tertentu yang ada diwilayah-wilayah tertentu,pengelolaan,penyimpanan, dan penyajian bagi kepentingan rakyat,dalam rangka memberikan jaminan
kepastian hukum dibidang pertanahan termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaanya.
6
Penjabaran terinci dari ketentuan pokok tentang pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 di atas memberi pengertian
sebagai berikut. a.
Bahwa pendaftaran tanah itu bukan hanya sekali kegiatan,tetapi kegiatan yang berkesinambungan sesuai dengan perbuatan kebutuhan hukum.
b. Pengumpulan,pengelohan,pembukuan,penyajian,dan pemeliharaan data
pendaftaran tanah merupakan inti pokok kegiatan pendaftaran tanah. c.
Pemberian surat tanda bukti hak sertifikat bagi yang mendaftarkan tanahnya adalah wujud konkrit bahwa tanahnya telah terdaftar.
d. Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan
satuan rumah susun yang didaftar,termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya.
e. Daftar nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat
keterangan mengenai penguasaan tanah dengan sesuatu hak atas tanah, atau hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik atas satuan
rumah susun oleh orang perseorangan atau badan hukum tertentu.
2.1.1. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Melalui pasal 5 dan 6 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 ditegaskan bahwa penyelenggara pendaftran tanah adalah Badan
Pertanahan Nasional dan pelaksana pendaftran tanah dilakukan oleh kepala Kantor Pertanahan yang ada disetiap kabupaten dan
kota. Pengecualian bagi kegiatan-kegiatan tertentu ditugaskan kepada pejabat lain yang ditetapkan dengan suatu peraturan
perundang-undangan. PPAT yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Badan
Pertanahan Nasional,baik PPAT umum,khusus, ataupun sementara
6
Lihat : Hukum Agraria Indonesia. Boedi Harsono. Hal : 72
Universitas Sumatera Utara
difungsikan pada kegiatan pendaftaran tanah lanjut bagi tanah- tanah yang telah terdaftarbersertifikat yang biasa disebut kegiatan
pemeliharaan data pendaftran tanah seperti pengalihan hak, pembebanan hak, dan pemberian hak lain diatas tanah hak tertentu
sebagimana pada hak milik dan hak pengelolaan.Sementara pejabat lain dimaksudkan seperti Panitia Ajukasi yang difungsikan pada
pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sistematik bagi tanah- tanah yang belum terdaftarbersertifikat yang susunanya sebagai
berikut : a.
Seorang Ketua Panitia merangkap anggota yang dijabat oleh seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional.
b. Beberapa orang yang terdiri dari :
1. Seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang
mempunyai kemampuan pengetahuan di bidang pendaftaran tanah .
2. Seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang
mempunyai kemampuan pengetahuan di bidang hak-hak atas tanah.
3. Kepala desakelurahan yang bersangkutan dan atau seorang
pamong desakelurahan yang ditunjuknya. Keanggotaan Panitia Ajukasi dapat ditambah dengan seorang
anggota yang sangat diperlukan dalam penilaian kepastian data yuridis mengenai bidang-bidang tanah di desa kelurahan yang
bersangkutan.Prioritas utama harus diberikan kepada para tetua adat yang dianggap sangat mengetahui masalah tanah di desanya
dan juga Panitia Ajukasi itu dibantu lagi oleh satuan tugas pengukuran dan pemetaan,satuan tugas pengumpul data yuridis,
dan satuan administrasi. Jika bertolak dari ketentuan UUPA terutama pasal 2 ayat 4 dan
pejelasan pasal 2 bahwa kewenangan agraria itu ada ditangan Pemerintah Pusat, namunjika diperlukan dapat didelegasikan
Universitas Sumatera Utara
kepada Pemerintah Daerah asalkan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional; Sebagai contoh melalui Peraturan Menteri
Dalam Negeri No.6 Tahun 1972 telah diganti dengan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No.5
Tahun 1999dan Peraturan dalam Negri No.1 Tahun 1977.
7
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1999 tentang pelimpahan
kewenangan pemberian dan pembatalan keputusan pemberian hak atas
tanah negara
bahwa Kepala
Kantor Pertanahan
KabupatenKota berwenang memberi keputusan mengenai : a.
Pemberian hak milik atas tanah pertanian tidak lebih dari 2 hektar,
b. Pemberian hak milik atas tanah non pertanian tidak lebih dari
2000m
2
kecuali mengenai tanah bekas hak guna usaha, c.
Pemberian hak milik atas tanah dalam rangka pelaksanaan program transmigrasi, retribusi tanah,konsolidasi tanah, dan
pendaftaran tanah secara sistematik maupun sporadik, d.
Pemberian hak guna bangunan atas tanah yang luasnya tidak lebih dari 2000m
2
kecuali mengenai tanah bekas hak guna usaha,
e. Semua pemberian hak guna bangunan atas tanah hak
pengelolaan, f.
Pemberian hak pakai atas tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2 hektar.
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan di provinsi berwenang memberi keputusan mengenai :
a. Pemberian hak milik atas tanah pertanian yang luasnya lebih
dari 2 hektar,
7
Lihat : Pendaftaran Tanah Kepastian Hak. Tampil Anshari Siregar. Hal : 29
Universitas Sumatera Utara
b. Pemberian hak milik atas tanah non pertanian yang luasnya
tidak lebih dari 5000m
2
,kecuali kewenangan pemberiannya telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan,
c. Pemberian hak guna usaha atas tanah yang luasnya tidak lebih
dari 200 hektar, d.
Pemberian hak guana bangunan atas tanah yang luasnya tidak lebih dari 150.000m
2
,kecuali kewenangan pemberiannya telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan,
e. Penbelian hak pakai atas tanah pertanian yang luasnya lebih
dari 2 hektar, f.
Pemberian hak pakai atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 150.000m
2
,kecuali kewenangan pemberiannya telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan.
Menteri Negara AgrariaBadan Pertanahan Nasional berwenang untuk :
1. Menetapkan pemberian hak atas tanah yang diberikan secara
umum. 2.
Memberikan keputusan mengenai ; a.
Pemberian dan pembatalan hak atas tanah yang tidak dilimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kepala Kantor Pertanahan.
b. Pemberian dan pembatalan keputusan pemberian hak atas
tanah yang telah dilimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional atau
Kepala Kantor Pertanahan apabila atas laporan Badan Pertanahan Nasional hal tersebut diperlukan berdasarkan
keadaan dilapangan. Pada pasal 2 Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2003 ditegaskan :
1 Sebagaimana kewenangan Pemerintah dibidang pertanahan
dilaksanakan oleh Pemerintah KabupatenKota.
Universitas Sumatera Utara
2 Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1adalah :
a. pemberian ijin lokasi,
b. penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan
pembangunan, c.
penyelesaian sengketa tanah garapan, d.
penyelesain masalah ganti kerugian dan satuan tanah untuk pembangunan,
e. penetapan subyek dan obyek retribusi tanah serta ganti
kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absente, f.
penetapan dan penyelesain masalah tanah kosong. 3
Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 yang bersifat
lintas KabupatenKota
dalam satu
Propinsi dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi yang bersangkutan.
Pada pasal 5 Keputusan Presiden No.34 Tahun 2003 dinyatakan bahwa Keputusan Presiden No.30 Tahun 2003 tentang
kedudukan,tugas,fungsi,kewenangan,susunan organisasi, dan tata kerja lembaga pemerintahan non departemen termasuk Badan
Pertanahan Nasional tidak berlaku lagi . Pada Peraturan Mentri Dalam Negeri No.1 Tahun 1997 ditegaskan
bahwa bagian-bagian tanah hak pengelolaan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah,Lembaga, instansi atau badan-badan hukum
milik Pemerintah untuk pembangunan wilayah pemukiman, dapat diserahkan kepada pihak ketiga dan diusulkan kepada Mentri dalam
Negeri atau Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan untuk diberikan dengan hak milik,hak guna bangunan atau hak pakai,
sesuai dengan rencana peruntukan dan penggunaan tanah yang telah dipersiapkan oleh pemegang hak pengelolaan yang
bersangkutan. Tetapi jika bagian-bagian tanah hak pengelolaan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah, lembaga,instansi,
badan-badan hukum Indonesia itu seluruh modalnya dimiliki oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk pembangunan dan
Universitas Sumatera Utara
pengembangan wilayah industri dan parawisata, dapat diserahkan kepada pihak ketiga dan diusulkan kepada Mentri Dalam Negeri
atau Gubenur dalam daerah yang bersangkutan untuk diberikan dengan hak guna bangunan atau hak pakai sesuai dengan rencana
peruntukan dan pembangunan tanah yang telah dipersiapkan oleh pemegang hak pengelolaan yang bersangkutan.
Pandangan Sir Charles Fortescue – Brickdate yang dikutip A.P
Perlindungan 1990 ; 4 yang menyatakan ada 6 yang harus digabungkan dalam pendaftaran tanah yaitu :
1. Security, bertolak kemantapan sistem sehingga seseorang akan
merasa aman atas hak tersebut karena membeli tanah tersebut ataupun mengikatkan tanah tewrsebut untuk suatu jaminan atas
uang hutang, 2.
Simplicity, sederhana sehingga setiap orang dapat mengerti, 3.
Accuracy, bahwa terdapat ketelitian dari pada sistem pendaftaran tersebut secara lebih efektif,
4. Expedition, artinya dapat lancar dan segera sehingga
menghindari tidak jelas yang bisa berakibat berlarut-larut dalam pendaftaran tersebut,
5. Cheapness, yaitu agar biaya tersebut dapat semurah mungkin,
6. Suitability to circumstances, yaitu akan tetap berharga baik
sekarang maupun kelak di kemudian hari pendaftaran tanah tersebut.
8
2.1.2. Tujuan Pendaftaran Tanah