Ekowisata Pariwisata dan Ekowisata

dalam konfrensi itu akan meminta fasilitas wisata yang lain misalnya tour dalam dan luar kota, tempat-tempat membeli cendertamata dan lain-lain. Lingkup studi kepariwisataan menurut Wibowo 2000 in Maryadi 2003 adalah studi tentang orang-orang yang berpergian dari tempat asal, melibatkan perusahaan perjalanan, melihat motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan, harapan dan penyesuaian penduduk di daerah penerimaan serta dampaknya dalam bidang ekonomi, fisik, sosial dan lingkungan.

2.2.2. Ekowisata

Ekowisata pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi The ecotourisma Society, sebagai perjalanan ke daerah-daerah yang masih alami yang dapat mengkonservasi lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat setempat Linberg dan Hawkins 1993 in Yulianda 2010. Sedangkan Wood 1999 in Yulianda 2010 mendefinisikan ekowisata merupakan bentuk baru dari perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami dan berpetualang, serta dapat menciptakan industri pariwisata. Selanjutnya kegiatan wisata berkembang di daerah- daerah konservasi atau daerah-daerah yang masih memiliki sumberdaya alami dengan tetap mempertahankan keseimbangan alam. Fenomena ini memberikan manfaat positif bagi kelestarian alam dan keberadaan kawasan konservasi. Dengan demikian ekowisata juga dapat dikatakan merupakan suatu konsep pemanfaatan sumberdaya alam dengan pendekatan konservasi untuk pengembangan wisata Yulianda 2010. Konsep wisata yang berbasis ekologi atau yang lebih dikenal dengan ekowisata dilatarbelakangi oleh perubahan pasar global yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada negara-negara asal wisatawan dan memiliki ekspektasi yang lebih mendalam dalam melakukan perjalanan wisata. Konsep wisata ini di sebut wisata minat khusus Fandeli 2000. Wisatawan minat khusus umumnya memiliki intelektual yang lebih tinggi dan pemahaman serta kepekaan terhadap etika, moralitas dan nilai-nilai tertentu sehingga bentuk wisata ini adalah pencarian pengalaman baru. Ekowisata juga diyakini beberapa pihak memiliki kemampuan untuk membangun pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, jika dikembangkan dan dikelola berdasarkan prinsip-prinsip yang dikandungnya. Hal-hal yang mendukung penyataan tersebut Conservation International 2006 dalam Alam 2009. 1. Ekowisata sangat bergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya. 2. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. 3. Ekowisata memprioritaskan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prinsip dalam mencapai keberlanjutan. Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Ekowisata merupakan pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sedangkan konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservntion of Nature and Natural Resources 1980 in Fandeli 2000, bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang. Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan adalah daerah alami. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, bendungan, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam. Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi UNEP 1980 in Fandeli 2000 sebagai berikut: 1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan. 2. Melindungi keanekaragaman hayati. 3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.

2.2.3. Pemanfaatan dan pengelolaan ekowisata