Variabel Nominal Effective Exchange Rate NEER

4.3.3.3. Variabel Nominal Effective Exchange Rate NEER

Variabel selanjutnya yang berpengaruh signifikan dalam memengaruhi tingkat inflasi di negara-negara ASEAN+6 adalah nilai tukar efektif nominal. Koefisien dari variabel nilai tukar bertanda negatif, yaitu sebesar -0,0599. Nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa jika terjadi peningkatan apresiasi nilai tukar efektif nominal pada periode atau tahun sebelumnya sebesar 1 persen, cateris paribus, akan direspon oleh penurunan inflasi sebesar 0,0599 persen, begitu juga sebaliknya. Penelitian Honohan dan Lane 2003 dengan menggunakan metode system GMM, nilai tukar efektif nominal secara signifikan berpengaruh terhadap perkembangan tingkat inflasi di negara-negara Eropa. Darussalam 2010 suatu negara yang menyerahkan nilai tukarnya kepada pasar, berarti memberikan keleluasaan kepada aliran modal dan perdagangan internasional, sehingga nilai tukar dan harga-harga akan bergerak dengan keterkaitan yang erat. Namun, pergerakan naik turunnya tingkat inflasi yang disebabkan oleh nilai tukar juga dapat terjadi karena adanya intervensi kebijakan pemerintah dalam rangka menstabilkan mata uang agar tidak terlalu kuat ataupun terlalu lemah. Nilai tukar menjadi salah satu faktor penting dalam mengelola perkembangan tingkat inflasi. Hal ini dikarenakan nilai tukar memiliki reaksi yang lebih instan, lebih volatile dan efek guncangan lebih besar dibandingakan dengan variabel ekonomi lainnya Rahutami, 2007. Hasil estimasi pada penelitian ini juga dapat dijelaskan bahwa apabila terjadi depresiasi di negara-negara ASEAN+6 akan diikuti laju inflasi yang tinggi. Secara teoritis, dampak yang paling besar dari depresiasi mata uang domestik di suatu negara dapat memengaruhi tingkat harga secara langsung melalui barang-barang impor yang dibayarkan konsumen domestik. Pengaruh tidak langsung dari depresiasi mata uang dapat dilihat dari harga barang-barang modal yang diimpor oleh produsen sebagai input. Melemahnya nilai tukar akan mengakibatkan harga input yang digunakan semakin mahal, sehingga berimplikasi kepada biaya produksi semakin tinggi. Kenaikan biaya produksi akan diikuti oleh kenaikan harga output dan beban dari kenaikan harga output tersebut akan dibebankan kepada konsumen. Pada akhirnya, tingkat harga di negara yang bersangkutan secara agregat meningkat dan menimbulkan inflasi. Selain itu, mekanisme transmisi nilai tukar selalu menekankan bahwa pergerakan nilai tukar dapat memengaruhi perkembangan penawaran dan permintaan agregat, selanjutnya berpengaruh ke output dan harga Nuryati, 2004. Apabila terjadi guncangan pada nilai tukar, maka dampak yang akan ditimbulkan akan mampu memengaruhi seluruh elemen dan pelaku ekonomi di negara tersebut atau bahkan memberikan dampak negatif bagi negara-negara dalam sebuah kawasan regional. Depresiasi atau apresiasi nilai tukar yang terjadi akan menyebabkan keseimbangan harga di negara-negara ASEAN+6 menjadi tidak stabil, sehingga kebijakan nilai tukar yang diterapkan di masing-masing negara harus bisa menjaga tingkat inflasi agar tetap berada pada tingkat yang rendah dan stabil.

4.3.3.4. Variabel Suku Bunga Nominal