2.3.1 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi secara tidak langsung dilakukan dengan cara antropometri. Antropometri adalah ukuran tubuh manusia, apabila ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein
dan energi Supariasa dkk, 2001.
Beberapa faktor yang mempengaruhi antropometri adalah faktor genetik dan faktor lingkungan yang berkaitan dengan gizi, beberapa konsumsi makanan
dan kesehatan berupa penyakit infeksi. Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai macam pengukuran, yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas dan sebagainya. Dari beberapa pengukuran tersebut, pengukuan berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas sesuai umur adalah
pengukuran yang sering dilakukan dalam survey gizi Soekirman, 2000. a.
Indikator BBU Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang infeksi, penurunan nafsu makan, atau
menurunkan jumlah makanan yang dikonsumsi Supariasa dkk, 2001 Kelebihan indikator ini adalah sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka
waktu pendek, juga dapat digunakan untuk mendeteksi kegemukan. b.
Indikator TBU Indikator TBU merupakan indikator pengukuran antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi
Universitas Sumatera Utara
badan tumbuh seiring dengan pertumbuhan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek.
Pengaruh devisiensi zat gizi terhadap tinggi badan anak nampak dalam waktu yang relatif lama Supariasa dkk, 2001. Indikator TBU menggambarkan status
gizi masa lalu dan dapat menggambarkan keadaan sosial ekonomi penduduk. c.
Indikator BBTB Berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam
kondisi normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu Supariasa dkk, 2001. Indikator BBTB
ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik terutama apabila data umur yang akurat sulit diperoleh Soekirman, 2000.
Metode dalam Penilaian Status Gizi dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu: 1.
Penilaian secara langsung yang terdiri dari pemeriksaan tanda-tanda klinis, tes laboratorium, metode biofisik, dan antropometri.
2. Penilaian dengan melihat statistik kesehatan yang biasa disebut dengan
penilaian status gizi tidak langsung. 3.
Penilaian dengan melihat variabel ekologi Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
adalah berat badan menurut umur BBU, tinggi badan menurut umur TBU dan berat badan menurut tinggi badan BBTB. WHO telah merekomendasikan untuk
menggunakan umur penuh pada perhitungan umur balita. Umur penuh ialah sisa hari dari hasil perhitungan tidak diambil atau tidak diperhitungkan, misalnya hasil
Universitas Sumatera Utara
perhitungan 1 tahun 2 bulan 13 hari maka umur balita tersebut menjadi 1 tahun 2 bulan 13 hari tidak diperhitungkan.
Cara Menghitung Umur Balita : Tanggal Pengukuran Tanggal Lahir
Misalnya: 19 09 2012 05 04 2011
14 05 1 1 Tahun : 12 Bulan
05 Bulan : 5 Bulan 14 Hari : 0 Bulan
Jadi, dibulatkan menjadi 12 bulan + 5 bulan = 17 bulan Jika selisih tanggalnya negative - maka dikurangi 1 bulan, jika selisih
tanggalnya positif + maka selisih tanggal diabaikan. Dari berbagai indeks tersebut, untuk menginterpretasikan dibutuhkan
ambang batas. Ambang batas menurut kesepakatan para ahli gizi adalah :
Tabel 2.1. Kategori Status Gizi Berdasarkan Indikator yang Digunakan Indikator
Status Gizi Keterangan
BBU Gizi Buruk
Gizi Kurang Gizi Baik
Gizi Lebih -3 SD
≥ -3 SD sd -2SD -2 SD sd 2 SD
2 SD
TBU Sangat Pendek
Pendek Normal
Lebih dari Normal -3 SD
≥ -3 SD sd -2SD -2 SD sd 2 SD
2 SD sd 3 SD BBTB
Sangat Kurus Kurus
Normal Gemuk
Obesitas -3 SD
≥ -3 SD sd -2SD -2 SD sd 2 SD
2 SD sd 3 SD 3 SD
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi