Artinya, padi yang pada dasarnya komoditi subsisten bisa berubah menjadi komoditi komersial.
Di sisi lain, produksi padi di Kabupaten Karawang tidak hanya dihasilkan oleh daerah persawahan yang telah dilengkapi oleh sistem irigasi, baik itu teknis
maupun alami, tetapi juga daerah lahan kering yang berbasiskan padi ladang.
Tabel 7. Data Lahan Padi Kabupaten Karawang Tahun 2008-2009
Tahun Sawah ha
Ladang ha 2008
95.360 3.168
2009 96.261
3.141
Sumber : Badan Pusat Statistik 2010 [diolah]
Perbedaan pola usahatani ini bisa berdampak pada pola tanam dan teknologi budidaya padi. Itu berimplikasi pada perbedan hasil produksi dan
produktivitas padi yang dihasilkan. Perbedaan ini bisa mengakibatkan perbedaan karakteristik perilaku petani itu sendiri. Dengan adanya perbedaan-perbedaan
tersebut, maka ada perlakuan yang bebeda-beda pula dari petani pada masing- masing pola usahatani terhadap produk padinya sehingga akan memberikan
pengaruh terhadap marketed surplus. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan-permasalahan penelitian yang
menarik untuk dikaji, antara lain: 1.
Bagaimana perilaku petani pada pola usahatani padi sawah dan ladang di Kabupaten Karawang dalam mengalokasikan produk atau hasil panennya?
2. Faktor-faktor apa saja yang memepengaruhi besarnya marketed surplus padi
pada pola usahatani sawah dan ladang di Kabupaten Karawang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah di atas adalah: 1.
Mengidentifikasi perilaku petani pada pola usahatani padi sawah dan ladang dalam mengalokasikan produknya di Kabupaten Karawang.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang memepengaruhi jumlah
marketed surplus pada pola usahatani padi sawah dan ladang di Kabupaten Karawang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian mengenai marketed surplus padi ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain:
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berfikir analitis
serta dapat mengaplikasikan bidang keilmuan agribisnis yang telah diterima selama menjalani perkuliahan di Institut Pertanian Bogor. Selain itu, dapat
menjadi sarana melatih peneliti untuk menuliskan gagasan dan fakta yang ditemukan di lapangan.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi untuk
menentukan kebijakan dalam meningkatkan produksi dan mengendalikan supply padi atau beras di Kabupaten Karawang.
3. Bagi masyarakat, penelitan ini dapat menjadi bahan informasi dan sumber
literatur bagi siapapun yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tingkat kabupaten, sehingga memiliki batasan, yaitu mengidentifikasi perilaku petani dalam mengalokasikan hasil panen padinya
dan menganalisis faktor-faktor yang memepengaruhi marketed surplus padi di tingkat rumah tangga petani di Kabupaten Karawang pada pola usahatani padi
sawah dan ladang. Periode pengamatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu musim
tanam 2010 untuk kedua pola usahatani padi. Sedangkan untuk model faktor- faktor yang mempengaruhi marketed surplus padi, cakupannya adalah marketed
surplus dalam bentuk gabah kering panen atau penjualan saat panen.
II TINJAUAN PUSTAKA
Studi mengenai marketed surplus atau marketable surplus telah dilakukan sejak waktu yang lama, yakni sejak tahun 1960-an. Konsep marketable dan
marketed surplus biasanya melekat pada komoditi pangan atau komodiiti yang bersifat subsisten, seperti : padi di Asia, kentang di Amerika Latin, jagung di
India, serta gandum dan pisang di Afrika. Namun ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang marketed dan marketable surplus komoditi non pangan yaitu
sayuran. Namun, dalam penelitian tersebut tidak ditemukan penjabaran secara mendalam mengenai marketed maupun marketable surplus sayuran karena
keterbatasan akses informasi.
2.1. Alokasi Produk