Dampak Pada Perubahan Masyarakat

C. Perintis Berdirinya NU

Perjuangan Kyai Cholil bisa dilihat dalam kiprahnya dalam membidani berdirinya organisasi santri tradisional NU. Walaupun Kyai Cholil tidak termasuk pengurus, bahkan tidak di masukkan dalam tim penasihat organisasi tersebut, tetapi semua tokoh NU mengetahui besarnya sumbangsih Kyai Cholil atas berdirinya NU. Bisa jadi, ia memang sengaja tidak mau di masukkan dalam kepengurusan NU, dan memilih perjuangan dan kerja lainnya, selain memberi wadah para Kyai untuk berjuang pada wilayah organisasi pergerakan atau perjuangan politik. Ada tiga orang tokoh ulama yang memainkan peran sangat penting dalam proses pendirian Jam’iyah Nahdlatul Ulama NU yaitu Kyai Wahab Chasbullah Surabaya asal Jombang, Kyai Hasyim Asy’ari Jombang, dan Kyai Cholil Bangkalan. Mujamil Qomar, penulis buku NU “Liberal”: Dari Tradisionalisme Ahlussunnah ke Universalisme Islam 2002, melukiskan peran ketiganya sebagai berikut: Kyai Wahab sebagai pencetus ide, Kyai Hasyim sebagai pemegang kunci, dan Kyai Cholil sebagai penentu berdirinya. 11 Pada awalnya, ide pembentukan Jam’iyah itu muncul dari forum diskusi Tashwirul Afkar yang didirikan oleh Kyai Wahab pada tahun 1924 di Surabaya. Forum diskusi Tashwirul Afkar yang berarti “Potret Pemikiran” ini dibentuk sebagai wujud kepedulian Kyai Wahab dan para Kyai lainnya terhadap gejolak dan tantangan yang dihadapi oleh umat Islam terkait dalam bidang praktik keagamaan, pendidikan dan politik. Setelah peserta forum diskusi Tashwirul Afkar sepakat untuk membentuk sebuah Jam’iyah, maka Kyai Wahab merasa perlu untuk meminta restu kapada Kyai Hasyim yang ketika itu merupakan tokoh ulama pesantren yang sangat berpengaruh di Jawa Timur. 12 11 Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi, Wakil Sekretariat I PCNU Bangkalan 2007- sampai sekarang pada tanggal 30 Oktober 2010 12 Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi Setelah pertemuan dengan Kyai Wahab itulah, murid Kyai Cholil, Kyai Hasyim Asy’ari sebagai sesepuh dari pulau Jawa itu sedang memusatkan perhatiannya terhadap rencana berdirinya Nahdlatul Ulama. Kyai Hasyim Asy’ari tampak resah. Ia tampak kurang yakin atas rencananya tersebut. Ia takut jika pendirian tersebut akan menyebabkan perpecahan umat Islam di Nusantara. Untuk itu ia selalu berdo’a memohon petunjuk kepada Allah dan melakukan shalat Istikharah berkali-kali, namun petunjuk tak kunjung datang. Rupanya petunjuk Allah terhadap rencana berdirinya Nahdlatul Ulama tidak diberikan langsung kepada Kyai Hasyim, tetapi datang melalui perantara Kyai Cholil. Setahun setelah itu, di Surabaya berkumpul para ulama se-Jawa-Madura. Mereka bermusyawarah dan sepakat mendirikan Organisasi Islam Jam’iyah Nahdlatul Ulama di Indonesia. Pada hari itu juga, 31 Desember 1926, Nahdlatul Ulama resmi berdiri. Kemudian, para ul ama sepakat memilih Kyai Hasyim Asy’ari sebagai ketua umumnya. Latar belakang sejarah berdirinya NU tidak mudah. Untuk mendirikannya, para ulama meminta izin terlebih dahulu kepada Allah SWT. Permohonan petunjuk yang diprakarsai oleh Kyai Hasyim Asy’ari rupanya tidak dating langsung kepada beliau. Akan tetapi petunjuk dating melalui Kyai Cholil. Jadi, posisi Kyai Cholil di dalam perjalanan sejarah proses berdirinya Nahdlatul Ulama adalah sebagai Inspirator. 13 Sebagaimana diketahui bersama, organisasi NU adalah organisasi para ulama, Kyai, dan santri yang berada di kalangan orang kecil pedesaan, para petani dan buruh organisasi ini juga melakukan advokasi pendidikan kepada kalangan masyarakat bawah akan kehidupan sosial dan budayanya, dan organisasi ini juga memberikan sumbangsih perjuangan melawan penjajah. Bisa dikatakan jika organisasi ini mengawal proses kelahiran kemerdekaan Indonesia, mengawal proses masa revolusi, lahirnya orde baru, dan lahirnya orde reformasi. 13 Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi Organisasi ini tetap eksis sampai kini. Tentunya kita tak bisa menghapus begitu saja peran Kyai Cholil Bangkalan atas lahirnya organisasi ini di masa silam. 14 NU merupakan organisasi besar yang terakhir berdiri. Sebelumnya organisasi Muhammadiyah 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan1869-1923 di Yogyak arta, Jam’iyat Islam wal Irsyad Al-Arabiyah yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Irsyadal-Islamiyah 1914oleh Syaikh Ahmad Surkati al Anshori As-Sudani 1872-1943 di Jakarta, Persatuan Islam 1923 oleh Ahmad Hassan 1887-1958 di Bandung. Setelah mendirikan organisasi ini, mereka sepakat memutuskan: 1. Mengirimkan utusan ulama Indonesia ke Kongres dunia Islam di Makkah, engan tugas memperjuangkan hukum ibadat dalam Islam dan madzhab empat 2. Membentuk organisasi atau Jama’iyah, kemudian atas usul KH. M. Alwi Abdul Azis diberi nama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Pada hari itu juga dibentuk pengurus yang terdiri dua badan, yaitu Badan Syuri’ah Legislatif dan Badan Tanfidhiyah Eksekutif. Susunan pengurus Syuri’ah pertama sebagai berikut: Roisul Akbar : KH. Hasyim Asy ’ari Wakil Roisul Akbar : KH. Dahlan Katib Awwal : KH. Abdul Wahab Hasbullah Katib Tsani : KH. Abdul Halim A’wan anggota : KH. M. Alwi, KH. Ridwan, KH. Said, KH. Bisri, KH Nahrowi, 14 Wawancara pribadi dengan Bapak H. M. Thoyyib Fawwaz Muslim, S.Pdi