inflasi sangatlah terbuka. Tingkat inflasi yang rendah dan stabil akan menjadi kunci kesuksesan ASEAN+6 untuk dapat memenuhi salah satu kriteria
konvergensi dalam Optimum Currency Area OCA. Dalam jangka panjang, diharapkan perkembangan kerjasama yang terjadi di kawasan saat ini, dengan
cakupan yang lebih luas, serta didukung oleh konsistensi dari pertumbuhan ekonomi anggota dan seluruh elemen ekonomi dapat memberikan harapan besar
untuk menjadikan kawasan ini sebagai suatu uni moneter regional dan pendorong perekonomian di kawasan Asia.
4.2 Hubungan Inflasi dengan
Output Gap dan Suku Bunga Nominal
Tujuan pengendalian inflasi pada posisi yang rendah dan stabil adalah untuk dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. Perkembangan inflasi akan sangat
ditentukan oleh kestabilan kegiatan ekonomi, nilai tukar, atau bahkan dapat ditentukan oleh seberapa besar perkembangan nilai suku bunga di negara tersebut.
Kompleksitas hubungan inflasi dengan variabel makroekonomi lainnya membuat sulitnya mengidentifikasi atau memprediksi sumber-sumber yang memicu
terjadinya tekanan pada inflasi. Pengidentifikasian sumber-sumber guncangan pada inflasi akan memberikan gambaran bagaimana perumusan kebijakan
moneter yang tepat sasaran sehingga fluktuasi laju inflasi dapat terukur serta kebijakan tersebut akan lebih efektif diimplementasikan ketika terjadi guncangan
pada suatu variabel makroekonomi. Kondisi kegiatan ekonomi yang tidak stabil akan membuat tingkat inflasi berada pada tingkat yang tidak bisa ditentukan. Pada
Gambar 4.4a. dan Gambar 4.4b. menampilkan bagaimana hubungan output gap dan inflasi di negara-negara ASEAN+6 pada tahun 2000 hingga 2009.
Gambar 4.4a. Hubungan Output gap dan Inflasi di Negara-Negara ASEAN+6
-3 -2
-1 1
2 3
4
2 4
6 8
10 12
14
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Indonesia
Output Gap Inflasi
-4 -3
-2 -1
1 2
3 4
5
1 2
3 4
5 6
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Malaysia
Output Gap Inflasi
-3 -2
-1 1
2 3
4
2 4
6 8
10
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Filipina
Output Gap Inflasi
-10 -5
5 10
-1 1
2 3
4 5
6 7
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Singapura
Output Gap Inflasi
-5 -4
-3 -2
-1 1
2 3
-2 -1
1 2
3 4
5 6
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Thailand
Output Gap Inflasi
-10 -5
5 10
15
-2 -1
1 2
3 4
5 6
7
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Cina
Output Gap Inflasi
Gambar 4.4b. Hubungan Output gap dan Inflasi di
Negara-Negara ASEAN+6 lanjutan
-6 -4
-2 2
4
-1.5 -1
-0.5 0.5
1 1.5
2
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Jepang
Output Gap Inflasi
-3 -2
-1 1
2 3
1 2
3 4
5
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Korea Selatan
Output Gap Inflasi
-1 -0.5
0.5 1
1.5
1 2
3 4
5
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Australia
Output Gap Inflasi
-6 -4
-2 2
4 6
8
2 4
6 8
10 12
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
India
Output Gap Inflasi
-3 -2
-1 1
2 3
1 2
3 4
5
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
New Zealand
Output Gap Inflasi
Gambar di atas telah memberikan informasi bagaimana perkembangan output gap
di negara-negara ASEAN+6 mampu memengaruhi perkembangan tingkat inflasi. Hal tersebut mengakibatkan perkembangan output yang merupakan
salah satu indikator perekonomian di kawasan ASEAN+6 menjadi faktor yang sangat penting dalam mengelola perekembangan inflasi di kawasan tersebut.
Perkembangan inflasi di negara-negara ASEAN+6 juga dapat disebabkan meningkatnya hubungan kerjasama perdagangan siklus bisnis antara negara satu
dengan negara lainnya. Perkembangan inflasi juga tidak hanya dapat disebabkan oleh variabel
output , tetapi juga dapat diakibatkan oleh pergerakan nilai suku bunga nominal di
suatu negara. Suku bunga merupakan indikator dari keadaan bisnis, karena biaya pinjaman merupakan termasuk di antara pertimbangan penting dalam keputusan
investasi. Pergerakan suku bunga menjadi salah satu faktor yang penting untuk diamati dalam menganalisis laju pergerakan inflasi. Gambar 4.5a. dan Gambar
4.5b. menampilkan bagaimana hubungan inflasi dengan suku bunga nominal. Dari gambar tersebut terlihat bahwa secara umum pergerakan inflasi di kawasan
ASEAN+6 memiliki kecendurungan yang sama, dimana pergerakan suku bunga diikuti oleh tingginya inflasi dalam artian peningkatan suku bunga juga akan
diikuti oleh tingkat inflasi atau sebaliknya. Hubungan positif antara suku bunga nominal terlihat jelas di Negara Filipina, Thailand, Cina, Jepang dan Korea,
dimana pada tahun 2000 hingga tahun 2009 pergerakan suku bunga nominal dengan tingkat inflasi di negara tersebut cenderung sejalan atau beriringan.
Pembahasan selanjutnya secara fokus akan membahas dan menganalisis hasil estimasi penelitian.
Gambar 4.5a. Perkembangan Suku Bunga Nominal dan Inflasi di Negara-Negara ASEAN+6
10 20
30 40
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Indonesia
Inflasi Suku Bunga Nominal
5 10
15
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Malaysia
Inflasi Suku Bunga Nominal
5 10
15 20
25
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Filipina
Inflasi Suku Bunga Nominal
-5 5
10 15
20
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Singapura
Inflasi Suku Bunga Nominal
-5 5
10 15
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Thailand
Inflasi Suku Bunga Nominal
-2 2
4 6
8 10
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Cina
Inflasi Suku Bunga Nominal
Gambar 4.5b. Perkembangan Suku Bunga Nominal dan Inflasi di Negara-Negara ASEAN+6 lanjutan
-2 -1
1 2
3 4
5 6
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Jepang
Inflasi Suku Bunga Nominal
2 4
6 8
10 12
14 16
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Korea Selatan
Inflasi Suku Bunga Nominal
5 10
15 20
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
Australia
Inflasi Suku Bunga Nominal
5 10
15 20
25 30
35
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
India
Inflasi Suku Bunga Nominal
5 10
15 20
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
New Zealand
Inflasi Suku Bunga Nominal
4.3. Hasil Estimasi Penelitian