Gambar 2 Bagan alir kerangka pemikiran
rendahnya ekonomis, tanpa memperhatikan dampak lingkungan, sehingga menimbulkan externalitas negatif biaya sosial yang sangat besar bagi masyarakat.
Saat ini biaya pengolahan sampah cukup besar, hal ini terjadi karena tidak diberlakukannya pemilahan sampah, minimnya penerapan usaha-usaha 3R reduce,
reuse, recycling , serta minimnya partisipasi masyarakat. Ada beberapa faktor penyebab
tingginya biaya operasi pengolahan sampah yang antara lain disebabkan oleh jumlah sampah yang begitu besar, jauhnya jarak tempuh ke tempat pengolahan sampah dari pusat
kota, tipe teknologi pengolahan sampah yang dipergunakan, volume dan jenis sampah yang diolah.
PERTUMBUHAN PENDUDUK
PRASARANA SARANA PERKOTAAN
AKTIVITAS PERKOTAAN SAMPAH
DAMPAK
Pencemaran Lingkungan LINGKUNGAN
EKONOMI
SOSIAL
KONFLIK ANTAR STAKEHOLDERS MENURUNNYA PRODUKTIFITAS
PENGURASAN SUMBER DAYA ALAM PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
Hilangnya Sumber Daya dan Menurunnya Produktivitas
Masyarakat Menurunnya Kesehatan
Masyarakat
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH SANITARY LANDFILL
INCINERATION TEKNOLOGI LAINNYA
KEBIJAKAN PENGOLAHAN SAMPAH YG RAMAH LINGKUNGAN
COMPOSTING
2. Daur ulang sampah 1. Pengurangan
timbulan sampah
3. Pengolahan dan Pembuangan Akhir Sampah
Partisipasi Masyarakat
PERTUMBUHAN EKONOMI
GAP
Optimalisasi Penggunaan Teknologi Pengolahan Sampah
Menurut kajian Direktorat Jenderal Cipta Karya 1996, sistem sanitary landfill sebagai single tunggal unit pengolahan dan pemusnahan sampah dapat lebih
menguntungkan jika dibandingkan intermediate treatment yang menggunakan sistem incinerator.
Untung tersebut akan dapat diperoleh apabila jarak tempuh pengangkutan sampahnya kurang dari 20 km. Namun demikian jika jarak TPA dengan sanitary landfill
lebih dari 20 km, sistem ini menjadi tidak ekonomis, sehingga alternatif yang lebih baik untuk mengatasinya adalah menggunakan incinerator sebagai intermediate treatment
yang dikombinasikan dengan sistem sanitary landfill. Penggunaan teknologi incinerator memerlukan biaya operasi dan pemeliharaan yang lebih besar jika dibandingkan dengan
sistem sanitary landfill atau composting, namun sistem ini memiliki keuntungan dari sisi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Sistem pengomposan sesungguhnya bisa lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan kedua teknologi tersebut, namun sistem ini memiliki kendala dalam prosesnya,
karena memerlukan waktu yang relatif lama lebih kurang 41 hari. Selain itu masalah lainnya adalah sulitnya pemasaran kompos, sebagai akibat rendahnya demand pasar
terhadap pupuk kompos. Hal tersebut akhirnya menurunkan minat dunia usaha untuk melakukan investasi skala besar, mengingat produksi kompos dipandang kurang
menguntungkan dari skala ekonomi. Pada dasarnya ketiga sistem pengolahan tersebut tidak ada yang unggul secara
mutlak, karena masing-masing memiliki keunggulan benefit dan kelemahan cost. Kondisi ini memaksa kita untuk mencari pengolahan sampah skala kota misalnya dengan
melakukan kombinasi integrasi dari berbagai teknologi. Dalam rangka menemukan kombinasi yang optimal untuk diaplikasikan dan menguntungkan baik dari aspek
lingkungan, ekonomi maupun sosial, maka perlu melakukan penelitian model optimasi teknologi pengolahan sampah ramah lingkungan yang berkelanjutan. Pada model
optimasi ini dilakukan integrasi pengolahan sampah melalui berbagai teknologi pengolahan sampah, sehingga pada akhirnya dapat dirumuskan kebijakan pengolahan
sampah di DKI. Ruang lingkup penelitian ini meliputi: 1. Identifikasi faktor-faktor utama yang menentukan dalam pengolahan sampah dengan
berbagai kombinasi teknologi pengolahan sampah yang ramah lingkungan. 2. Merumuskan sistem pengolahan sampah, dengan berbagai variabel yang terkait dan
berbagai batasan yang harus dipenuhi, dalam konteks lingkungan, sosial dan ekonomi. 3. Merumuskan rekomendasi kebijakan dalam pengolahan sampah perkotaan.
Penelitian ini diharapkan akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan : 1. Bagaimanakah
pemanfaatan teknologi
pengolahan sampah
yang paling
menguntungkan untuk skala perkotaan? 2. Bagaimanakah sistem pengolahan sampah perkotaan yang berkelanjutan?
3. Bagaimanakah kebijakan pengolahan sampah perkotaan yang berkelanjutan? Secara ringkas perumusan masalah ini dapat digambarkan dalam bagan alir pola
pikir penelitian seperti yang terlihat pada Gambar 3.
1.5. Manfaat Penelitian