Karya Tulis KH. Muhammad Cholil

Lirboyo Kediri, dan masih banyak yang lain. Dari murid-murid Kyai Cholil tersebut banyak di kemudian hari mendirikan pesantren, dan begitu seterusnya sehingga pendidikan pesantren laksanakan jamur yang tumbuh di tempat subur.Kini, terdapat kurang lebih 6.000 pesantren di Indonesia yang berkhidmah dalam hidup bangsa dan agama. Sebagian besar pengasuh pesantren memiliki sanad persambungan dengan para murid Kyai Cholil yang tentu saja mempunyai ta’alluq bathiniyyah dengan beliau Kyai Cholil.Kedua, selain pesantren yang ditinggali oleh Kyai Cholil di Madura. Kyai Cholil juga meninggalkan kader-kader bangsa dan agama yang berhasil ia didik sehingga akhirnya menjadi pemimpin-pemimpin umat. 28 28 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil

BAB IV PERAN KH. MUHAMMAD CHOLIL DALAM MASYARAKAT-MADURA

A. Intensitas Keterlibatan dan Kepedulian Dalam Aktivitas Sosial

Berpijak dari uraian yang dipaparkan sebelumnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh salah seorang kyai ulama di Bangkalan bahwa KH. Muhammad Cholil bin Abdul Latief adalah merupakan salah seorang kyai ulama yang mempunyai karisma tinggi, terbukti beliau sebagai tokoh masyarakat terkemuka, sosok figure kepemimpinan yang potensial, bertanggung jawab, arif wibawa dan bijaksana. Beliau hidup di zaman penjajahan menjadikan kehidupan Kyai Cholil juga tidak lepas dari gejolak perlawanan terhadap penjajah. Cara utama yang dilakukan adlaah memulai bidang pendidikan. Melalui jalur ini Kyai Cholil mempersiapkan pemimpin yang berilmu, punya wawasan, tangguh dan banyak integritas, baik kepada agama maupun bangsa. 1 Setelah merasa cukup menimba ilmu di Makkah, Kyai Cholil pulang ke Jawa. Sepulangnya dari Tanah Arab, Cholil dikenal sebagai pakar berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu alat, spesialisasi kitab Alfiyah. Setiap ulama dan Kyai memulai perjuangannya dengan merintis Pondok Pesantren. Pesantren dalam sejarahnya merupakan modifikasi dari padepokan di zaman agama Hindu- Buddha di Pulau Jawa, tempat para Brahma dan Biksu mengajar muridnya, juga menjadi tempat ibadah atau semedi.Di Padepokanlah muncul ahli agama yang memberikan tuntunan kepada masyarakat, muncul para pendekar yang membela kepentingan kaum tertindas ketika dirampok dan dicuri, dan tidak sedikit yang menjadi penasehat raja disebuah kerajaan untuk 1 Sarifullah Ma’sum, Karisma Ulama Kehidupan Ringkas 20 Tokoh NU, Bandung: Penerbit Mizan, 1998, hl 32 60 memberikan pengawalan dan pengawasan agar jalannya kerajaan tidak menyimpang dari ajaran-ajaran yang digariskan oleh Tuhan. 2 Begitu pula pesantren, disitu ada tempat ibadah seperti masjid, ada pula tempat belajar para santri untuk menimba ilmu, dan ustadz yang mengajarkan ilmunya, disitu ada rumah Kyai untuk memberikan tuntunan dan pelayanan pada masyarakat sekitarnya. Kyai Cholil kemudian mendirikan pesantren di desa Jengkibuan, Kabupaten Bangkalan.Kealimannya segera menyebar keseluruh Madura.Santri-santri mulai berdatangan untuk mengaji di pesantren itu.Semakin hari Pesantren Syaikhona semakin ramai. Para santri tidak hanya dari lingkungan wilayah Bangkalan, tetapi juga mencakup seluruh Madura. Tidak diketahui secara pasti pada tahun berapa dan pada usia berapa Kyai Cholil mendirikan pondok pesantren. Jika kita melihat dari kelahirannya, yaitu pada 1835, kemudian saat belajarnya di Makkah tahun 1859, berarti ia berangkat menimba ilmu di Makkah dalam usia 24 tahun, tapi berapa lama ia di Makkah, ada yang mengatakan 4 tahun, namun ada sumber lain yang menyebutkan belasan tahun sehingga kita dapat memperkirakan kapan Kyai Cholil mendirikan pondok pesantren karena tidak ada data tertulis yang menyebutkan. Dari sini, kita tidak dapat memperkirakan secara pasti pada tahun berapa dan usia berapa, apakah tahun 1865 atau saat Kyai Cholil berusia 30-an. 3 Kyai Cholil kemudian mengambil mantu bernama Doro Muntaha, seorang Kyai muda yang masih kerabat dekat dan berdarah ningrat. Doro Muntaha, selain berdarah bangsawan, juga dikenal sangat alim tentang ilmu-ilmu keagamaan. Wawasan keagamaannya yang begitu luas serta wibawanya yang besar, tidak mengherankan kalau para santri mengaguminya.Kyai Cholil sangat memahami keistimewaan Doro Muntaha.Dan itu harus dipelihara serta 2 http:id.wikiquote.orgwikiperibahasa 3 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil Selaku Sekretaris Umum Pondok Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil Demangan Barat Bangkalan pada tanggal 29 September 2010 dikembangkan sesuai dengan derajat kealimannya.Pesantren yang mulai tumbuh berkembang itu, akhirnya diserahkan kepada mantunya sebagai penggantinya. Setelah menyerahkan pesantren yang baru dirintisnya tersebut, Kyai Cholil mendirikan pesantren baru yang tidak jauh dari pesantren lama. Letaknya di daerah yang sangat strategis, hampir di pusat kota. Tepatnya di desa Kademangan mungkin dahulu tempatnya para Demang, sekitar 200 m dari alun-alun kota Bangkalan. Seperti pesantren sebelumnya, di pesantren Kademangan ini, Kyai Cholil cepat memperoleh santri. Kealiman Kyai Cholil semakin lama semakin masyhur, tidak hanya terbatas di Madura, tetapi sudah menjangkau Jawa.Para santri datang dari berbagai penjuru, sehingga dalam waktu relative singkat pesantren Kademangan ini menjadi terkenal dan besar.Santri pertama dari luar Madura, tercatat bern ama Hasyim Asy’ari dari Jombang.Hasyim Asyari kelak muncul sebagai ulama besar, bahkan berhasil mendirikan suatu organisasi Islam terbesar di Pulau Jawa, yaitu Nahdlatul Ulama NU. 4 Dengan mendirikan pesantren, Kyai Cholil disibukkan dalam mengelola dan mengajar santrinya. Namun, hal itu tidaklah membuat Kyai Cholil melepaskan diri dari kehidupan bermasyarakat dan lingkungannya. Ia mengetahui tidak semua masyarakat bisa dikelola, dididik, dan diajarkan ajaran Islam melalui pesantren ataupun melalui alumni santrinya yang menjadi da’I ataupun penghulu. Selain karena para santri yang berasal dari masyarakat kebanyakan adalah anak-anak, remaja atau kaum muda, atau beberapa darinya memang ada kaum tuanya, yang jumlahnya sedikit, juga karena tidak semua masyarakat tertarik untuk belajar pada pesantrennya. Untuk itulah, Kyai Cholil juga terjun di dalam masyarakat, bukan sekadar persoalan seorang muslim harus bermasyarakat, tapi juga menghadirkan dirinya bahwa dirinya juga berguna bagi masyarakat, menolong kesusahan dan membantu golongan masyarakat yang tertindas dan meminta pertolongannya. Disinilah kita menemukan sosok 4 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Ikhsan Fadhil