Perumusan Masalah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alokasi Produk dan Marketed Surplus Padi di Kabupaten Karawang

1.2 Perumusan Masalah

Sebagai salah satu sentra padi di Jawa Barat, Kabupaten Karawang adalah sasaran kebijakan pemerintah untuk menaikkan produksi padi dan memperbaiki posisi tawar petani . Salah satu kebijakan pemerintah adalah kebijakan harga pembelian pemerintah HPP. Gambar 2. Pola Musim Padi di Kabupaten Karawang Tahun 2010-2011 Sumber: Dishutbun Kabupaten Karawang, 2011 [diolah] Musim tanam padi di Kabupaten Karawang umumnya terdiri dari dua musim tanam setiap tahunnya. Musim tanam pertama rendeng terjadi pada Bulan Februari hingga Mei sedangkan musim tanam ke dua gadu terjadi dari Bulan Juni hingga September. Dari data di atas dapat dilihat bahwa supply padi di Kabupaten Karawang melimpaih pada bulan April hingga Mei dan bulan September sampai dengan Oktober. Pada bulan-bulan itu lah supply beras atau padi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 Ja n -1 F e b -1 M a r- 1 A p r- 1 M a y -1 Ju n -1 Ju l- 1 A u g -1 S e p -1 O ct -1 N o v -1 De c- 1 Ja n -1 1 F e b -1 1 M a r- 1 1 A p r- 1 1 M a y -1 1 Ju n -1 1 produksi ton Gambar 3. Perbandingan Harga Gabah Kering Panen Petani di Kab.Karawang dan HPP Bulog Tahun 2009-2011 Sumber: Dishutbun Kabupaten Karawang , 2011 [diolah] Jika dikaitkan dengan kebijakan harga, seperti yang terlihat pada Gambar 2 dan 3, bahwa dari tahun 2009 hingga 2011, harga gabah kering panen petani mengalami trend naik. Bahkan pada musim ke-dua tahun 2010, harga gabah kering panen jauh melebihi harga gabah pemerintah. Dari segi kebijakan pemerintah, akses pasca panen padi di Kabupaten Karawang pun mudah. Kemudahan tersebut terlihat dari jumlah Rice Milling Unit RMU yang jumlahnya bervariasi di setiap desa, berkisar 3-13 unit BPS 2010. Skala dari penggilingan padi ini juga bervariasi dari kecil hingga besar dan mayoritas beroperasi setiap tahun. Ketergantungan petani terhadap tengkulak saat ini masih sangat tinggi. Petani sering kali meminjam modal kepada tengkulak sehingga petani secara tidak langsung punya kewajiban memasarkan hasil panennya kepada tengkulak tersebut. Atau, jika petani yang punya keterbatasan modal seringkali menjual hasil panennya sebelum padi tersebut memasuki masa panen ijon, tebas. Kuat dugaan, petani dengan kondisi seperti ini, tidak lagi menyimpan gabahnya, melainkan dijual seluruhnya, sedangkan untuk keperluan konsumsi petani bisa membelinya dari pasar. Diduga ada pergeseran pola perilaku petani dari yang tadinya menyimpan sebagian hasil panennya menjadi menjual seluruh hasil panennya yang bisa mempengaruhi supply padi ke masyarakat. Supply padi atau beras akan menumpuk di waktu-waktu tertentu saja, yaitu saat panen. 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 Ja n -0 9 M a r- 9 M a y -0 9 Ju l- 9 S e p -0 9 N o v -0 9 Ja n -1 M a r- 1 M a y -1 Ju l- 1 S e p -1 N o v -1 Ja n -1 1 M a r- 1 1 M a y -1 1 harga GKP hpp Artinya, padi yang pada dasarnya komoditi subsisten bisa berubah menjadi komoditi komersial. Di sisi lain, produksi padi di Kabupaten Karawang tidak hanya dihasilkan oleh daerah persawahan yang telah dilengkapi oleh sistem irigasi, baik itu teknis maupun alami, tetapi juga daerah lahan kering yang berbasiskan padi ladang. Tabel 7. Data Lahan Padi Kabupaten Karawang Tahun 2008-2009 Tahun Sawah ha Ladang ha 2008 95.360 3.168 2009 96.261 3.141 Sumber : Badan Pusat Statistik 2010 [diolah] Perbedaan pola usahatani ini bisa berdampak pada pola tanam dan teknologi budidaya padi. Itu berimplikasi pada perbedan hasil produksi dan produktivitas padi yang dihasilkan. Perbedaan ini bisa mengakibatkan perbedaan karakteristik perilaku petani itu sendiri. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, maka ada perlakuan yang bebeda-beda pula dari petani pada masing- masing pola usahatani terhadap produk padinya sehingga akan memberikan pengaruh terhadap marketed surplus. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan-permasalahan penelitian yang menarik untuk dikaji, antara lain: 1. Bagaimana perilaku petani pada pola usahatani padi sawah dan ladang di Kabupaten Karawang dalam mengalokasikan produk atau hasil panennya? 2. Faktor-faktor apa saja yang memepengaruhi besarnya marketed surplus padi pada pola usahatani sawah dan ladang di Kabupaten Karawang?

1.3 Tujuan Penelitian