memiliki pengaruh terhadap pergerakan IR dan tidak sebaliknya, IR tidak signifikan dalam memengaruhi pergerakan INF.
Berdasarkan hasil pengujian dan penjelasan di atas didapatkan informasi bagaimana hubungan variabel-variabel penelitian dengan tingkat inflasi di
kawasan ASEAN, ASEAN+3, dan ASEAN+6. Hasil Granger Causality Test yang dilakukan dapat diketahui bagaimana hubungan kausalitas diantara variabel-
variabel yang akan diuji pada penelitian ini, baik satu arah maupun dua arah dari masing-masing variabel sebelum masuk ke dalam pembahasan hasil estimasi.
Estimasi selanjutnya yang dilakukan pada penelitian ini akan didasarkan pada metodologi terdahulu yang penulis gunakan sebagai acuan penelitian.
4.3.2. Hasil Estimasi Konvergensi Inflasi
Estimasi kedua dalam penelitian ini adalah mengestimasi apakah konvergensi tingkat inflasi terjadi di negara-negara ASEAN+6 serta apakah suku
bunga nominal dan nilai tukar efektif nominal mendukung dan berpengaruh dalam pembentukan konvergensi inflasi di kawasan tersebut. Dalam rangka menciptakan
integrasi keuangan moneter di kawasan ASEAN+6, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah konvergensi kebijakan makroekonomi diantara negara-negara
yang akan berpartisipasi dalam monetary union Krugman dan Obstfeld, 2000. Menurut Kocenda dan Papell 1997 bahwa konvergensi tingkat inflasi merupakan
bagian dari Kriteria Konvergensi Maastricth Maastricth Treaty Convergence dan menjadi syarat dalam membentuk mata uang tunggal dalam suatu kawasan
regional. Konvergensi inflasi yang terbentuk di negara-negara ASEAN+6 akan memberikan sebuah peluang bagi negara-negara anggota yang tergabung untuk
mewujudkan integrasi ekonomi di kawasan Asia. Sehingga jika integrasi ekonomi
di kawasan Asia terwujud, maka akan tercipta pembangunan dan pertumbuhan yang simetrik di masing-masing negara anggota. Selain itu, transaksi perdagangan
dan keuangan diantara negara-negara yang bergabung akan semakin mendalam
dan mampu bersaing dengan negara diluar kawasan.
Tabel 4.3. menyajikan hasil estimasi koefisien tingkat konvergensi inflasi di negara-negara ASEAN+6. Dengan menggunakan System-Generalized Method
of Moments SYS-GMM dalam estimasi twostep noconstant dari Stata 10.0,
diperoleh koefisien sebesar 0.303 dan siginifikan pada taraf nyata 1 persen. Kemudian untuk variabel suku bunga nominal dan nilai tukar efektif nominal juga
signifikan pada taraf nyata 1 persen. Konsistensi dan validitas estimasi juga ditunjukkan oleh hasil estimasi Arellano-Bond AB dan estimasi sargan. Hasil
estimasi AB ditunjukkan oleh nilai statistik m
1
-2.6393 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen dan nilai statistik m
2
-1.596 yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, maupun 10 persen. Tidak signifikansi nya statistik m
2
mengindikasikan kurangnya second order serial correlation di dalam residual dari pembedaan spesifikasi, sehingga penduga dikatakan konsisten. Sedangkan nilai
statistik dari uji sargan sebesar 10.12008 dengan probabilitas 1.000 yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, maupun 10 persen. Hasil estimasi
sargan menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identifying restrictions
mendeteksi tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Kesempurnaan hasil estimasi dari panel dinamis juga harus bersifat tidak
bias unbiased, dimana hal tersebut dapat terlihat dari koefisien hasil estimasi berada di atas efek fixed effect dan di bawah estimasi OLS ordinary least
square . Namun, pada penelitian ini asumsi tersebut tidak terpenuhi, dimana nilai
estimasi dari koefisien fixed effect tidak signifikan, sehingga dapat dikatakan instrumen yang digunakan pada model panel dinamis ini adalah bias biased atau
instrumen bersifat lemah. Verbeek 2004 menyatakan bahwa penduga yang bias dapat terjadi jika instrumen hanya memerlihatkan hubungan atau korelasi yang
lemah dengan regresi endogen.
Tabel 4.3. Hasil Estimasi Konvergensi Inflasi dengan System-Generalized
Method of Moments SYS-GMM
Parameter Estimated
Coefficients Standard Error
P|z|
SYS-GMM
L.inf L.dneer
ir .3030889
-.1190496 .2507348
.0817897 .0116217
.0597086 0.000
0.000 0.000
Pooled Least Square L.inf
Fixed Effect L.inf
.5100634 -.0240941
.0800902 .1052813
0.000 0.820
AB Test Arellano-Bond m
1
Arellano-Bond m
2
z Prob z -2.6393 0.0083
-1.596 0.1105
Sargan Test chi243 = 10.12008
Prob chi2 = 1.0000
Berdasarkan hasil estimasi dan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai koefisien yang lebih kecil dari pada satu terjadi
konvergensi inflasi di negara-negara ASEAN+6 atau dengan kata lain inflasi di negara-negara ASEAN+6 adalah konvergen pada periode 2000-2009.
Konvergensi inflasi yang terjadi di kawasan ASEAN+6 menunjukkan bahwa selisih inflasi antara inflasi suatu negara dengan rata-rata inflasi kawasan tersebut
semakin kecil dari waktu ke waktu. Selain itu, konvergensi inflasi di kawasan tersebut dapat memberikan gambaran apakah kebijakan moneter yang diterapkan
oleh masing-masing negara berperan dalam membawa tingkat inflasi menjadi konvergen dan berpengaruh pula terhadap kebijakan ekonomi yang akan diambil
oleh negara-negara yang bersangkutan. Lebih lanjut lagi, konvergensi inflasi yang terjadi di kawasan ASEAN+6 dapat mengarahkan tujuan kebijakan moneter di
masing-masing negara menjadi seragam Hyvonen, 2004. Apabila tidak ada konvergensi dalam kebijakan ekonomi seperti halnya konvergensi inflasi, maka
negara-negara yang tergabung ASEAN+6 akan menghasilkan respon kebijakan yang mungkin saling bertolak belakang dan pada akhirnya akan mengganggu
stabilitas keuangan regional. Konvergensi inflasi yang terjadi di negara-negara ASEAN+6 pada periode
2000-2009 juga didukung oleh variabel suku bunga nominal dan nilai tukar efektif nominal yang berpengaruh nyata dan signifikan dalam memengaruhi
pembentukan konvergensi inflasi di kawasan ASEAN+6. Hal tersebut menjelaskan bahwa pergerakan dan perkembangan kedua variabel tersebut
mampu mendorong inflasi di negara-negara ASEAN+6 kearah yang lebih konvergen pada periode estimasi. Pengaruh suku bunga nominal dan nilai tukar
efektif nominal terhadap konvergensi inflasi di ASEAN+6 membuat semakin penting pula pengendalian kebijakan moneter untuk kedua variabel tersebut agar
pergerakan keduanya tidak memberikan dampak atau guncangan negatif terhadap pergerakan inflasi di negara-negara ASEAN+6.
4.3.3. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Inflasi