Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk

gelombang atau arus dan cepat diganti, zat pencemar akan mengalami pengenceran dan terbawa keluar danau oleh adanya aliran keluar Soemarwoto 2004. Menurut Wilkinson 1990 in Maryadi 2004 daya dukung lingkungan terdiri atas empat elemen yaitu : kapasitas fisik, kapasitas lingkungan, kapasitas sosial dan kapasitas fasilitas. Sedangkan menurut WTO 1992 in Maryadi 2004 faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung adalah faktor lingkungan sosial dan manajeman pengelolaan. 1. Faktor lingkungan : a. Ukuran area dan ruang yang digunakan. b. Kepekaan lingkungan, seperti tanah mudah longsor, vegetasi bukit pasir. c. Sumberdaya hidup liar wildlife resource. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan meliputi jumlah, keanekaragaman serta penyebaran spesies yang menarik. d. Kepekaan spesies tertentu terhadap kunjungan orang. Penyu akan mendarat sangat peka terhadap kunjungan orang, tekanan pengunjung akan menyebabkan stress bagi sebagian mamalia dan mengakibatkan menurunnya pembiakkan. 2. Faktor sosial : a. Tersebar atau terkonsentrasinya pengunjung, biasanya dipengaruhi oleh pola pemandangan. b. Pilihan objek wisatawan. c. Pendapat pengunjung. d. Fasilitas yang tersedia. 3. Faktor manajerial a. Rancangan jalan setapak dapat mempengaruhi distribusi pengunjung. b. Pelayanan informasi yang baik. c. Penyediaan fasilitas yang baik.

2.4. Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk

Pengelolaan sumberdaya alam merupakan usaha manusia dalam mengubah ekosistem sumberdaya alam agar manusia dapat memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas produksinya Soerianegara 1997 in Maryadi 2003. Namun dalam pemanfaatan sumberdaya alam ini tidak lepas atau sangat dipengaruhi oleh pandangan manusia terhadap lingkungan. Pandangan manusia terhadap ekosistem bisa bersikap holistic artinya manusia dapat memisahkan dirinya dengan sistem biofisik hewan, tumbuhan, sungai, danau tetapi masih merasa adanya hubungan fungsional dengan faktor-faktor biofisik sehingga membentuk kesatuan biofisik. Golongan manusia seperti ini dalam memanfaatkan sumberdaya alam akan tetap memperhatikan sisi keberlanjutan atau jangka panjang. Sebaliknya ada golongan yang disebut transendent, dimana manusia merasa terpisah dari lingkungannya Soemarwoto 1998 in Maryadi 2003. Kelompok seperti ini dalam memanfaatkan sumberdaya alam hanya untuk kepentingan sesaat atau jangka pendek tidak berkelanjutan. Fungsi pengelolaan sumberdaya perairan menurut Ilyas 1992 antara lain: a. Menciptakan kondisi yang mendukung kelestarian seluruh kesatuan ekosistem perairan umum. Sumberdaya perairan umum merupakan suatu kesatuan ekosistem utuh yang masing-masing komponennya mempunyai sifat dan karakter tersendiri, sehingga setiap pola pengelolaan yang diterapkan oleh pemanfaatan harus dapat berfungsi mempertahankan dan memelihara kelestariannya. Ikan dan biota akuatik lainnya merupakan komponen yang peka dan yang akan paling menderita sebagai akibat pengelolaan pemanfaatan yang salah. Hal ini terjadi karena ikan dan biota akuatik merupakan biota paling peka terhadap kerusakan mutu lingkungan dan pencemaran badan air. Dengan demikian setiap fungsi pengelolaan perairan umum harus mempertimbangkan persyaratan yang sesuai bagi kehidupan ikan dan biota akuatik lainnya, dan pengelolaannya harus didasarkan pada wawasan lingkungan yang berorientasi perikanan. b. Memperoleh manfaat seoptimal mungkin bagi seluruh sektor pembangunan yang berkelanjutan. Pola dan metode pengelolaan perairan umum yang baik harus mengutamakan kepentingan seluruh sektor dan sub-sektor pembangunan tanpa mengakibatkan kerusakan yang berarti terhadap ekosistem badan air. Fungsi pengelolaan harus dapat menyentuh sampai ke aspek sosial ekonomi dan legal serta memberikan nilai tambah dan meningkatkan produktivitas badan air. Rahmawaty 2002 menyatakan bahwa pembuatan waduk melalui pembendungan aliran sungai pada hakekatnya akan merubah ekosistem sungai dan daratan menjadi ekosistem waduk. Perubahan ini akan mempunyai dampak, baik positif maupun negatif terhadap sumberdaya dan lingkungannya. Dampak positif yang ditimbulkan adalah sesuai dengan fungsi waduk tersebut, sedangkan dampak negatif dan permasalahan yang paling menonjol adalah pemukiman kembali penduduk asal kawasan yang digenangi, pengadaan lapangan kerja, hilangnya daratan, hutan, perkebunan dan sumberdaya lainnya termasuk flora, fauna serta dampak ekologi yang merugikan lainnya baru akan terasa dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, maka pembangunan waduk perlu dinilai dan dikaji dengan memperhitungkan arti dan peran pentingnya bagi pembangunan ekonomi dan kemudian memantapkan cara dan teknik pengelolaan sumberdaya perairan waduk agar diperoleh hasil optimal dengan meminimalkan efek atau dampak negatif yang tidak diinginkan. Pengelolaan perairan waduk secara terpadu merupakan salah satu alternatif bentuk pengelolaan yang diharapkan dapat dikembangkan dan diterapkan di waduk tersebut agar tercapai pemanfaatan sumberdaya perairan waduk secara optimum dan berkelanjutan dengan tetap mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitarnya. Untuk menjaga kelestarian sumberdaya perairan dan kesinambungan usaha perikanan, maka perlu diperhatikan dan dipelajari beberapa hal, antara lain : 1. Jenis perairan, sehingga diketahui pola kelakuannya. 2. Letak tata ruang dari budidaya ikan diperairan wadukdanau karena pada danau vulkaniktektonik, tempat terjadinya umbalan biasanya tidak total. 3. Musim, berdasarkan pengalaman, kematian pada waktu-waktu tertentu misalnya di perairan waduk pada saat awal musim hujan, sehingga pada saat tersebut harus mengurangi jumlah pemeliharaan ikan. 4. Daya dukung perairan umumnya pada saat air tinggi lebih tinggi, sehingga jumlah pemeliharaan ikan dapat lebih tinggi. Menurut rahmawaty 2002 pengelolaan sumberdaya perairan waduk secara terpadu yang bisa dilakukan di luar sektor perikanan, antara lain : 1. Pengelolaan sumber tenaga listrik kawasan berbahaya; kawasan ini merupakan daerah tertutup untuk kepentingan umum. Kawasan ini dibentuk untuk melindungi instalasi penting dan bendungan utama. Arealnya biasanya ditentukan meliputi luasan dengan jarak 1 km dari titik tengah bendungan dan batasnya berupa pelampung dengan warna menyolok. 2. Pengelolaan kawasan wisata dan olah raga; kawasan ini dimanfaatkan untuk rekreasi air pariwisata seperti perahu dayung, pemancingan, ski air dan lain-lain. 3. Pengelolaan kawasan yang dilindungi; kawasan ini juga merupakan kawasan yang tertutup bagi kegiatan perikanan dan kegiatan lain yang dapat mengganggu kelestarian populasi ikan. Kawasan ini dapat merupakan daerah pemijahan spawning ground dan daerah asuhan nursery ground sehingga memungkinkan perlindungan bagi induk-induk ikan untuk berkembang biak dan mengasuh anaknya. Kawasan ini perlu ditinjau ketepatannya secara berkala, sebab mungkin saja perubahan ekologis waduk telah merubah pola kebiasaan hidup ikan.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Waduk Selorejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Secara geografis Waduk Selorejo terletak pada koordinat 7 50’ – 7 53’ LS dan 112 18’ – 112 20’BT pada ketinggian ±650 m di atas permukaan laut. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2010. Analisis kualitas air untuk parameter fisika dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Jasa Tirta I, sedangkan analisis biologi dilakukan di Laboratorium Ilmu-ilmu Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian dan Stasiun Pengambilan Contoh

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Kondisi fisik dan biologi Peta kawasan Waduk Selorejo, alat tulis untuk mencatat data, kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang, alat perekam suara dan beberapa dokumen