambah ke pelosok-pelosok jauh, hinga menjangkau ke
seluruh Madura scara merata.
5
Pulau Jawa yang merupakan pulau terdekat dengan pulau Madura menjadi sasaran dakwah Kyai Cholil. Pesantren di Jawa telah dirintis oleh pendahulunya, yaitu Sunan Giri,
dilanjutkan oleh Kyai Cholil dengan metode yang lebih sistematis. Tidak jarang, Kyai Cholil dalam dakwahnya terjun langsung ke masyarakat lapisan terbawah di pedesaan Jawa.
Saat ini masih terlihat nyata bekas peninggalan dakwah Kyai Cholil, baik berupa naskah- naskah, kitab, Al-
Qur’an, maupun monument atau tugu yang pernah dibangunnya. Sebuah tugu petunjuk arah kiblat dan tanda masuknya shalat lima waktu masih dapat dilihat sampai
sekarang di Desa Pelalangan, Bondowoso. Demikian juga beberapa kenangan berupa hadiah tasbih kepada salah satu masyarakat di Bondowoso.Masih banyak bekas jejak dakwah yang
dapat kita temui sekarang, seperti musholla, sumur, sorban maupun tongkat Kyai Cholil.
6
Menurut definisi yang tertuang dalam Al- Qur’an Surat An-Nahl ayat 12, bahwa secara
harfiah kata dakwah artinya kurang lebih: “Dakwah itu tidak lain ialah ajakan kepada Islam dan Islam adalah ajaran menuju atau memperoleh keselamatan, kesejahteraan, dan
perdamaian hidup di dunia dan akhirat.” Dalam perkembangannya, Islam mengalami perubahan dalam dakwahnya, yaitu dengan
pengorganisasian kaum da’I dan sistematisasi konseo dakwah.Dari sini kita melihat dakwah adalah ajakan untuk perbaikan bagi diri sendiri maupun kelompok masyarakat.
5
Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil
6
Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil
Aktivitas Kyai Cholil dalam berdakwah lebih pada penceritaan sebagai Kyai karomah. Namun, penceritaan tersebut menunjukkan bahwa Kyai Cholil bukanlah Kyai “tipe Ka’bah”
atau intelektual menara gading, yang hanya berdiam diri dan asyik dengan keilmuannya di dalam kamar atau pesantren. Kyai Cholil terjun langsung ke masyarakat, menjadi intelektual
organik, dan selalu menerima kedatangan warga masyarakat dari semua golongan dan semua jenis keluhan dan ketidakberdayaan atau ketertindasannya.
Di antara karomahnya adalah pada suatu ketika ada tiga orang tamu yang datang. Beliau menyambut kedatangan tamunya itu dengan ramah dan menanyakan maksud
kedatangannya.Salah seorang dari ketiga tamunya itu yang bekerja sebagai pedagang mengutarakan kesusahan hidup yang dideritanya.Kedatangannya adalah untuk memohon
pertolongan Kyai Cholil agar pintu rezekinya terbuka. Salah seorang lagi menyatakan keinginannya untuk memiliki seorang anak.Ia mengaku
sudah lama menikah namun belum juga dikaruniai seorang anak. Ia memohon sekiranya Kyai Cholil berkenan membantunya supaya keinginannya untuk memiliki seorang anak terwujud.
Yang satu lagi adalah seorang petani.Ia datang menemui Kyai Cholil karena selama ini usahanya sering mengalami kegagalan. Maksud kedatangannya adalah agar Kyai Cholil
berkenan membantunya sehingga usaha pertaniannya member hasil yang melimpah. Setelah mengetahui maksud kedatangan ketiga tamunya itu, ia memberikan “resep”
kepada ketiga tamunya itu. Agar Allah memberikan jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi oleh ketiga tamunya itu, Kyai Cholil meminta kepada ketiga tamunya itu untuk
memperbanyak bacaan Istghfar. Mendapat “resep” demikian mereka agak bingung. Salah seorang dari mereka membatin:
“Penyakitnya berbeda-beda, kenapa Kyai Cholil memberikan “resep” yang sama?” Nampaknya Kyai Cholil “membaca” pertanyaan yang tersembunyi itu seraya
mengatakan: “rupanya kalian belum tahu,ya?”
Kyai Cholil lalu membacakan ayat dalam Surat Nuh yang menyatakan bahwa Allah menjanjikan rezeki, anak dan hasil pertanian bagi orang-orang yang meminta ampunan
Istighfar kepada-Nya. Allah berfirman:
“Maka aku Nabi Nuh katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian, Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepada kalian dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya untuk
kalian sungai- sungai.” QS Nuh [71]: 10-12
Inilah rahasia yang tersembunyi dibalik bacaan Istighfar yang Kyai Cholil berikan kepada tiga orang tamunya itu.
Setelah mengamalkan apa yang telah diberikan oleh Kyai Cholil, ternyata membuat kehidupan mereka berubah dari sebelumnya. Seorang pedagang berubah menjadi makmur,
lalu sepasang suami-istri itu pun akhirnya bisa mendapatkan keturunan yang selama ini mereka impikan, dan seorang petani itupun akhirnya mendapat kepanenan dalam
bertaninya.Itu semua tentu hakikatnya dari Allah SWT. Itulah salah satu cerita dari beragam cerita yang dapat disimpulkan dalam beberapa hal
berkaitan dengan aktivitas dakwah Kyai Cholil yang terjun dalam masyarakat.
7
a. Kyai Cholil dalam berdakwah selalu menyesuaikan konteks dakwahnya dengan
kondisi masyarakat. Hal itu terlihat dari caranya terjun langsung dalam menangani persoalan masyarakat, baik itu persoalan kesehatan maupun
keamanan. b.
Kyai Cholil dalam berdakwah tidak mengagung-agungkan simbol Islam. Ajaran Islam yang dikedepankan sebagai ajaran adalah Islam Sustantif. Islam sebagai
nilai kehidupan dan kemanusiaan yang memberinilai hidup bersama, nilai
7
Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil
perdamaian, dan memudahkan hidup seseorang. Ajaran itu terlihat dari caranya menolong kesusahan orang miskin dari China, atau menolong orang yang
ketinggalan kapal laut tanpa harus membaca ayat atau amalan Al- Qur’an yang
panjang maupun hadits. c.
Kyai Cholil adalah seorang Kyai pragmatis dalam berdakwah di tengah masyarakat. Hal ini dilakukan karena masyarakatnya adalah masyarakat yang
pemikirannya memang sederhana. Masyarakat tempatnya berdakwah tak penah diajari ilmu tasawuf yang penjelasannya mengawang-awang, tetapi cukup
menjelaskan jika Tuhan itu ada, Tuhan itu satu, yaitu Allah SWT. Kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada sesame, jangan lupa sembahyang lima
waktu agar kita diberi kekuatan dalam mencari nafkah dan keselamatan.
Peran besar Syaikhona Cholil yang pertama adalah meneruskan dan menjaga silsilah keilmuan tradisional dari Rasulullah sampai kepada kita hari ini. Silsilah sendiri merupakan
salah satu otentisitas keilmuan islam, sebuah tradisi yang dianggap usang dalam keilmuan modern akademis. Muslim modern tidak paham bahwa ilmu agama memerlukan mata rantai
sebagai proses transmisi keilmuan dari ulama klasik sampai ulama dahulu. Dimana seorang murid harus mendapatkan
“ijazah” silsilah ilmu dari guru atau mursyid diatasnya. Dalam tradisi sufisme, silsilah merupakan bagian penting selain mursyid, murid dan
Talqi bai’at. Ilmu hadits dan tasawuf para kyai NU pasti memiliki rantai silsilah keilmuan yang jika diurut akan sampai kepada sumber primer agama islam yaitu Nabi Muhammad
SAW. Syaikhona Cholil berperan besar menjaga survivalitas ilmu ini dengan menjadi
penyambung ilmu hadits dan tasawuf milik Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syekh Nawawi Al-Bantani dan ulama lainnya. Ilmu yang didapat dari ulama-ulama caliber
internasional itulah yang kemudian diwariskan Syaikhona Cholil kepada seluruh muridnya dan menyebar ke seluruh Indonesia. Sulit dibayangkan, bagaimana seandainya tidak ada
Syaikhona Cholil. Pasti kesahihan ilmu agama kaum muslim di Madura dan Nusantara akan mengalami missing link.
Dalam pengembangan islam di Bangkalan Kyai Cholil mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting, walaupun pada saat itu sudah ada ulama atau kyai. Bahkan pada
zaman itu sudah banyak ulama dan tokoh masyarakat yang sama-sama mempunyai ilmu yang tinggi tentang agama, akan tetapi walaupun demikian, ia tetap mempunyai prioritas tersendiri
dikalangan umat islam Bangkalan pada khususnya, hal ini disebabkan karena Syaikhona Cholil mempunyai kelebihan-kelebihan yang sangat tinggi. Sehingga tatkala ia dalam
kepemimpinannya mempunyai nilai karismatik yang sangat tinggi, sehingga tatkala ia dalam memberikan fatwa-fatwa agama islam, masyarakat maupun santri-santrinya langsung
menerimanya serta dengan perasaan yang sangat antusias dan tawaduk atas apa yang disampaikannya. Dengan demikian, atas rasa tawaduk dan hormatnya sang santri tadi,dari
sekian banyak santri, sebagian besar menjadi ulama dan paling tidak menjadi tokoh masyarakat.
8
Dalam aktivitas sehari-harinya, disamping ia sebagai pengasuh pondok pesantren, ia juga aktif dalam dakwah islamiyah. Melalui dakwah inilah ia menjadi lebih dikenal dilapisan
masyarakat. Sehingga namanya dikenang harum oleh kalangan masyarakat islam baik di masa ia masih hidup maupun saat ini, terutama di Madura dan Jawa Khususnya lagi Jawa-
Timur. Sebagai bukti apabila mencantumkan nama Syaikhona Cholil dalam kaitannyadengan kegiatan social keagamaan, maka sebagian besar masyarakat sangat antusias sekali
8
Amin Moch. Bachri,Tesis: Kepemimpinan KH. Moch. Kholil dalam Sistem Pendidikan Study Histories tentang Pola Pendidikan Santri Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan,
Madura, Jawa Timur, Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Hlm 83-84
mengulurkan tangan baik berupa tenaga, waktu, pemikiran maupun material, apalagi dari masyarakat tersebut masih ada hubungan santri.
Juga sebagai bukti yang lebih autentik bahwa makamnya sampai saat ini selalu di ziarahi oleh masyarakat, baik yang ada di Bangkalan khususnya dan di Madura pada
umumnya maupun masyarakat luar Madura.