Kaitan Inflasi dengan Senjang Output GDP Gap Kaitan Inflasi dengan Suku Bunga

dimana E t adalah kurs efektif nominal pada waktu ke t, m adalah jumlah mata uang negara mitra dagang utama, w i adalah rata-rata perdagangan yang didenominasikan dalam mata uang negara i pada waktu t, V it adalah kurs relatif dari mata uang negara i pada waktu t, S i adalah kurs pada spot market saat ini, S adalah kurs pada periode dasar, X i adalah nilai ekspor domestik ke negara i dan M i adalah nilai impor dari negara i.

2.4.4. Kaitan Inflasi dengan Senjang Output GDP Gap

Menurut Mankiw 2003 Gross Domestic Product GDP merupakan nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. GDP potensial adalah GDP riil yang dapat diproduksi perekonomian jika sumberdaya produktif dipergunakan secara penuh pada intensitas penggunaan yang normal. Selain itu, GDP potensial dapat juga diartikan sebagai sisi penawaran perekonomian yang menggambarkan output maksimum yang dapat dicapai tanpa menimbulkan tekanan inflasi. Dalam jangka menengah perkiraan terhadap output potensial dapat digunakan untuk menganalisa batas pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, yaitu yang tidak mengganggu keseimbangan internal dan eksternal Lipsey, 1995. Senjang GDP atau senjang output adalah perbedaan antara output potensial dengan output aktual atau output sebenarnya. Perhitungan senjang GDP ini dapat dirumuskan sebagai berikut: = − ∗ ……………………………………………………… 2.5 dimana, Y : GDP aktual riil Y : GDP potensial Dalam jangka pendek, perkiraan antara gap antara output riil dan potensial dapat digunakan sebagai patokan untuk menganalisa tekanan terhadap inflasi. Senjang GDP dan tingkat inflasi berhubungan positif yaitu ketika senjang GDP bernilai positif, maka hal ini akan berdampak positif terhadap tingkat inflasi. Dengan kata lain, perekonomian yang tumbuh melebihi potensialnya cenderung akan menekan laju inflasi. Ketika perekonomian sedang dalam kondisi booming, permintaan faktor produksi akan meningkat dan hal ini pada akhirnya akan mendorong kenaikan tingkat inflasi. Sebaliknya, ketika perekonomian sedang dalam kondisi resesi, permintaan faktor produksi relatif kecil dan kemudian akan menurunkan tingkat inflasi. Hal ini berarti kebijakan sisi penawaran ekonomi dapat diantisipasi dengan menganalisa besarnya output gap dalam suatu periode.

2.4.5. Kaitan Inflasi dengan Suku Bunga

Para ekonom menyebutkan tingkat bunga yang dibayar bank sebagai tingkat bunga nominal nominal interest rate dan kenaikan dalam daya beli masyarakat sebagai tingkat bunga riil real interest rate. Jika i menyatakan tingkat bunga nominal, r tingkat bunga riil, dan π laju inflasi, maka hubungan diantara ketiga variabel ini dapat ditulis sebagai berikut Mankiw, 2003: r = i − π …………………………………………………………………. . 2.6 Persamaan di atas dapat diatur kembali menjadi: i = r + π …………………………………………………………………. . 2.7 maka dapat dilihat bahwa tingkat bunga nominal adalah jumlah tingkat bunga riil dan tingkat inflasi. Pada persamaan di atas terlihat bahwa tingkat bunga nominal merupakan penjumlahan di antara tingkat bunga riil dan laju inflasi yang menunjukkan bahwa tingkat bunga dapat berubah karena dua alasan, yaitu tingkat bunga riil yang berubah atau inflasi yang berubah. Sehingga terdapat hubungan positif antara tingkat bunga nominal dengan inflasi dimana kenaikan satu persen dalam laju inflasi akan menyebabkan kenaikan satu persen dalam tingkat bunga nominal Fauzi, 2007.

2.4.6. Kaitan Inflasi dengan Aggregate Demand