Struktur Biaya Tunai Usahatani Padi Ladang dan Sawah

burung atau binatang-binatang perusak atau pemakan bulir lainnya. Kebutuhan benih per hektar padi ladang yaitu 50-100 kg. Pemupukan Sulitnya mendapatkan pupuk bagi petani menyebabkan penggunaan pupuk yang tidak optimal karena tidak sesuai dengan dosis pupuk ideal, bahkan sebagian petani tidak menggunakan pupuk sama sekali. petani hanya memupuk 50-100 kg per hektar lahannya. Pemupukan dilakukan dua kali, yaitu pada saat umur padi 15 hari dan 45 hari. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit untuk padi ladang di Kabupaten Karawang hanya sebagai pencegahan. Hama yang biasa menyerang yaitu wereng. Hal itu bisa diatasi dan ducegah dengan penyemprotan pestisida jenis insektisida, yang bisa dengan mudah didaoatkan di kios tani terdekat. Pengendalian hama padi ladang yang paling menyita waktu dan biaya adalah untuk mengendalikan gulma penyiangan. Petani harus melakukan sesering mungkin penyiangan terutama awal masa penanaman, agar pertumbuhan gulma tidak menghambat pertumbuhan padi yang baru ditanam.

5.3.3. Struktur Biaya Tunai Usahatani Padi Ladang dan Sawah

Tabel 22 menginformasikan rata-rata biaya tunai usahatani dalam satu musim. Biaya tersebut adalah biaya dari pengolahan lahan hingga biaya pengendalian hama dan penyakit. Dari tabel 22 didapat informasi bahwa biaya tunai usahatani per hektar yang dikeluarkan oleh petani padi sawah lebih tinggi daripada petani padi ladang. Hal itu disebabkan sistem budidaya padi sawah lebih intensif daripada padi ladang, sehingga memerlukan lebih banyak biaya baik itu untuk membeli faktor produksi seperti pupu dan pestisida, maupun tenaga kerja. Sistem budidaya padi ladang di Kabupaten Karawang cenderung lebih tradisional atau kurang intensif. Sebagian petani ladang menanam padi ladang sebagai tanaman selang diantara tanaman utama. Tabel 22. Rata-rata Biaya Tunai Usahatani Petani Responden dan Penggunaannya Tahun 2011 Ladang rata-rata biaya ustan per ha benih pupuk pestisida TK 0,49 ha 4.546.146 12 23 9 56 0,5-0,99 ha 2.315.407 15 21 10 55 1-1,99 ha 2.064.792 16 13 13 58 2-4,99 ha 2.104.792 16 8 9 67 5 ha 2.150.000 14 19 5 63 rata-rata 2.809.844 14 17 10 58 Sawah rata-rata biaya ustan per ha benih pupuk pestisida TK 0,49 ha 6.023.982 2 21 25 52 0,5-0,99 ha 3.339.524 1 26 26 47 1-1,99 ha 4.311.935 1 14 38 47 2-4,99 ha 3.816.409 2 21 26 51 5 ha 3.665.821 1 50 11 39 rata-rata 3.826.388 1 26,40 25,20 46,30 Sumber: Data Primer Selain itu, dapat disimpulkan juga, semakin luas lahan yang diusahakan, biaya tunai usahatani juga relatif semakin rendah. Hal ini terjadi pada padi ladang maupun padi sawah. Petani yang menguasai lahan lebih luas cenderung akan menggunakan sistem borongan untuk setiap kegiatan usahataninya sehingga biayanya bisa lebih murah. Untuk proporsi penggunaan biaya tunai usahatani, biaya yang dikeluarkan untuk pupuk dan pestisida padi ladang lebih rendah dibandingkan padi sawah, tetapi lebih tinggi untuk biaya tenaga kerja dan benih. Untuk biaya benih, petani padi ladang lebih besar mengeluarkan biaya karena petani padi ladang cenderung tidak melakukan stok benih dari hasil panen untuk musim selanjutnya, sedangkan mayoritas petani padi sawah melakukan stok benih. Untuk biaya pupuk, petani padi ladang lebih sedikit meneluarkan biaya karena petani mengalami kesulitan mendapatkan pupuk dalam jumlah yang diinginkan. Untuk setiap hektarnya, petani padi sawah menggunakan pupuk urea, TSP, SP-36, NPK dua sampai empat kuintal. Namun karena kesulitan mendapatkan pupuk, maka petani ladang hanya memupuk 50-100 kg pupuk untuk setiap hektar lahannya. Padi sawah lebih rentan terhadap hama dan peyakit sehingga lebih banyak memerlukan perawatan. Hal ini berdampak pada tingginya biaya untuk membeli pestisida. Sedangkan untuk proporsi biaya tenaga kerja, budidaya padi ladang lebih banyak memerlukan perawatan dalam hal menganggulangi gulma atau tanaman pengganggu, sehingga diperlukan lebih banyak tenaga kerja dibandingkan budidaya padi sawah. VI ALOKASI PRODUK

6.1 Alokasi Produk Hasil Panen