Marketable dan Marketed Surplus

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dilandasi oleh teori-teori mengenai konsep marketable dan marketed surplus, serta faktor-faktor yang memepengaruhinya. Adapun uraian secara lengkap dapat dijelaskan dalam sub-bab berikut :

3.1.1 Marketable dan Marketed Surplus

Ada banyak pengertian mengenai marketed dan marketable surplus yang telah berkembang sampai saat ini. Krishna dalam Newman 1977 mendefinisikan marketable surplus sebagai hasil panen setelah dikurangi konsumsi. Barter, transfer, dan pemberian termasuk dalam konsumsi tersebut. Dalam penelitiannya, Nusril dan Sukiyono 2007 mendefinisikan marketable surplus sebagai jumlah produksi yang dapat dipasarkan setelah dikeluarkan alokasi produksi yang benar- benar dikeluarkan petani dalam bentuk natura atau bagian dari hasil panen. Dari definisi-definisi yang didapat, ada yang menyamakan dan membedakan antara marketable dan marketed surplus itu sendiri. Namun sebenarnya, konsep marketable dan marketed surplus berbeda. menurut Kusnadi et al 2008, marketable surplus adalah jumlah potensial yang dapat dijual petani. Pengertian tersebut paling sesuai dengan keadaan petani saat ini. Hal itu disebabkan meskipun marketable surplus tersebut dapat dijual, tetapi dalam kenyataannya belum tentu semua produk tersebut dijual oleh petani, tetapi dialokasikan untuk kepentingan lain. Jika dikaitkan dengan kondisi petani padi di Indonesia saat ini dan studi- studi yang telah dilakukan, maka marketable surplus adalah jumlah hasil panen dikurangi oleh pembayaran natura. Marketable surplus = hasil panen – pembayaran natura ......................1 Marketable surplus pada persamaan 1 terdiri dari hasil panen lahan yang diusahakan sendiri oleh petani ditambah dengan hasil panen lahan yang disakapkan atau digarap oleh petani lain, tetapi pembayaran sewanya menggunakan sistem natura ditambah juga dengan sisa stok sebelum panen sisa dari simpanan gabah musim lalu. Sedangkan natura terdiri dari pembayaran yang dilakukan selama proses usahatani sampai dengan pemanenan yang pembayarannya meggunakan bagian hasil panen. Pembayaran secara natura terdiri dari pembayaran zakat panen, input produksi, pembayaran tenaga kerja selama proses budidaya sampai dengan pemanenan. Lain halnya dengan marketed surplus. Marketed surplus menurut Mark D Newman 1977, mendefinisikan marketed surplus sebagai porsi dari produksi yang dijual ke pasar. Dalam pelaksanaanya, petani sering kali menyimpan sebagian hasil panennya sebagai persediaan untuk konsumsi rumah tangga, benih, dan stok cadangan atau penjualan bertahap. Marketed Surplus = Marketable Surplus – konsumsi.............................2 Marketable surplus adalah bagian produksi bersih yang bisa dijual oleh petani. Besaran marketed surplus akan sama dengan marketable surplus jika petani tidak menyisihkan hasil panennya untuk konsumsi rumah tangga, tetapi menjual seluruhnya dari hasil panen tersebut. Konsumsi rumah tangga yang dimaksud adalah konsumsi untuk benih dan konsumsi beras rumah tangga. Petani biasanya menyimpan kebutuhan konsumsi dan benih dalam bentuk cadangan atau stok. Stok atau penyimpanan dilakukan petani dengan berbagai jenis tujuan, diantaranya untuk benih musim tanam selanjutnya, persediaan konsumsi dan cadangan untuk dijual sewaktu-waktu dijual bertahap. Hasil petani tidak semuanya dijual ke pasar, tetapi dialokasikan untuk berbagai keperluan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam skema berikut: Gambar 4. Skema alokasi produksi padi petani Dalam Gambar 4 dapat dilihat bahwa besaran marketed surplus adalah sebagian dari hasil panen petani. Besaran marketed surplus akan sama dengan marketable surplus jika petani menjual seluruh hasil panennya dengan kata lain tidak melakukan penyimpanan atau stok. Menurut BPS 2003, stok adalah sejumlah bahan makanan yang disimpan atau dikuasai oleh pemerintah atau swasta yang dimaksud sebagai cadangan dan akan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. Secara umum, pemegang stok gabah ada dua, yaitu pemerintah dan masyarakat. Stok gabah pemerintah dipegang oleh Bulog sedangkan stok di masyarakat salah satunya dipegang oleh petani. Petani umumnya menyimpan sebagian gabah hasil panennya untuk kebutuhan konsumsi, benih, dan pakan ternak Mears, 1981. Selain itu, petani juga bisa bersplekulasi menyimpan gabah mereka untuk dijual saat harga naik setelah panen.

3.1.2 Hubungan Corak Usahatani dengan Marketed Surplus