Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan

2.4. Cost-Benefit Analysis CBA

Cost Benefit Analysis , dipergunakan untuk pengambilan keputusan dan menentukan kebijakan yang didasarkan pada informasi mengenai keuntungan dan kerugian terhadap pilihan beberapa keputusan. Analisis ekonomi dan CBA pada umumnya dapat memberikan pertimbangan bagi pengambil keputusan, untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi yang sangat bernilai. Menurut Hanley dan Spash 1995 memasukkan nilai lingkungan dalam perhitungan bisnis dan politik sebagai masukan dalam pengambilan keputusan, merupakan tujuan utama dari CBA lingkungan. Dalam konteks penentuan optimasi pengolahan sampah, pada kenyataannya terdapat problematika untuk melakukan kuantifikasi dalam bentuk uang dari seluruh dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing teknologi. Dalam beberapa hal, tidak seluruh dampak dapat dikuantifikasi, namun demikian seluruh dampak harus diinformasikan untuk pengambilan keputusan. Hal yang sangat penting dalam CBA adalah penilaian ekonomi sejauh mungkin dapat dilakukan untuk seluruh barang, pelayanan dan dampak lingkungan pada pilihan teknologi pengolahan sampah dalam pengambilan keputusan. Apabila pasar untuk barang dan jasa telah ada, maka nilainya dapat dikuantifikasi dengan harga pasar. Namun demikian masih cukup banyak barang lingkungan seperti udara yang bersih, tidak ada pasarnya dan tidak ada harga yang didapat dari hasil pengamatan, sehingga untuk menilainya harus menggunakan teknik lain. Penilaian terhadap barang lingkungan yang tidak ada harga dan pasarnya ini dapat dikatakan sangat rumit serta terkait dengan ketidakpastian yang sangat besar. Menurut Hanley dan Spash 1995, struktur metode CBA terdiri dari beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah pendefinisian proyek, identifikasi dampak yang sesuai dengan ekonomi, mengkuantifikasi dampak fisik, perhitungan valuasi keuangan, diskonto, pembobotan dan analisis sensitivitas.

2.5. Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan

Menurut Bartz dan Kelly 2005, terdapat teori kurva lingkungan dari Kuznets yang menghubungkan antara degradasi penurunan kualitas lingkungan hidup dengan pertumbuhan ekonomi. Kurva Kuznet ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran lingkungan mengalami kenaikan dan kemudian mengalami penurunan atau titik balik, selaras dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Kurva Kuznet ini digambarkan dalam bentuk huruf U terbalik, sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 Diagram Kuznet Bertz dan Kelly 2005 Gambaran dari kurva Kuznet, bahwa pada tahap awal industrialisasi, masyarakat lebih tertarik mengkonsumsi makanan dari pada bernafas dengan udara yang bersih lingkungan yang bersih. Hal ini dapat dimengerti, karena pada masyarakat yang tahap pendapatannya rendah, masyarakat terlalu miskin untuk mampu membayar penurunan pencemaran lingkungan. Kondisi tersebut memaksa akan diabaikannya keberadaan peraturan perundangan mengenai lingkungan hidup dan akan membuat peraturan perundangan lingkungan hidup menjadi terlalu lemah keberadaannya. Pada Kurva Kuznet juga terlihat bahwa pada saat pendapatan masyarakat mulai naik, industri akan menjadi lebih bersih dan marginal utilitas konsumsi marginal utility of consumption akan jatuhmenurun. Hal ini mengisyaratkan bahwa masyarakat mulai menghargai lebih besar kualitas lingkungan hidup yang lebih baik, selain itu adanya peraturan perundangan mengenai lingkungan hidup juga akan mulai lebih efektif. Dalam kurva ditunjukkan bahwa pada rentang pendapatan menengah polusi mulai berhenti meningkat dan selanjutnya pada titik balik turning point akan menurun selaras dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Menurut Fischer dan Dornbusch 1997, pendapatan nasional bruto GNP merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian pada suatu kurun waktu tertentu kuartal ataupun tahunan. GNP adalah ukuran pokok dari kegiatan ekonomi. GNP tidak hanya digunakan sebagai ukuran berapa banyak barang dan jasa yang sedang diproduksi, tetapi juga sebagai ukuran kesejahteraan penduduk suatu negara. Lingkungan yg semakin memburuk Lingkungan yg semakin membaik Income per Capita Degra- dasi Lingku- ngan Titik balik D e gra d as i Li n gku n ga n Apabila terjadi kenaikan GNP biasanya diartikan sebagai adanya peningkatan kesejahteraan rakyat. Pada dasarnya masih terdapat kekurangan dalam menilai GNP. Adapun kekurangan tersebut antara lain adalah ketiadaan pengurangan yang seharusnya dilakukan terhadap adanya output negatif dari GNP. Dalam konteks lingkungan seharusnya GNP harus dikoreksi dengan mengurangkan nilai dari polusi yang dihasilkan oleh pabrik- pabrik dan kendaraan, yang kesemuanya merupakan output negatif. Namun demikian apabila terjadi perbaikan lingkungan, maka seharusnya terdapat tambahan dari output positif dari kondisi lingkungan yang lebih baik. Dalam konteks penelitian ini yang mengambil DKI sebagai daerah kajian tingkat kesejahteraan, perhitungan dilakukan berdasarkan produk domestik regional bruto PDRB, yang merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi di dalam wilayah DKI. PDRB dapat memberikan gambaran tentang keadaan masa lalu, masa kini dan sasaran-sasaran yang akan dicapai di masa yang akan datang. Pada hakekatnya pembangunan ekonomi merupakan usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperbesar kesempatan kerja, meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat, meningkatkan kegiatan ekonomi, dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. PDRB DKI Jakarta dihitung berdasarkan harga konstan tahun 1993, yang memberikan gambaran tingkat pertumbuhan riil perekonomian DKI baik secara agregat maupun sektoral. Pertumbuhan perekonomian pada suatu masa apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk pada masa tersebut, akan merupakan cerminan dari tingkat perkembangan pendapatan per kapita penduduk. Pertumbuhan perekonomian juga merupakan ukuran relatif tingkat kesejahteraankemakmuran material. PDRB dari suatu daerah yang disajikan secara berkala, wajar dan komprehensif akan dapat menggambarkan: a. indikator tingkat pertumbuhan perekonomian; b. indikator tingkat perkembangan pendapatan per kapita; c. indikator tingkat kemakmuran masyarakat; d. indikator tingkat inflasi; e. indikator dari struktur perekonomian suatu daerah. PDRB DKI dengan harga konstan tahun 1993 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 PDRB per kapita Kota DKI Jakarta Harga Berlaku Harga Konstan 1993 Tahun PDRB per kapita Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita Laju Pertumbuhan 1993 5.867.834 - 5.867.834 - 1994 6.617.340 12,78 6.248.111 6,48 1995 7.722.748 16,70 6.686.735 7,02 1996 8.871.546 14,88 7.156.214 7,02 1997 11.664.943 31,49 7.228.685 5,11 1998 16.696.695 43,14 5.998.290 -17,02 1999 19.767.326 18,39 5.973.156 -0,42 2000 22.425.675 13,45 6.107.614 2,25 2001 31.120.094 16,30 7.307.159 3,64 2002 35.166.152 15,23 7.503.946 3,99 2003 38.903.701 12,34 7.752.949 4,62 2004 43.329.781 12,52 8.057.326 5,24 2005 49.920.846 Sumber : Diolah dari BPS, Kantor Statistik Propinsi DKI Jakarta 2005 dan 2006 Menurut Barton et al. 1994 yang melakukan penelitian pada kota-kota di beberapa negara dengan tingkat pendapatan menengah dan rendah didapatkan hasil bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kondisi ligkungan. Hasil penelitian pada beberapa negara dengan tingkat pendapatan rendah, atau pendapatan menengah ke bawah lower-middle income, menegah ke atas upper-middle income dan pendapatan tinggi high-income dapat dilihat pada Tabel 9. Menurut Cointreau et al. 1985, komposisi sampah berkaitan erat dengan tingkat ekonomi. Kondisi ini tergambar dengan jelas pada komposisi sampah yang bervariasi pada negara berpenghasilan rendah, menengah dan industri, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 10.

2.6. Kebijakan