Pengalaman juga dapat mempengaruhi sikap ibu dalam pemantauan tumbuh kembang baduta melalui KMS. Apabila ibu mengetahui peningkatan
tumbuh kembang baduta setelah membawa badutanya ke pelayanan kesehatan dengan menunjukkan hasil peningkatan baduta dalam KMS maka si ibu akan
merasa senang dan beruntung karena telah membawa badutanya ke pelayanan kesehatan. Hal ini sama dengan teori yang dikembangkan oleh Fesbein dan
Ajzen 1980 dalam Notoatmodjo 2010 yang menekankan bahwa sikap ibu adalah penilaian ibu tersebut terhadap untung ruginya tindakan yang akan
diambil untuk imunisasi anaknya dan kepercayaan atau keyakinan ibu terhadap tindakan yang akan diambil, lepas dari orang lain setuju atau tidak setuju.
2.1.3 Tindakan Ibu dalam Pemanfaatan KMS
Untuk mewujudkan suatu sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan yaitu
fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap pemantauan badutanya melalui KMS harus mendapat dukungan dari suaminya dan ada fasilitas posyandu atau
pelayanan kesehatan yang mudah dicapai agar ibu tersebut membawa badutanya untuk ditimbang berat badannya, diukur tinggi badannya, diimunisasi dan
melakukan pelayanan kesehatan lainnya serta menunjukkan KMS. Sikap tersebutakan terlaksana karena menurut ibu dengan melakukan hal-hal tersebut
ibu akan lebih dahulu mengetahui perkembangan badutanya atau lebih cepat menangani masalah pada badutanya karena ibu telah beranggapan hal tersebut
sangat penting dan menguntungkan untuk kesehatan badutanya. Pernyataan tersebut sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo 2007 yaitu
Universitas Sumatera Utara
setelah ibu mengetahui dengan membawa anak balitanya ke posyandu atau pelayanan kesehatan merupakan hal yang baik dan menguntungkan maka
selanjutnya ibu akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang sudah diketahui dan disikapinya dengan baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Sakbaniyak, Herawati dan Mustika 2011 di desa Sumberejo menunjukkan bahwa dari 83 ibu balita dapat diketahui
tingkat pengetahuan ibu balita dengan kepatuhan kunjungan balita ke posyandu dengan pengetahuan kurang 19 ibu balita 22,9, dengan pengetahuan cukup
sebanyak 44 ibu balita 53,0 dan sisanya sebanyak 20 ibu balita 24,1 memiliki pengetahuan baik. Menurut kunjungan balita dari 83 ibu balita yang
diwawancarai terdapat 28 ibu balita 33,7 tidak patuh dalam mengikuti kegiatan posyandu dan 55 ibu balita 66,3 patuh dalam mengikuti kegiatan
posyandu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebahagian besar pengetahuan yang dimiliki ibu balita dalam pengetahuan cukup dan dimana pengetahuan yang
dimiliki ibu dapat mempengaruhi perilaku kesehatan balitanya. Pengetahuan ibu yang baik maka akan mempermudah dan lebih memahami akan pentingnya
kegiatan posyandu pada balitanya. Seseorang yang berpengetahuan baik dapat lebih memelihara tingkat kesehatannya daripada seseorang yang berpengetahuan
kurang.
2.2 Kartu Menuju Sehat KMS