Usahatani Padi Ladang di Kabupaten Karawang

melakukan penanaman dengan sistem borongan, biayanya tergantung jarak tanam yang didinginkan petani. Jika jarak tanam biasa, yakni 25x25 cm biaya yang dikeluarkan adalah Rp.600.000-Rp.650.000, sedangkan jika jarak tanamnya menggunakan sistem legowo, maka biayanya bisa mencapai Rp.700.000 per hektar lahannya. Meskipun secara teori sistem legowo bisa memberikan hasil yang lebih tinggi, namun petani lebih sering menggunakan sistem tanam dengan jarak tanam biasa. Pemupukan Pemupukan dilakukan dua kali saat padi berusia 3-4 minggu dan 6-8 minggu. Dosis pupuk urea, TSP, SP-36, NPK yang digunakan berkisar 3-4,5 kuintal per hektarnya. Penyiangan dan Penyulaman Penyiangan bertujuan untuk membersihkan padi dari tanaman gulma, sedangkan penyulaman bertujuan untuk mengganti benih padi yang mati setelah ditanam. Petani umumnya tidak mengeluarkan biaya untuk melakukan penyiangan dan penyulaman. Hal itu dikarenakan buruh tani yang ingin memanen lahan padi petani tersebut lah akan melakukan penyiangan, dengan konsekuensi pemanenan nanti tidak boleh dilakukan oleh buruh tani lain. Kegiatan penyiangan dilakukan satu sampai dua kali tergantung bannyak sedikitnya gulama yang tumbuh. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit atau penyemprotan dilakukan 6-10 kali. Hama yang sering menyerang yaitu wereng. Sekain banyak wereng yang menyerang, maka intensitas penyemprotan semakin banyak.

5.3.2. Usahatani Padi Ladang di Kabupaten Karawang

Kegiatan berusahatani padi ladang Kabupaten Karawang dilakukan mulai dari kegiatan persiapan lahan dalam dengan mengolah lahan pada saat datangnya musim hujan sekitar bukan Oktober atau November tergantung perkiraan petani berdasarkan pengalamannya sampai dengan masa panen sekitar bulan Maret atau April. Kegiatan berusahatani padi ladang di Kabupaten Karawang umumnya dilakukan dengan sistem tumpang sari atau mono kultur. Sebagian petani menanam padi sebagai tanaman utama, dan ada juga yang menannamnya sebagai tanaman sela, di antara tanaman utama, seperti: pisang, jeruk, dan jenis tanaman tahunan lainnya. Varietas padi ladang yang digunakan saat ini petani adalah jenis Ciherang yang sebenarnya merupakan varietas padi sawah. Berdasarkan pengalaman petani, varietas padi sawah jenis Ciherang dapat memberikan hasil yang relatif lebih tinggi jika ditanam di lahan kering daripada varietas padi ladang lainnya. Varietas jenis Ciherang juga dianggap sesuai dengan kondisi tanah dan iklim di Kabupaten Karawang oleh para petani. Pengolahan Lahan Penentuan waktu yang paling tepat untuk mengolah tanah dilakukan petani berdasarkan pengalaman dari masa tanam sebelumnya. Berdasarkan pengalaman tersebut jika petani memperkirakan bahwa musim hujan akan mulai berlangsung secara merata pada bulan tertentu, maka sekitar dua minggu hingga satu bulan sebelum bulan tersebut merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan pengolahan lahan. Pengolahan tanah dilakukan petani responden dengan cara mencangkul dengan menggunakan cangkul dan tidak ada petani responden yang menggunakan mesin atau ternak untuk membajak karena biaya penggunaan mesin pembajak traktor yang sangat tinggi dan karena tidak ada petani memiliki ternak pembajak sehingga kegiatan mencangkul tanah dilakukan hanya dengan mengandalkan tenaga manusia dari dalam maupun dari luar keluarga. Pada pengolahan pertama, mencangkul dilakukan sedemikian rupa sehingga tanahnya terbalik, yaitu yang semula di atas atau di permukaan menjadi di bagian bawah dan demikian sebaliknya yang semula di bagian bawah menjadi di bagian atas. Pengolahan ini dimaksudkan untuk mematikan dan membusukkan rerumputan yang semula terdapat di permukaan tanah dan kemudian akan terbenam ke bagian bawah tanah. Pembalikan tanah bagian bawah ke atas betujuan untuk menganginkan tanah memberikan kesempatan bagi tanah untuk melepaskan racun-racun yang sangat mungkin terbentuk dalam tanah. Keadaaan ini dibiarkan selama dua minggu hingga rerumputan yang terbenam dianggap sudah membusuk atau melapuk dan racun-racun yang ada sudah menguap ke udara. Pengolahan kedua merupakan penyisiran tanah yaitu mengusahakan agar tanah yang sebelumnya merupakan bongkahan atau gumpalan -gumpalan besar dipecahkan dan diremukkan hingga sekecil-kecilnya. Bagian atas tanah juga diolah sedemikian rupa dengan menggunakan garpu atau garu sehingga lahan yang akan ditanami padi menjadi sedatar mungkin. Kemudian sekitar dua minggu setelah pengolahan kedua, dilakukan pengolahan ketiga yang merupakan kegiatan mencangkul tanah yang sebelumnya telah diremukkan dan diratakan pada pengolahan pertama dan kedua. Pengolahan ketiga ini dilakukan sedemikian rupa sehingga arah dari pembajakan tanah pertama membentuk siku dengan arah dari pembajakan tanah kedua. Kemudian pada tahap pengolahan ini juga diusahakan sedemikian rupa sehingga bagian tengah dari lahan yang diolah sedikit lebih tinggi daripada bagian pinggir lahan dengan maksud agar bagian tengah lahan tidak tergenang air jika hujan turun secara berlebihan tetapi akan mengalir ke bagian pinggir lahan, sebab walaupun padi ladang sangat tergantung pada air hujan dalam pertumbuhannya namun air yang berlebihan juga akan menyebabkan kerusakan pada padi ladang. Untuk lahan yang permukaannya miring, terutama pada daerah berbukit, lahan dibuat berbentuk terasering untuk mencegah pengendapan air dan membentuk parit-parit untuk mencegah erosi agar kesuburan tanah tetap terjaga. Biaya upah yang berlaku secara umum bagi para buruh tani untuk proses pengolahan tanah adalah Rp. 20 ribu per hari dengan jam kerja selama 6 jam. Penanaman Penanaman dilakukan dengan menggunakan alat tugal aseuk yang terbuat dari kayu untuk membuat lubang- lubang tanam pada kedalaman sekitar 2 hingga 5 cm pada lahan yang sebelumnya sudah diolah terlebih dahulu, kemudian ke dalam ubang dimasukkan sekitar 5 sampai 7 bulir padi jenis Ciherang dengan jarak anam pada umumnya kira-kira 20 X 20 sentimeter hingga 30 X 30 sentimeter. Setelah bulir ditugalkan ke dalam tiap-tiap lubang tanam kemudian ditutup kembali dengan maksud agar bulir yang ditugalkan tidak diganggu oleh burung atau binatang-binatang perusak atau pemakan bulir lainnya. Kebutuhan benih per hektar padi ladang yaitu 50-100 kg. Pemupukan Sulitnya mendapatkan pupuk bagi petani menyebabkan penggunaan pupuk yang tidak optimal karena tidak sesuai dengan dosis pupuk ideal, bahkan sebagian petani tidak menggunakan pupuk sama sekali. petani hanya memupuk 50-100 kg per hektar lahannya. Pemupukan dilakukan dua kali, yaitu pada saat umur padi 15 hari dan 45 hari. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit untuk padi ladang di Kabupaten Karawang hanya sebagai pencegahan. Hama yang biasa menyerang yaitu wereng. Hal itu bisa diatasi dan ducegah dengan penyemprotan pestisida jenis insektisida, yang bisa dengan mudah didaoatkan di kios tani terdekat. Pengendalian hama padi ladang yang paling menyita waktu dan biaya adalah untuk mengendalikan gulma penyiangan. Petani harus melakukan sesering mungkin penyiangan terutama awal masa penanaman, agar pertumbuhan gulma tidak menghambat pertumbuhan padi yang baru ditanam.

5.3.3. Struktur Biaya Tunai Usahatani Padi Ladang dan Sawah