Evaluasi pengelolaan wisata berbasis sumberdaya di Waduk Selorejo Kabupaten Malang, Jawa Timur

(1)

i

EVALUASI PENGELOLAAN WISATA BERBASIS

SUMBERDAYA DI WADUK SELOREJO KABUPATEN

MALANG, JAWA TIMUR

VITA VERAWATI

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

iii

Vita Verawati. C24054035. Evaluasi Pengelolaan Wisata Berbasis Sumberdaya di Waduk Selorejo Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dibimbing oleh Agustinus M. Samosir dan Fredinan Yulianda.

Waduk Selorejo adalah salah satu waduk yang sumberdaya alamnya masih alami karena merupakan salah satu waduk di Kabupaten Malang yang dikelilingi perbukitan. Waduk ini dikelola oleh Perum Jasa Tirta I digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), irigasi pertanian, perikanan dan pariwisata. Jika dilihat dari sektor pariwisata waduk ini memiliki potensi yang sangat besar karena memiliki panorama yang indah, suhu yang sejuk ±220C dan letak geografisnya yang cukup strategis. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, mengevaluasi kesesuaian sumberdaya alam dan dampak yang ditimbulkan serta menyusun strategi pengelolaan secara lestari dan berkelanjutan.

Penelitian dilakukan di Waduk Selorejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Jawa Timur, yang dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2010. Penelitian ini terdiri dari pengumpulan data dan informasi kawasan melalui studi lapang serta pengolahan data primer dan data sekunder. Pengkajian kesesuaian dan daya dukung kawasan untuk kegiatan ekowisata dilakukan dengan analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dan analisis Daya Dukung Kawasan (DDK). Analisis strategi pengelolaan kawasan Waduk Selorejo dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh alternatif strategi pengelolaan yang diprioritaskan.

Analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dilakukan di delapan lokasi. Lokasi 1 sesuai untuk kegiatan berperahu, lokasi 2 sesuai untuk kegiatan memancing. lokasi 3 dan 6 sangat sesuai untuk kegiatan duduk santai, lokasi 4 dan 7 sangat sesuai untuk kegiatan berkemah dan lokasi 5 dan 8 sangat sesuai untuk kegiatan outbond. Jika dibandingkan dengan kondisi nyata kesesuaian kawasan sudah sesuai dengan peruntukkannya kecuali 2 lokasi belum dimanfaatkan oleh pengelola yaitu berkemah di lokasi 4 dan outbond di lokasi 5. Berdasarkan nilai daya dukung kawasan, wisata Waduk Selorejo memiliki daya dukung 1.488 orang/hari. Lima jenis kegiatan wisata yang dievaluasi di Waduk Selorejo berdasarkan analisis IKW yaitu kegiatan berperahu dengan luas area yang dimanfaatkan sebesar 101.650 m2, kegiatan memancing di lokasi 2 dengan luas area yang dimanfaatkan sebesar 3.786 m2, kegiatan duduk santai di lokasi 3 dan 6 dengan luas area yang dimanfaatkan 5.450 m2, kegiatan berkemah di lokasi 4 dan7 dengan luas area yang dimanfaatkan 1.038 m2 dan kegiatan outbond di lokasi 5 dan 8 dengan luas area yang dimanfaatkan sebesar 5.326 m2.

Permasalahan utama yang terdapat pada kawasan wisata Waduk Selorejo adalah masalah ekologi terdiri dari menurunnya hasil sumberdaya ikan, tumbuhan air, sedimentasi dan kurangnya kelestarian waduk akibat sampah dan masalah pengelolaan yakni kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan wisata adalah kotornya kawasan akibat keterbatasan tempat sampah sehingga wisatawan membuang sampah secara sembarangan. Sedangkan dampak lingkungan akibat kegiatan di luar kegiatan wisata diantaranya menurunnya hasil sumberdaya ikan, banyaknya gulma air eceng gondok (Eichornia crassipes) dan sedimentasi. Terdapat tiga prioritas utama sebagai rencana strategi dalam upaya pengelolaan kawasan wisata Waduk Selorejo yaitu (1). Mengadakan kerjasama antara pengelola dengan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi alam dan masyarakat sekitar (2). Mengoptimalkan aksesibilitas untuk memudahkan pengembangan wisata Waduk Selorejo (3). Pengendalian dampak lingkungan secara partisipatif antara divisi Jasa ASA III (Air dan Sumber Air) dan divisi Jasa umum.


(3)

iv

EVALUASI PENGELOLAAN WISATA BERBASIS

SUMBERDAYA DI WADUK SELOREJO KABUPATEN

MALANG, JAWA TIMUR

VITA VERAWATI C24054035

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(4)

ii

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Evaluasi Pengelolaan Wisata Berbasis Sumberdaya di Waduk Selorejo Kabupaten Malang, Jawa Timur

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tulisan ini.

Bogor, 20 Agustus 2011

Vita Verawati C24054035


(5)

v

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Penelitian : Evaluasi Pengelolaan Wisata Berbasis Sumberdaya di Waduk Selorejo Ksbupaten Malang, Jawa Timur.

Nama : Vita Verawati

Nomor Pokok : C24054035

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ir. Agustinus M Samosir, M. Phil Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc NIP. 19611211 198703 1 003 NIP. 19630731 198803 1 002

Mengetahui,

Ketua Departeman Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP. 19660728 199103 1 002


(6)

vi

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan inayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Evaluasi Pengelolaan Wisata Berbasis Sumberdaya di Waduk Selorejo Kabupaten Malang, Jawa Timur disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan April – Mei 2010 yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen pembimbing II atas saran dan bimbingan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dan semoga skripsi ini bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bogor, 20 Agustus 2011


(7)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Agustinus M Samosir, M. Phil dan Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan II atas bimbingan yang telah diberikan selama berlangsungnya penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc sebagai dosen pembimbing akademik atas segala bimbingannya selama masa studi di Insitut Pertanian Bogor.

3. Keluarga tercinta Ayahanda M i s n u dan Ibunda Tasmi serta kakak Toha Maskhur dan Didin Kristinawati atas doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis.

4. Kepala Divisi Jasa Asa III, Staf Jasa Tirta I dan Bapak Yudi kepala Laboratorium Ilmu-Ilmu Perikanan Universitas Brawijaya Malang, atas segala bantuan selama penelitian berlangsung.

5. Staf Tata Usaha MSP atas bantuan dan perhatian selama penulisan skripsi 6. Keluarga besar MSP 42 yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi 7. Keluarga Wisma Sabina, Wisma Alfarabi, semua teman dan sahabat yang telah


(8)

viii

Penulis dilahirkan di Kota Batu, pada tanggal 20 Agustus 1986 dan pasangan Bapak Misnu dan Ibu Tasmi. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SDN Pandanrejo 02 Batu (1998), SMPN 1 Batu (2001) dan SMAN 5 Malang (2004). Pada tahun 2005 Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Setelah melewati tahap Tingkat Persiapan Bersama selama satu tahun, penulis diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi IKMT (Ikatan Keluarga Muslim TPB) staf PSDM, Forum Keluarga Muslim Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FKMC) sebagai bendahara pada tahun 2007/2008 dan ketua divisi Cantik Muslimah pada tahun 2008/2009. Penulis juga berkesempatan menjadi Asisten Mata kuliah Fisiologi Hewan Air (2007/2008 dan 2008/2009) dan Asisten Pelajaran Agama Islam (2007-2009). Selain itu, penulis aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti Orientasi Mahasiswa Baru Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (OMBAK) sebagai Penanggung Jawab Anak Kelompok (PAK) 2008/2009, kepanitiaan Kajian Aktual Masyarakat Pesisir-Jelajah Kampung Nelayan (KAMP-LUNA) 2008.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Evaluasi Pengelolaan Wisata Berbasis Sumberdaya di Waduk Selorejo Kabupaten Malang, Jawa Timur”.


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Manfaat ... 4

2..TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumberdaya perairan waduk dan permasalahannya ... 5

2.2. Pariwisata dan ekowisata ... 6

2.2.1. Pariwisata ... 6

2.2.2. Ekowisata ... 8

2.2.3. Pemanfaatan dan pengelolaan ekowisata ... 10

2.3. Kesesuaian dan daya dukung ekowisata ... 11

2.4. Pengelolaan sumberdaya perairan waduk ... ... 12

3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian ... 16

3.2. Alat dan bahan ... 16

3.3. Pendekatan studi ... 17

3.4. Jenis dan pengumpulan data ... 18

3.4.1. Data primer ... 18

3.4.2. Data sekunder ... 19

3.5. Analisis data ... 19

3.5.1. Analisis potensi ... 19

3.5.2. Analisis kesesuaian wisata ... 20

3.5.3. Analisis daya dukung kawasan ... 22

3.5.4. Analisis SWOT ... 24

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Keadaan umum Waduk Selorejo... 29

4.2. Evaluasi potensi, kesesuaian dan daya dukung wisata ... 30

4.2.1. Potensi sumberdaya perairan ... 30


(10)

x

4.2.6. Daya dukung wisata Waduk Selorejo ... 50

4.3. Permasalahan, dampak kegiatan wisata dan pengelolaannya... 52

4.3.1. Berkurangnya sumberdaya ikan ... 52

4.3.2. Banyaknya tanaman air ... 53

4.3.3. Sedimentasi... 54

4.3.4. Kurangnya fasilitas dan prasarana yang memadai ... 54

4.3.5. Kurangnya kelestarian kawasan Waduk Selorejo ... 56

4.4. Strategi pengelolaan kawasan wisata Waduk Selorejo ... 58

4.4.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman objek wisata Waduk Selorejo ... 58

4.4.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal... 62

4.4.3. Pembuatan matriks SWOT... 63

4.4.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi ... 63

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Alat- alat yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air ... 17

2. Parameter kesesuaian sumberdaya untuk wisata waduk ... 21

3. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luasan area kegiatan (Lt) ... 23

4. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata air tawar ... 24

5. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal ... 25

6. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) ... 27

7. Matriks SWOT ... 27

8. Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT ... 28

9. Kualitas air Waduk Selorejo ... 31

10. Jenis ikan yang ditemukan di Waduk Selorejo ... 35

11. Indeks kesesuaian wisata (IKW) di Waduk Selorejo ... 47

12. Daya dukung kawasan wisata (DDK) Waduk Selorejo ... 51

13. Tingkat kepentingan faktor internal obyek wisata Waduk Selorejo ... 62

14. Tingkat kepentingan faktor eksternal obyek wisata Waduk Selorejo ... 63

15. Matriks SWOT wisata Waduk Selorejo ... 64


(12)

xii

Halaman

1.Skema perumusan masalah penelitian ... 3

2. Peta lokasi penelitian dan stasiun pengambilan contoh ... 16

3. Tanaman air eceng gondok di sekitar pulau (kebun jambu) ... 33

4. Aktivitas wisatawan di Waduk Selorejo ... 38

5. Jumlah kunjungan wisatawan di Waduk Selorejo tahun 2009 ... 39

6. Karakteristik wisatawan Waduk Selorejo ... 40

7. Motivasi wisatawan berkunjung ke Waduk Selorejo ... 42

8. Karakteristik masyarakat sekitar Waduk Selorejo ... 44

9. Pengaruh dan dampak negatif kegiatan wisata terhadap masyarakat sekitar Waduk Selorejo ... 45

10. Persepsi dan aktivitas masyarakat di dalam kawasan wisata ... 46

11. Peta aktual lokasi wisata Waduk Selorejo ... 49

12.. Peta kesesuaian wisata Waduk Selorejo ... 49

12. Peta daya dukung wisata Waduk Selorejo ... 52

13. Pendapat wisatawan mengenai kekurangan dan fasilitas yang perlu dibenahi ... 55

14. Pendapat wisatawan terhadap kondisi fasilitas dan lingkungan kawasan Waduk Selorejo ... 56

15. Persepsi wisatawan mengenai hambatan menuju kawasan wisata, kelestarian, ekowisata dan kepuasan berwisata di Waduk Selorejo ... 57


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Struktur organisasi Perum Jasa Tirta I... 73

2. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data ... 74

3. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ... 75

4. Kelimpahan fitoplankton di Waduk Selorejo ... 76

5. Tabel jumlah kunjungan wisatawan di Waduk Selorejo tahun 2009 ... 77

6. Gambar sarana dan prasarana wisata Waduk Selorejo ... 78

7. Gambar delapan lokasi penelitian ... 79

8. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata berperahu ... 80

9. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata memancing ... 81

10. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata duduk santai ... 82

11. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata berkemah ... 84

12. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata outbond ... 86

13. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan wisata Waduk Selorejo ... 88

14. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan wisata Waduk Selorejo ... 89

15. Matriks IFE kawasan wisata Waduk Selorejo ... 90


(14)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Waduk adalah salah satu sumberdaya air tawar yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang sengaja dibuat oleh manusia dengan cara membendung sungai yang kemudian airnya disimpan. Waduk cenderung selalu menerima masukan secara terus menerus dari sungai yang mengalirinya. Air waduk digunakan untuk berbagai pemanfaatan antara lain sumber baku air minum, air irigasi, pembangkit listrik, perikanan, tempat rekreasi dan sebagainya (Haryani 2006).

Pemanfaatan waduk sebagai tempat rekreasi merupakan potensi dari wisata air yang harus dikembangkan. Kondisi ini sejalan dengan dunia wisata di Indonesia yang pada saat ini masih terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kejenuhan dengan kondisi keseharian menuntut seseorang untuk mendapatkan hiburan yang dapat menyegarkan kembali pikiran agar dapat beraktivitas secara optimal, sehingga wisata berbasis alam merupakan salah satu alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi.

Waduk Selorejo merupakan salah satu badan air yang terjadi akibat pembendungan Sungai Konto, Sungai Kwayangan dan Sungai Pinjal. Waduk Selorejo dikelola oleh Perum Jasa Tirta I terletak di Desa Selorejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang dengan luas genangan air mencapai 400 ha. Fungsi awal dari waduk ini adalah sebagai sumber irigasi dan pembangkit tenaga listrik. Perkembangan selanjutnya waduk ini dijadikan sebagai taman wisata air.

Kondisi taman wisata Waduk Selorejo saat ini dilengkapi dengan beberapa kegiatan wisata diantaranya, duduk santai, berperahu, memancing, outbond dan berkemah. Selain itu, terdapat fasilitas olah raga seperti lapangan sepak bola, kolam renang, dan Food Center sebagai tempat kuliner. Pengelolaan pariwisata Waduk Selorejo di lakukan oleh Sub Divisi PATA (Pariwisata) dan pengelolaan perairan waduk dilakukan oleh Divisi Jasa ASA III. Diperlukan kerjasama yang sinergis antara PATA dan Jasa ASA III. Saat ini kerjasama tersebut belum optimal dalam menjalankan kegiatan wisata yang memanfaatkan sumberdaya lingkungan waduk.


(15)

2

Sumberdaya waduk yang menjadi fasilitas kegiatan wisata hendaknya dapat dikelola dengan baik guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya suatu evaluasi pengelolaan mengenai lingkungan, kesesuaian wisata, daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata, serta menganalisis faktor internal maupun ekternal yang akan dibahas dalam tulisan ini.

1.2. Perumusan Masalah

Waduk Selorejo yang di kelola oleh Perum Jasa Tirta I digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), irigasi pertanian, perikanan dan pariwisata. Dari sektor pariwisata, waduk ini dimanfaatkan untuk wisata berperahu, memancing, duduk santai, outbond dan berkemah. Adanya aktivitas wisata yang ada akan berdampak positif dan negatif terhadap waduk maupun masyarakat sekitar. Dampak positifnya adalah semakin meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke waduk dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, sedangkan dampak negatifnya adalah berkurangnya kelestarian kawasan.

Kerusakan lingkungan waduk terjadi akibat dari kegiatan wisata maupun aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat daerah sekitar. Pencemaran air dapat mengancam waduk dengan adanya kegiatan pertanian yang membawa masuk hanyutan pupuk dan limbah rumah tangga dari kotoran sapi ke aliran Sungai Konto sehingga akan masuk ke perairan waduk. Keterbatasan tempat sampah di kawasan wisata mengakibatkan sampah berserakan di sekitar waduk. Di pinggir waduk dan beberapa tempat tumbuh banyak tanaman air jenis Eceng Gondok (Eichornia crassipes) yang dapat mengakibatkan pendangkalan dan juga mengganggu kegiatan wisata memancing dan berperahu. Kegiatan menjala ikan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dengan menjaring ikan yang masih tergolong juvenil akan mengakibatkan ikan yang ada di waduk cepat habis sehingga mempengaruhi keseimbangan ekosistemnya.

Dengan adanya permasalahan yang ada perlu dilakukan suatu kajian yang dapat memberikan alternatif strategi pengelolaan kawasan wisata. Suatu alternatif yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap usaha pelestarian lingkungan,


(16)

pengelolaan dan pengembangan ekowisata Waduk Selorejo secara berkelanjutan (Gambar 1).

Gambar 1. Skema perumusan masalah penelitian

1.3. Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Identifikasi karakteristik sumberdaya alam dan sumberdaya manusia kawasan wisata Waduk Selorejo.

2. Mengevaluasi kesesuaian kawasan dan dampak yang ditimbulkan dari pemanfaatan wisata Waduk Selorejo.

3. Menyusun rekomendasi untuk perbaikan pengelolaan wisata Waduk Selorejo secara lestari dan berkelanjutan.

Waduk Selorejo Sumberdaya alam

Potensi yang belum dimanfaatkan Degradasi lingkungan

Kesesuaian dan daya dukung wisata Dampak lingkungan

Strategi pengelolaan Pemanfaatan


(17)

4

1.4. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berarti bagi pengelola dalam mengembangkan kegiatan kepariwisataan yang mempunyai arah pada pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan pariwisata secara lestari dan berkelanjutan.


(18)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumberdaya Perairan Waduk dan Permasalahannya

Perairan waduk (Reservoir/man-made lake) adalah badan air yang terbentuk karena pembendungan aliran sungai oleh manusia. Waduk merupakan badan air yang karakter fisik, kimia dan biologis berbeda dari sungai yang dibendungnya. Kualitas perairan waduk lebih stabil dan produksi perikananya lebih tinggi dari sungai asalnya (Litbang pertanian 1989 in Ismail 2007).

Menurut odum (1993) apabila dilihat dari proses pembentukannya waduk dibentuk sengaja oleh manusia untuk tujuan-tujuan tertentu dengan cara membuat bendungan pada suatu lembah, sedangkan danau terbentuk sebagai akibat dari kegiatan alamiah seperti bencana alam, kegiatan vulkanik dan kegiatan tektonik. Umumnya tujuan utama pembuatan waduk adalah sebagai persediaan untuk air irigasi dan pembangkit tenaga listrik. Sumber air waduk dapat berasal dari sungai, air tanah dan air hujan. Produktivitas yang tinggi terjadi di perairan yang eutrofik, dimana perairan tersebut banyak menerima nutrien dari kegiatan manusia. Meningkatnya kegiatan biologi dalam waduk per unit waktu dan volume air tertentu maka produksi sampah organik pun akan meningkat dan akhirnya mengendap di dasar waduk sehingga dapat terjadi pendangkalan. Berdasarkan fungsinya perairan waduk dapat dikelompokan menjadi waduk tunggal-guna dan waduk serba-guna. Waduk serba-guna adalah waduk yang tujuan pembangunannya adalah untuk pemenuhan kepentingan berbagai sektor yakni sebagai pencegah banjir, Pembangkit listrik Tenaga Air (PLTA), irigasi dan pemukiman, perikanan dan pariwisata. Waduk Selorejo adalah salah satu waduk serba-guna yang ada di Indonesia. Sedangkan waduk tunggal-guna biasanya hanya ditujukan untuk menampung air guna mencegah banjir dan keperluan irigasi saja.

Waduk merupakan kawasan yang sangat penting bagi perekonomian masyarakat karena potensial untuk tujuan wisata, sumber air minum, irigasi, pertanian, perikanan dan pembangkit listrik. Pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya waduk meski ditujukan untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyakarat, ternyata dapat menimbulkan persoalan ekologis dan sosial. Permasalahan utama yang dihadapi oleh ekosistem danau dan waduk adalah tekanan


(19)

6

pencemaran dari kegiatan industri, pertanian, perikanan, pariwisata dan rumah tangga. Banyak danau dan waduk mengalami eutrofikasi dan pendangkalan akibat erosi (Ismail 2007).

2.2. Pariwisata dan Ekowisata 2.2.1. Pariwisata

Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari rutinitas pekerjaan dan keluar dari tempat kediamannya. Perkembangan pariwisata memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan yang terjadi pada tiga aspek yaitu ekonomi, fisik dan sosial. Namun sulit untuk memberikan batasan yang jelas mengenai pengelompokan dampak ini, karena masing-masing memiliki keterkaitan sebab akibat yang kuat. Misalnya, kegiatan promosi pariwisata dilakukan untuk mendatangkan wisatawan, peningkatan wisatawan kemudian akan meningkatkan pendapatan karena berkembangnya industri kecil pendukung kegiatan wisata dan kualitas serta kuantitas fasilitas meningkat, namun di sisi lain terjadi penurunan nilai-nilai tradisional dan moral masyarakat oleh masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan norma setempat (Marpaung, 2002).

Pariwisata merupakan salah satu dari industri gaya baru, yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan (Wahab 2003).

Terdapat beberapa terminologi yang berkaitan dengan kepariwisataan berdasarkan UU No.9 Tahun 1990 yaitu :

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.


(20)

d. Kegiatan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

f. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau

disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Wahab (2003) menggolongkan pariwisata menjadi lima golongan berdasarkan tujuannya yakni:

a. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, dengan maksud untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi. b. Pariwisata budaya dengan maksud untuk memperkaya informasi dan

pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran, perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar purbakala, dan lain-lain.

c. Pariwisata pulih sehat, dengan maksud memuaskan kebutuhan perawatan medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya: sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat penyembuhan secara khusus, perawatan dengan pasir hangat dan lain-lain. Pariwisata ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti: kebersihan, ketenangan dan taraf hidup yang pantas.

d. Pariwisata sport, dengan maksud memuaskan hobi orang-orang seperti mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain ski, bertanding dan mendaki gunung.

e. Pariwisata temu wicara, pariwisata konveksi yang mencakup pertemuan-pertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik. Pariwisata sejenis ini memerlukan tersedianya fasilitas pertemuan di negara tujuan dan faktor-faktor lain yang penting seperti letak yang strategis, tersedianya transportasi yang mudah, iklim yang cerah dan sebagainya. Seseorang yang berperan serta di


(21)

8

dalam konfrensi itu akan meminta fasilitas wisata yang lain misalnya tour dalam dan luar kota, tempat-tempat membeli cendertamata dan lain-lain.

Lingkup studi kepariwisataan menurut Wibowo (2000) in Maryadi (2003) adalah studi tentang orang-orang yang berpergian dari tempat asal, melibatkan perusahaan perjalanan, melihat motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan, harapan dan penyesuaian penduduk di daerah penerimaan serta dampaknya dalam bidang ekonomi, fisik, sosial dan lingkungan.

2.2.2. Ekowisata

Ekowisata pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi The ecotourisma Society, sebagai perjalanan ke daerah-daerah yang masih alami yang dapat mengkonservasi lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat setempat (Linberg dan Hawkins 1993 in Yulianda 2010). Sedangkan Wood (1999)

in Yulianda (2010) mendefinisikan ekowisata merupakan bentuk baru dari perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami dan berpetualang, serta dapat menciptakan industri pariwisata. Selanjutnya kegiatan wisata berkembang di daerah-daerah konservasi atau daerah-daerah-daerah-daerah yang masih memiliki sumberdaya alami dengan tetap mempertahankan keseimbangan alam. Fenomena ini memberikan manfaat positif bagi kelestarian alam dan keberadaan kawasan konservasi. Dengan demikian ekowisata juga dapat dikatakan merupakan suatu konsep pemanfaatan sumberdaya alam dengan pendekatan konservasi untuk pengembangan wisata (Yulianda 2010).

Konsep wisata yang berbasis ekologi atau yang lebih dikenal dengan ekowisata dilatarbelakangi oleh perubahan pasar global yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada negara-negara asal wisatawan dan memiliki ekspektasi yang lebih mendalam dalam melakukan perjalanan wisata. Konsep wisata ini di sebut wisata minat khusus (Fandeli 2000). Wisatawan minat khusus umumnya memiliki intelektual yang lebih tinggi dan pemahaman serta kepekaan terhadap etika, moralitas dan nilai-nilai tertentu sehingga bentuk wisata ini adalah pencarian pengalaman baru.

Ekowisata juga diyakini beberapa pihak memiliki kemampuan untuk membangun pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, jika


(22)

dikembangkan dan dikelola berdasarkan prinsip-prinsip yang dikandungnya. Hal-hal yang mendukung penyataan tersebut (Conservation International 2006 dalam Alam 2009).

1. Ekowisata sangat bergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya.

2. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.

3. Ekowisata memprioritaskan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prinsip dalam mencapai keberlanjutan.

Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Ekowisata merupakan pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sedangkan konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservntion of Nature and Natural Resources (1980) in Fandeli (2000), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang. Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan adalah daerah alami. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, bendungan, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam. Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi UNEP (1980) in Fandeli (2000) sebagai berikut:

1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan.

2. Melindungi keanekaragaman hayati.


(23)

10

2.2.3. Pemanfaatan dan pengelolaan ekowisata

Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada

pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

2 Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

3. Ekowisata (Ecoutourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/ lingkungan dan industri kepariwisataan.

Menurut Fandeli (2000) untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata pada umumnya. Terdapat dua aspek yang perlu dipikirkan, yakni aspek destinasi dan aspek market. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan, namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaanya. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan. Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar.

Keberhasilan dalam pengelolaan ekowisata tidak lepas dari kerjasama antara

Stakeholders (pemerintah, sektor swasta dan masyarakat) dari level daerah sampai level nasional (Spoule 1996 in Maryadi 2004). Selain itu juga ketersediaan dan kualitas komponen produk wisata sangat ditentukan oleh kesiapan para pelaku wisata yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, dimana masing-masing mempunyai peran dalam penyediaan jasa kepariwisataan (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2002 in Maryadi 2004).

Adanya alternatif dalam pengelolaan sumberdaya alam diharapkan agar masyarakat tidak semata-mata bekerja sebagai petani tetapi bisa sebagai pemandu wisata dan pengrajin dengan demikian diharapkan ada peningkatan pendapatan masyarakat.


(24)

2.3. Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata

Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan (Yulianda 2007).

Daya dukung lingkungan pada area wisata adalah jumlah individu maksimum yang dapat diakomodir pada suatu area dengan tidak mempengaruhi atau merusak lingkungan yang ada dan dapat memberikan suatu kepuasan bagi pengunjung dan bagi masyarakat setempat. Daya dukung adalah batas-batas kehadiran wisatawan dan fasilitas pendukungnya yang belum atau tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan fisik maupun kehidupan masyarakat sekitar serta wisatawan mendapat kepuasan dari kunjungannya tanpa gangguan akibat kepadatan pengunjung.

Soemarwoto (2004) menguraikan bahwa setiap daerah mempunyai kemampuan tertentu untuk menerima wisatawan, yaitu yang disebut dengan daya dukung lingkungan yang dinyatakan dalam jumlah wisatawan per satuan luas per satuan waktu. Terdapat dua faktor utama daya dukung lingkungan pariwisata, yakni tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Walaupun tujuannya bermacam-macam, tetapi semuanya mempunyai sifat umum yang sama yaitu dilakukan di luar tugas pekerjaan untuk mendapatkan hiburan. Hiburan inilah yang merupakan faktor utama dalam penciptaan kembali diri orang. Di samping ingin mendapatkan hiburan, wisatawan mengharapkan dapat menciptakan suatu kondisi psikologi tertentu pada wisatawan itu. Oleh karena itu, daya dukung lingkungan berkaitan dengan faktor psikologi tujuan pariwisata tertentu.

Faktor biofisik yang mempengaruhi kuat atau rapuhnya suatu ekosistem akan sangat menentukan besar-kecilnya daya dukung tempat wisata tersebut. Ekosistem yang kuat mempunyai daya dukung yang tinggi, yaitu dapat menerima wisatawan dalam jumlah yang besar, karena tidak mudah rusak dan dapat cepat pulih dari kerusakan. Sebuah danau yang luas dan dalam, pencampuran air yang baik dan pergantian air yang cepat mempunyai daya dukung yang lebih besar dari pada danau yang sempit, dangkal, airnya tenang dan mengalami pergantian air yang pelan. Hal ini terjadi karena di danau dengan volume air yang besar yang tercampur oleh


(25)

12

gelombang atau arus dan cepat diganti, zat pencemar akan mengalami pengenceran dan terbawa keluar danau oleh adanya aliran keluar (Soemarwoto 2004).

Menurut Wilkinson (1990) in Maryadi (2004) daya dukung lingkungan terdiri atas empat elemen yaitu : kapasitas fisik, kapasitas lingkungan, kapasitas sosial dan kapasitas fasilitas. Sedangkan menurut WTO (1992) in Maryadi (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung adalah faktor lingkungan sosial dan manajeman pengelolaan.

1. Faktor lingkungan :

a. Ukuran area dan ruang yang digunakan.

b. Kepekaan lingkungan, seperti tanah mudah longsor, vegetasi bukit pasir. c. Sumberdaya hidup liar (wildlife resource). Beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan meliputi jumlah, keanekaragaman serta penyebaran spesies yang menarik.

d. Kepekaan spesies tertentu terhadap kunjungan orang. Penyu akan mendarat sangat peka terhadap kunjungan orang, tekanan pengunjung akan menyebabkan stress bagi sebagian mamalia dan mengakibatkan menurunnya pembiakkan.

2. Faktor sosial :

a. Tersebar atau terkonsentrasinya pengunjung, biasanya dipengaruhi oleh pola pemandangan.

b. Pilihan objek wisatawan. c. Pendapat pengunjung. d. Fasilitas yang tersedia. 3. Faktor manajerial

a. Rancangan jalan setapak dapat mempengaruhi distribusi pengunjung. b. Pelayanan informasi yang baik.

c. Penyediaan fasilitas yang baik.

2.4. Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk

Pengelolaan sumberdaya alam merupakan usaha manusia dalam mengubah ekosistem sumberdaya alam agar manusia dapat memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas produksinya (Soerianegara 1997 in


(26)

Maryadi 2003). Namun dalam pemanfaatan sumberdaya alam ini tidak lepas atau sangat dipengaruhi oleh pandangan manusia terhadap lingkungan. Pandangan manusia terhadap ekosistem bisa bersikap holistic artinya manusia dapat memisahkan dirinya dengan sistem biofisik (hewan, tumbuhan, sungai, danau) tetapi masih merasa adanya hubungan fungsional dengan faktor-faktor biofisik sehingga membentuk kesatuan biofisik. Golongan manusia seperti ini dalam memanfaatkan sumberdaya alam akan tetap memperhatikan sisi keberlanjutan atau jangka panjang. Sebaliknya ada golongan yang disebut transendent, dimana manusia merasa terpisah dari lingkungannya (Soemarwoto 1998 in Maryadi 2003). Kelompok seperti ini dalam memanfaatkan sumberdaya alam hanya untuk kepentingan sesaat atau jangka pendek (tidak berkelanjutan).

Fungsi pengelolaan sumberdaya perairan menurut Ilyas(1992) antara lain: a. Menciptakan kondisi yang mendukung kelestarian seluruh kesatuan ekosistem

perairan umum. Sumberdaya perairan umum merupakan suatu kesatuan ekosistem utuh yang masing-masing komponennya mempunyai sifat dan karakter tersendiri, sehingga setiap pola pengelolaan yang diterapkan oleh pemanfaatan harus dapat berfungsi mempertahankan dan memelihara kelestariannya. Ikan dan biota akuatik lainnya merupakan komponen yang peka dan yang akan paling menderita sebagai akibat pengelolaan pemanfaatan yang salah. Hal ini terjadi karena ikan dan biota akuatik merupakan biota paling peka terhadap kerusakan mutu lingkungan dan pencemaran badan air. Dengan demikian setiap fungsi pengelolaan perairan umum harus mempertimbangkan persyaratan yang sesuai bagi kehidupan ikan dan biota akuatik lainnya, dan pengelolaannya harus didasarkan pada wawasan lingkungan yang berorientasi perikanan.

b. Memperoleh manfaat seoptimal mungkin bagi seluruh sektor pembangunan yang berkelanjutan. Pola dan metode pengelolaan perairan umum yang baik harus mengutamakan kepentingan seluruh sektor dan sub-sektor pembangunan tanpa mengakibatkan kerusakan yang berarti terhadap ekosistem badan air. Fungsi pengelolaan harus dapat menyentuh sampai ke aspek sosial ekonomi dan legal serta memberikan nilai tambah dan meningkatkan produktivitas badan air.


(27)

14

Rahmawaty (2002) menyatakan bahwa pembuatan waduk melalui pembendungan aliran sungai pada hakekatnya akan merubah ekosistem sungai dan daratan menjadi ekosistem waduk. Perubahan ini akan mempunyai dampak, baik positif maupun negatif terhadap sumberdaya dan lingkungannya. Dampak positif yang ditimbulkan adalah sesuai dengan fungsi waduk tersebut, sedangkan dampak negatif dan permasalahan yang paling menonjol adalah pemukiman kembali penduduk asal kawasan yang digenangi, pengadaan lapangan kerja, hilangnya daratan, hutan, perkebunan dan sumberdaya lainnya termasuk flora, fauna serta dampak ekologi yang merugikan lainnya baru akan terasa dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, maka pembangunan waduk perlu dinilai dan dikaji dengan memperhitungkan arti dan peran pentingnya bagi pembangunan ekonomi dan kemudian memantapkan cara dan teknik pengelolaan sumberdaya perairan waduk agar diperoleh hasil optimal dengan meminimalkan efek atau dampak negatif yang tidak diinginkan.

Pengelolaan perairan waduk secara terpadu merupakan salah satu alternatif bentuk pengelolaan yang diharapkan dapat dikembangkan dan diterapkan di waduk tersebut agar tercapai pemanfaatan sumberdaya perairan waduk secara optimum dan berkelanjutan dengan tetap mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitarnya.

Untuk menjaga kelestarian sumberdaya perairan dan kesinambungan usaha perikanan, maka perlu diperhatikan dan dipelajari beberapa hal, antara lain :

1. Jenis perairan, sehingga diketahui pola kelakuannya.

2. Letak tata ruang dari budidaya ikan diperairan waduk/danau karena pada danau vulkanik/tektonik, tempat terjadinya umbalan biasanya tidak total.

3. Musim, berdasarkan pengalaman, kematian pada waktu-waktu tertentu misalnya di perairan waduk pada saat awal musim hujan, sehingga pada saat tersebut harus mengurangi jumlah pemeliharaan ikan.

4. Daya dukung perairan umumnya pada saat air tinggi lebih tinggi, sehingga jumlah pemeliharaan ikan dapat lebih tinggi.

Menurut rahmawaty (2002) pengelolaan sumberdaya perairan waduk secara terpadu yang bisa dilakukan di luar sektor perikanan, antara lain :


(28)

1. Pengelolaan sumber tenaga listrik (kawasan berbahaya); kawasan ini merupakan daerah tertutup untuk kepentingan umum. Kawasan ini dibentuk untuk melindungi instalasi penting dan bendungan utama. Arealnya biasanya ditentukan meliputi luasan dengan jarak 1 km dari titik tengah bendungan dan batasnya berupa pelampung dengan warna menyolok.

2. Pengelolaan kawasan wisata dan olah raga; kawasan ini dimanfaatkan untuk rekreasi air (pariwisata) seperti perahu dayung, pemancingan, ski air dan lain-lain.

3. Pengelolaan kawasan yang dilindungi; kawasan ini juga merupakan kawasan yang tertutup bagi kegiatan perikanan dan kegiatan lain yang dapat mengganggu kelestarian populasi ikan. Kawasan ini dapat merupakan daerah pemijahan (spawning ground) dan daerah asuhan (nursery ground) sehingga memungkinkan perlindungan bagi induk-induk ikan untuk berkembang biak dan mengasuh anaknya. Kawasan ini perlu ditinjau ketepatannya secara berkala, sebab mungkin saja perubahan ekologis waduk telah merubah pola kebiasaan hidup ikan.


(29)

16

3.

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Waduk Selorejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Secara geografis Waduk Selorejo terletak pada koordinat 7050’ – 7053’ LS dan 112018’ – 112020’BT pada ketinggian ±650 m di atas permukaan laut. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2010. Analisis kualitas air untuk parameter fisika dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Jasa Tirta I, sedangkan analisis biologi dilakukan di Laboratorium Ilmu-ilmu Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian dan Stasiun Pengambilan Contoh

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Kondisi fisik dan biologi

Peta kawasan Waduk Selorejo, alat tulis untuk mencatat data, kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang, alat perekam suara dan beberapa dokumen


(30)

serta pustaka-pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini. Alat yang digunakan untuk menentukan titik sampling kualitas air yaitu dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) (Tabel 1).

Tabel 1. Alat-alat yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air

No Parameter Alat

Fisika

1. Suhu Termometer

2. Kecerahan Secchi disk

3. Warna Indera penglihatan Kimia

1. DO DO meter

2. BOD5 Botol BOD, erlenmeyer,buret, plastik hitam, inkubator

3. pH pH meter

4. Total Phosphat Botol sampel, erlenmeyer, gelas ukur, pipet 5. Nitrit Botol sampel, erlenmeyer, gelas ukur, pipet 6. Nitrat Botol sampel, erlenmeyer, gelas ukur, pipet

Biologi

1. Fitoplankton Planktonet, botol film, mikroskop

2. Ikan Alat tulis

3. Tanaman air Kamera dan alat tulis

3.3. Pendekatan Studi

Penelitian ini akan mengkaji sumberdaya alam serta pemanfaatan objek wisata Waduk Selorejo. Mengevaluasi dampak pengelolaan dan pemanfaatan baik bagi lingkungan, pengelola maupun masyarakat setempat. Selain itu dilakukan pula analisis kesesuaian kawasan dan nilai daya dukung kawasan tersebut serta menganalisis faktor internal maupun ekternal.

Kepariwisataan melibatkan aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang akan menimbulkan dampak sosial, ekonomi, maupun lingkungan baik yang positif maupun negatif. Dampak positif yang diharapkan adalah terjaganya lingkungan alam dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat lokal. Dampak negatif adalah sebaliknya yang tentunya perlu dikurangi. Untuk mendapatkan hal tersebut diperlukan suatu komitmen yang kuat terhadap alam dan masyarakat. Kegiatan wisata harus bertanggungjawab terhadap lingkungan yang artinya turut serta melestarikan lingkungan selain itu peduli terhadap masyarakat setempat.


(31)

18

Analisis strategi pengelolaan secara lestari dan berkelanjutan, dilakukan dengan menganalisis terhadap faktor internal dan eksternal yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelola kawasan wisata Waduk Selorejo ini.

3.4. Jenis dan Pengumpulan Data

Data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari lapangan. Sedangkan data sekunder, diperoleh dari kajian pustaka atau dokumentasi yang dikutip oleh peneliti. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data dapat dilihat pada lampiran 2. 3.4.1. Data primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara: a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan masyarakat sekitar, wisatawan yang sedang berkunjung dan perwakilan pihak pengelola. Wawancara masyarakat sekitar dan wisatawan dilakukan melalui pengisian kuesioner dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kawasan Waduk Selorejo. Jumlah responden masyarakat sekitar dan wisatawan masing-masing 30 orang.

Penentuan responden dipilih secara purposive yakni sengaja dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu dengan mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku dan semata-mata berdasarkan judgement peneliti yakni responden yang pernah bekunjung ke Waduk selorejo dengan pertimbangan agar dapat mengevaluasi kondisi Waduk Selorejo saat ini dengan sebelumnya. Dengan demikian, responden yang dipilih sudah mempunyai persepsi terhadap kawasan wisata Waduk Selorejo sehingga diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan (Fauzi 2001 in

Nancy 2007). b. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati potensi fisik kawasan dengan meninjau langsung kondisi atau keadaan kawasan, biota yang ada dan mengukur kualitas air. Titik sampling kualitas air diambil pada lokasi-lokasi yang diperkirakan


(32)

dapat mewakili keadaan kawasan wisata Waduk Selorejo. Pada penelitian pengambilan contoh kualitas air dilakukan di tiga titik yaitu :

1. Stasiun 1 mewakili daerah inlet dari Sungai Konto yang terletak pada koordinat 7052’ 35.76”S - 112022’ 09.56”

2. Stasiun 2 mewakili daerah tengah antara inlet dan outlet yang terletak pada koordinat 7052’ 29.28”S - 112022’ 41.65”

3. Stasiun 3 mewakili daerah outlet terletak pada koordinat 7052’ 20.36”S - 112022’ 21.61”

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi literatur dokumen, laporan, pustaka yang sudah ada sebagai data penunjang untuk melengkapi informasi yang diperlukan dalam penelitian. Data tersebut diperoleh dari Perpustakaan Institut Pertanian Bogor, Perpustakaan Brawijaya Malang, Perum Jasa Tirta I dan internet.

3.5. Analisis Data 3.5.1. Analisis potensi

Potensi sumberdaya waduk meliputi kondisi lingkungan fisik dan biologi kawasan wisata Waduk Selorejo. Lingkungan fisik meliputi kondisi kawasan perairan waduk dan kualitas air waduk yang dilakukan dengan pengamatan langsung. Lingkungan biologi antara lain fitoplankton yang diperoleh dari pengamatan langsung, ikan dan vegetasi tanaman air yang ada di waduk dilakukan dengan cara pengamatan atau peninjauan langsung serta wawancara dengan masyarakat dan pengunjung.

Kelestarian lingkungan kawasan wisata Waduk Selorejo dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi yang mengelola dan memanfaatkan potensi sumberdaya pada kawasan tersebut terutama untuk kegiatan wisata. Faktor sosial ekonomi dan kelembagaan yang dimaksud meliputi pengunjung dan masyarakat sekitar terkait dengan tingkat pendidikan, jumlah penduduk, usia, pekerjaan dan tingkat pemahaman terhadap kelestarian lingkungan juga sarana prasarana yang ada pada kawasan wisata Waduk Selorejo.


(33)

20

3.5.2. Analisis kesesuaian wisata

Kegiatan wisata yang ada di suatu kawasan sebaiknya disesuaikan antara potensi sumberdaya yang ada di kawasan tersebut dengan peruntukkannya. Hal ini bertujuan agar lingkungan kawasan wisata dalam kondisi lestari. Tidak semua bagian waduk menjadi lokasi wisata sehingga analisis kesesuaian wisata dilakukan di lokasi yang sudah terdapat kegiatan wisatanya dan beberapa lokasi yang belum termanfaatkan dan berpotensi sebagai tempat wisata. Kegiatan wisata yang terdapat di Waduk Selorejo antara lain duduk santai, Outbond, berperahu, berkemah dan memancing. Terdapat delapan lokasi yang dianalisis kesesuaian wisatanya yaitu 6 lokasi wisata yang sudah ada kegiatan wisatanya dan 2 lokasi yang belum termanfaatkan untuk kegiatan wisata.

Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang dikembangkan. Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah (Yulianda 2007):

IKW = ∑

Keterangan :

IKW = Indeks kesesuaian wisata (%) Ni = Nilai parameter ke-i

Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata

Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter. Berdasarkan nilai indeks kesesuaian wisata pada setiap kegiatan wisata yang dievaluasi dapat dimasukkan ke dalam tiga kategori yaitu kategori sangat sesuai jika nilai IKW antara 83-100%, kategori sesuai jika nilai IKW antara 50-<83% dan kategori tidak sesuai jika nilai IKW <50% (Tabel 2).


(34)

Tabel 2. Parameter kesesuaian sumberdaya untuk wisata waduk

No Parameter Bobot Kategori Skor

Berkemah 1 Lebar tepi waduk (m) 5

x> 10 3

7< x ≤10 2

5< x ≤ 7 1

5 0

2 Hamparan dataran 5

Rumput/pasir 3

Tanah Liat 2

Lumpur/batu datar 1 Batu cadas/tanah labil 0

3 Vegetasi yang hidup di

tepi waduk 3

Kelapa, Cemara, Akasia 3 Campuran pohon dan belukar 2 belukar tinggi 1 belukar tinggi dan rawa 0

4 Pemandangan (Object

view) 3

Waduk, Hutan, Pegunungan,

Sungai 3

Waduk dan 2 dari 3

pemandangan 2

1dari 4 pemandangan 1 Tidak ada obyek yang indah 0 Perahu

1 Kedalaman Perairan (m) 5

2≤ x < 3 3

3< x ≤5 2

1< x ≤ 3; 5 – 10 1

x ≤ 1; > > 10 0

2 Kecepatan arus (m/det) 5

0< x ≤0.15 3

0.15< x ≤0.45 2

x> 0.45 1

3 Bau 3

Tidak berbau 3

Sedikit berbau 2

Berbau 1

4 Vegetasi yang hidup di

tepi waduk 3

Kelapa, Cemara, Akasia 3 belukar tinggi 1

5 Warna perairan 1

Hijau jernih 3

Hijau Kecoklatan 2 Coklat kehitaman 1 Memancing

1 Kelimpahan ikan 5

Sangat banyak 3

Banyak 2

Sedikit 1

2 jenis ikan 3

lebih dari 4 3

2-3 2

<2 1

3 kedalaman perairan 1

1≤ x < 3 3

3< x ≤5 2


(35)

22

Tabel 2. (Lanjutan)

No Parameter Bobot Kategori Skor

Duduk santai

1 Lebar tepi waduk 1

x≥8 3

1≤ x <8 2

<1 1

2 Pemandangan 5

Waduk, Hutan, Pegunungan,

Sungai 3

2-3 dari 4 pemandangan 2 satu dari 4 pemandangan 1

3 Vegetasi yang hidup di

tepi waduk 5

Kelapa, Cemara, Akasia 3

1 dari 3 2

belukar tinggi 1

4 Hamparan dataran 3

Rumput/pasir 3

Tanah Liat 2

Lumpur/batu 1

5 Biota berbahaya 3

Tidak ada 3

1 jenis 2

>1 jenis 1 Outbound

1 Lebar tepi waduk 5

x≥8 3

4≤ x <8 2

<4 1

2 Hamparan dataran 1

Rumput/pasir 3

Tanah Liat 2

Lumpur/batu 1

3 Vegetasi yang hidup di

tepi waduk 3

Kelapa, Cemara, Akasia 3

1 dari 3 2

Semak belukar 1

4 Biota berbahaya 3

Tidak ada 3

1 jenis 2

>1 jenis 1

Sumber : Modifikasi Yulianda 2010 Keterangan:

Nilai maksimum = 51 (perahu karet), 51 (berkemah), 27 (Memancing), 51 (duduk santai), 36 (outbound).

Sangat Sesuai = 83 – 100 % Sesuai = 50 - < 83 % Tidak sesuai = < 50 %

3.5.3. Analisis daya dukung kawasan

Daya dukung lingkungan (carrying caapacity) merupakan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam atau pembangunan fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan tanpa merusak alam. Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik


(36)

dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda 2007) dengan perhitungan sebagai berikut:

DDK = K x

Keterangan :

DDK = Daya Dukung Kawasan (orang/hari)

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang) Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (m2/m) Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m2/m)

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari)

Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam)

Potensi ekologis adalah jumlah pengunjung per aktivitas yang dapat ditolerir oleh alam. Sedangkan luas area yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan disesuaikan dengan jenis kegiatannya (Tabel 3).

Tabel 3. Potensi ekologis pengunjung (K) dan Luasan area kegiatan (Lt) Jenis kegiatan Pengunjung (orang) Unit area (Luas lahan) Keterangan

Perahu 6 20.000 m2 Dihitung luas situ yang

dibutuhkan untuk 6 orang (1 perahu kayu) untuk mengelilingi situ sebesar 20.000 m2

Memancing 1 240 m² Setiap satu orang membutuhkan area untuk memancing sebesar 240 m²

Duduk santai 2 16 m Setiap dua orang membutuhkan ruang untuk duduk santai sepanjang 16 m

Outbound 10 700 m2 Dihitung luas lokasi yang dibutuhkan untuk 10 orang (1

team) untuk outbound adalah 700 m2

Berkemah 2 169 Dihitung luas satu tenda (2

otang) 9 m2 dan jarak antar tenda 10 m


(37)

24

Prediksi waktu yang dibutuhkan dan waktu yang disediakan oleh pengelola untuk setiap kegiatan wisata waduk, memiliki periode yang berbeda (Tabel 4).

Tabel 4. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata air tawar

No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan

Wp-(jam)

Total waktu 1 hari Wt-(jam)

1 Berkemah 24 24

2 Perahu 0.5 8

3 Memancing 4 8

4 Duduk santai 2 8

5 Outbound 4 8

6 Berenang 1 8

Sumber: Yulianda 2010

3.5.4. Analisis SWOT

Rangkuti (2005) menyatakan bahwa analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui atau melihat kondisi sebuah objek wisata secara sistematik berdasarkan faktor-faktor kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness) yang merupakan faktor internal juga kesempatan (Opportunity) dan ancaman (Threat) yang merupakan faktor eksternal yang dihadapi. Strategi yang efektif diasumsikan dapat tercapai dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan kesempatan yang ada serta meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan ancaman yang dihadapi. Analisa data secara kualitatif (dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal) dan secara kuantitatif (pembobotan dan pemberian rating) digunakan dalam metode analisa ini. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah :

a. Identifikasi faktor internal dan eksternal

Internal Factor Evaluation (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Alat yang digunakan untuk menganalisa faktor internal yaitu matriks IFE yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara


(38)

αi =

n i

Xi Xi

1

area tersebut (David 2006 dalam Nancy 2007). Eksternal factor Evaluation (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua ancaman dan peluang. Matriks EFE digunakan untuk menganalisis faktor eksternal yang merangkum dan mengevaluasi hal-hal yang mempengaruhi dari luar. Hasil dari identifikasi kedua faktor-faktor tersebut selanjutnya akan diberikan bobot dan peringkat (rating).

b. Penentuan bobot setiap variabel

Pemberian nilai/bobot dan rating dilakukan secara subjektif kepada setiap unsur SWOT (Tabel 5). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Bobot setiap faktor internal dan eksternal ditentukan dengan metode Paired Comparison (Kinnear 1991

dalam Pudjiwaskito 2005):

1= jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal 2= jika indikator faktor horizontal sama penting daripada indikator faktor vertikal 3= jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal 4= jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal Tabel 5. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal

Faktor Strategis

Internal/Eksternal A B C ... Total Bobot

A X1 α1

B X2 α2

C X3 α3

... X4 α4

Total

n Σ Xi

i=1

n Σ αi

i=1

Sumber : David 2002 in Pudjiwaskito, 2005

Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan persamaan (Kinnear,1991 dalam Pudjiwaskito, 2005):


(39)

26

Keterangan :

αi : bobot faktor ke-i Xi : nilai faktor ke-i i : 1,2,3,...., n n : jumlah faktor

c. Penentuan peringkat (rating)

Peringkat (rating) ditentukan untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki objek wisata dengan skala nilai 1-4. Skala peringkat (rating) yang digunakan untuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE) yaitu:

- Faktor kekuatan

1 = kekuatan yang kecil 2 = kekuatan yang sedang 3 = kekuatan yang besar

4 = kekuatan yang sangat besar - Faktor kelemahan

1 = kelemahan yang sangat berarti 2 = kelemahan yang cukup berarti 3 = kelemahan yang kurang berarti 4 = kelemahan yang tidak berarti

Skala peringkat (rating) yang digunakan untuk matriks Eksternal Factor Evaluation

(EFE) yaitu:

- Faktor Peluang

1 = Peluang rendah ( respon kurang) 2 = Peluang sedang ( respon rata-rata) 3 = Peluang tinggi (respon di atas rata-rata) 4 = Peluang sangat tinggi ( respon superor) - Faktor Ancaman

1 = Ancaman yang sangat besar 2 = Ancaman yang besar

3 = Ancaman sedang

Langkah selanjutnya peringkat dari faktor-faktor tersebut dikalikan bobot masing-masing kemudian hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk


(40)

memperoleh nilai total pembobotan seperti yang tercantum pada matriks IFE/EFE (tabel 6).

Tabel 6. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)/ External Factor Evaluation

(EFE). Faktor Strategis

Internal/Eksternal Bobot Rating Nilai

Kekuatan/Peluang

1. 2. ...

Sub Total

Kelemahan/Ancaman

1. 2. ...

Sub Total

Total

Sumber : Rangkuti (2005)

d. Menyusun analisis strategi dengan menggunakan matriks (Martiks SWOT) Matriks SWOT dibuat berdasarkan matriks IFE dan EFE, bertujuan untuk melihat dan membuat strategi yang tepat untuk diterapkan (Tabel 7).

Tabel 7. Matriks SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O)

Strategi SO Strategi WO

Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan yang ada

Ancaman (T)

Strategi ST Strategi WT

Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman


(41)

28

e. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi

Penentuan prioritas strategi pengelolaan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Rangking prioritas strategi ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada (Tabel 8). Tabel 8. Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT

Alternatif strategi

Keterkaitan dengan unsur SWOT Jumlah skor (nilai) Rangking SO1

SO2 Son WO1 WO2 Won ST1 ST2 STn WT1 WT2 STn


(42)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Waduk Selorejo

Waduk Selorejo terletak ±50 km sebelah barat Kota Malang, tepatnya di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Terletak pada koordinat 7050’ – 7053’ LS dan 112018’ – 112020’BT pada ketinggian ±637 m di atas permukaan laut (PJT I 2010). Adapun batas-batas wilayah Waduk Selorejo adalah sebagai berikut:

Utara : Desa Sumberagung dan Desa Kaumrejo, Selatan : Desa Pandansari,

Barat : Desa Ngantang, Timur : Desa Mulyorejo.

Latar belakang didirikannya Waduk Selorejo ini adalah untuk memenuhi kebutuhan air irigasi khususnya untuk penduduk sekitar Kota Mendalan, Pare dan Jombang yang sebelumnya menggantungkan kebutuhan air pada air hujan saja, adanya banjir akibat luapan Sungai Konto di wilayah Pare dan Jombang, dan kebutuhan listrik yang semakin meningkat.

Waduk Selorejo dalam pasokan airnya diperoleh dari tiga sungai besar, yaitu Sungai Konto, Sungai Kwayangan dan Sungai Pinjal. Luas waduk ±400 ha dengan kedalaman 40 m. Kapasitas penampung efektif sebesar 41.510.000 m3. Tinggi waduk 46 m dengan fluktuasi tinggi air antara 10 m sampai 20 m. Debit air masuk rata-rata 11 m3/det. Waduk ini mempunyai tebing-tebing, perairan yang agak landai dan bentuknya berlekuk-lekuk. Di sekitar waduk terdapat berbagai macam aktivitas diantaranya; persawahan dan ladang, hutan, pemukiman penduduk serta tempat rekreasi (PJT I, 2010).

Pembangunan Waduk Selorejo dilaksanakan dari tahun 1963 sampai tahun 1970. Pelaksana pembangunan pada awalnya adalah P.N Waskita Karya dibawah Direktorat Pengairan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik dengan supervisi dari dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur, kemudian pada tahun 1965 dilanjutkan oleh Badan Penyelenggara Proyek Induk Serbaguna Brantas (BAPPRO BRANTAS). Untuk pembangunan PLTA diselesaikan pada tahun 1972.

Waduk Selorejo diresmikan pada tanggal 22 Desember 1970 oleh Presiden RI Jenderal TNI Soeharto. Sedangkan peresmian berfungsinya PLTA pada tanggal


(43)

30

24 Juli 1973 oleh menteri PUTL Ir. Sutami. Waduk Selorejo merupakan waduk serbaguna yang memiliki fungsi sebagai berikut:

- Pengendalian banjir

Banjir 1.000 tahunan sebesar 920 m3/det dapat dikendalikan menjadi 360 m3/det. Banjir 200 tahunan sebesar 720 m3/det dapat dikendalikan menjadi 260 m3/det. - Pemberian air irigasi

Dapat diperoleh tambahan debit untuk air irigasi di daerah Pare dan Jombang pada musim kemarau sebesar 4 m3/det, sehingga menambah luas daerah irigasi sebesar 5.700 ha dan menaikkan produksi padi sebasar 7.500 ton/tahun.

- Pembangkit tenaga listrik

Pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang sebesar 1x4.500kW dapat memberikan tambahan energi listrik ± 49 juta kWh per tahun.

- Perikanan darat

Ikan-ikan yang terdapat di Waduk Selorejo merupakan ikan lokal yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke waduk seperti ikan wader merah.

- Pariwisata

Waduk Selorejo sangat cocok untuk dikembangkan menjadi area wisata karena memiliki pemandangan alam yang indah. Area wisata mulai dibangun pada tahun 1992.

4.2. Evaluasi Potensi, Kesesuaian Kawasan dan Daya Dukung Wisata 4.2.1. Potensi sumberdaya perairan

Pengukuran parameter kualitas air diperlukan untuk melihat keseimbangan ekosistem perairan sehingga layak untuk kegiatan perikanan maupun pariwisata (Tabel 9). Paramater yang diamati adalah suhu, kecerahan, warna, bau, pH, DO, BOD, Nitrit, Nitrat dan Total Phosphat.


(44)

Tabel 9. Kualitas air Waduk Selorejo

Parameter Baku Mutu* Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Fisika

Suhu (0C) ±3 28,5 24,7 24,8

Kecerahan (m) Tidak Tercantum 0,6 0,8 0,7

Bau Tidak Tercantum Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Warna Tidak Tercantum Kehijauan Kehijauan Kehijauan

Kimia

pH 6-9 7,3 7,5 8,5

DO**(mg/l) 4 6,9 5,8 7,2

BOD(mg/l) 3 9,4 2,75 4,05

Nitrit (mg/l) 0,06 0,08 0,033 0,041

Nitrat (mg/l) 10 0,542 0,473 0,589

Total Phosphat (mg/l)

0,2 0,317 0,255 0,241

Keterangan:

*Batas maksimum yang diperbolehkan pada baku mutu berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 kelas II ** Batas minimum yang diperbolehkan pada baku mutu berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 kelas II Sumber: Data primer (2010)

a. Parameter fisika a1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat penting bagi kehidupan organisme atau biota perairan. Kaidah umum menyebutkan bahwa reaksi kimia dan biologi air (proses fisiologis) akan meningkat 2 kali lipat pada setiap kenaikan temperatur 100C. Selain itu, suhu juga berpengaruh terhadap penyebaran dan komposisi organisme. Suhu perairan Waduk Selorejo dari hasil pengukuran berkisar 24,70-28,50C. Hasil pengukuran ini memenuhi kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organisme perairan yaitu antara 200-300C (Effendi 2003).

a2. Kecerahan

Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan penentuannya dapat dilakukan secara visual dengan menggunakan kepingan secchi disk. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Kecerahan di perairan Waduk Selorejo selama penelitian berkisar antara 0,6 m - 0,8 m. Kecerahan tertinggi terdapat di stasiun 2 sebesar 0,8 m. Tingginya kecerahan di stasiun 2 ini dikarenakan kondisi perairannya cukup tenang sehingga kemampuan cahaya matahari yang masuk dalam perairan lebih banyak. Kecerahan terendah terdapat di


(45)

32

stasiun 1 yang merupakan inlet, karena adanya berbagai masukan menjadikan kondisi perairan ini agak keruh.

a3. Bau

Bau dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik dan anorganik perairan yang berasal dari limbah domestik, limbah pertanian dan budidaya sehingga bau sangat berpengaruh dalam penentuan suatu perairan sebagai tempat rekreasi dan keindahan (estetika). Berdasarkan hasil observasi lapang selama penelitian bahwa Waduk Selorejo pada ketiga stasiun tidak berbau.

a4. Warna

Pada umumnya warna perairan dikelompokkan menjadi warna sesungguhnya dan warna tampak. Menurut Effendi (2003) warna sesungguhnya dari perairan adalah warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, sedangkan warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi. Warna perairan timbul disebabkan oleh bahan organik dan anorganik, keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam seperti besi dan mangan. Warna perairan Waduk Selorejo dari ketiga stasiun yang diamati secara visual berdasarkan indera penglihatan berwarna kehijauan. Warna kehijauan ini disebabkan oleh keberadaan fitoplankton yang melimpah.

b. Paramter kimia b1. pH

Derajat keasaman (pH) air merupakan sifat kimia yang berperan dalam menentukan kualitas air dalam kehidupan organisme perairan. Menurut Effendi (2003) sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Berdasarkan hasil penelitian pH di Waduk Selorejo berkisar antara 7,3-8,5 yang berarti masih berada dalam kisaran baku mutu peruntukkan sarana rekreasi air dan perikanan menurut PP No.82 tahun 2001 kelas II.

b2. Kelarutan oksigen (Dissolve Oxygen/DO)

Kelarutan oksigen dalam perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembangbiak. Keberadaan oksigen terlarut dalam perairan sangat dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen berkurang dengan semakin


(46)

meningkatnya suhu, ketinggian dan berkurangnya tekanan atmosfer (Jeffries and mills 1996 in Effendi 2003).

Oksigen terlarut hasil pengukuran di ketiga stasiun adalah berkisar 5,8-8,5 mg/l. Kisaran ini memenuhi baku mutu air PP No.82 tahun 2001 kelas II. Dengan demikian kisaran oksigen terlarut di Waduk Selorejo menunjukkan bahwa perairan tersebut masih aman bagi perkembangan dan kelangsungan hidup ikan dan perairan organisme akuatik. Effendi (2003) menyatakan bahwa hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi air yang mempunyai kadar oksigen terlarut >5 mg/l.

b3. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemichal Oxygen Demand/BOD)

BOD merupakan gambaran kadar bahan organik yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis and Cornwell 1991 in Effendi 2003). Parameter BOD secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air. Perairan dengan nilai BOD tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik.

Berdasarkan hasil pengukuran, nilai BOD di ketiga stasiun berkisar 2,75-9,4 mg/l. Nilai BOD tertinggi 9,4 mg/l terdapat pada stasiun 1 yaitu inlet dari Sungai Konto. Hal ini disebabkan adanya berbagai masukan limbah domestik masyarakat sekitar berupa kotoran sapi. Pada umumnya masyarakat sekitar waduk adalah peternak sapi sehingga buangan kotoran sapi masuk ke aliran sungai yang bermuara di waduk. BOD stasiun 1 dan stasiun 3 nilainya sudah melebihi baku mutu air berdasarkan PP No. 28 tahun 2001. Menurut Lee et al. (1978) kisaran nilai BOD 5,1-14,9 mg/l termasuk dalam kategori tercemar sedang. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tertinggi dari hasil pengukuran, perairan Waduk Selorejo tercemar sedang.

b4. Nitrit-nitrogen (NO2-N)

Nitrit merupakan hasil metabolisme dari nitrogen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas oksigen (denitrifikasi). Denitrifikasi tersebut berlangsung pada kondisi aerob

(Effendi 2003). Berdasarkan hasil penelitian, kandungan nitrit ketiga stasiun berkisar antara 0,041-0.08 mg/l. Kandungan nitrit yang melebihi baku mutu berdasar PP


(47)

34

no.28 tahun 2001 kelas II terdapat di daerah inlet. Hal ini disebabkan limbah domestik berupa kotoran sapi dari ternak warga yang mengalir dari Sungai Konto. b5. Nitrat-nitrogen (NO3-N)

Nitrat merupakan salah satu senyawa kimia yang sering ditemukan di alam seperti pada tanaman dan air. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan memiliki sifat yang relatif stabil. Nitrat berasal dari amonium yang masuk ke dalam perairan terutama melalui limbah domestik. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi yang sempurna di perairan. Bakteri nitrosomonas akan mengoksidasi amonium menjadi nitrit dan akhirnya menjadi nitrat. Proses oksidasi tersebut menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut semakin berkurang. Waduk Selorejo memiliki kandungan nitrat antara 0,4733-0,589 mg/l. Dari hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa kandungan nitrat tidak melebihi baku mutu air berdasarkan PP No.28 tahun 2001 kelas II yakni tidak melebihi 10 mg/l.

b6. Total fosfat

Total fosfat menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat maupun terlarut, anorganik maupun organik. Fosfor organik biasanya disebut

soluble reactive phosphours, misalnya ortofosfat. Fosfor organik banyak terdapat pada perairan yang banyak mengandung bahan organik. Oleh karena itu, pada perairan yang memiliki kadar bahan organik tinggi sebaiknya ditentukan juga kadar fosfor total, di samping ortofosfat (Mackereth et al. 1989 in Effendi, 2003).

Hasil pengukuran total fofat Waduk Selorejo berkisar antara 0,241-0,317 mg/l. Hasil ini sudah melebihi baku mutu air berdasarkan PP No.28 tahun 2001 kelas II. Kandungan fosfat yang terdapat di perairan waduk diduga berasal dari adanya limbah domestik serta hanyutan pupuk dari daerah pertanian yang ada di sekitar waduk.

c. Parameter biologi c1. Produktivitas waduk

Menurut Odum (1971) perairan waduk mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan perairan sebelum menjadi waduk. Tinggi rendahnya tingkat produktivitas suatu perairan, salah satunya ditentukan oleh kandungan fitoplankton. Fitoplankton merupakan salah satu jenis organisme yang dapat ditemukan di perairan lentik maupun lotik.


(48)

Fitoplankton memiliki fungsi ekologis sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam jaringan makanan. Perubahan masukan unsur fosfat ke dalam perairan akan menentukan struktur komunitas fitoplankton dan perubahan tingkat kesuburan perairan. Keberadaan fitoplankton di perairan dipengaruhi oleh faktor suhu, pH, yang utama adalah intensitas cahaya dan unsur hara (Subarijanti 1990 in

Saptarini).

Fitoplankton yang dijumpai di Waduk Selorejo sebanyak 27 genus yang terdiri dari dari empat kelas yaitu Chlorophyta, Cyanophyta, Chrysophyta dan Bacillariophyta. Kisaran kelimpahan fitoplankton yang diperoleh adalah 242-40.635 ind/l. Kelimpahan tertinggi didominasi oleh kelas Chlorophyta yakni Scendesmus sp

sebanyak 40.635 ind/l. Menurut Lander (1975) dalam Saptarini (2003), berdasarkan kepadatan fitoplankton perairan dibedakan menjadi tiga macam yaitu Oligotropik (0-2000 ind/l), Mesotropik ((0-2000-15000 ind/l), dan Eutropik (>15000 ind/l). Berdasarkan kelimpahan fitoplankton maka perairan Waduk Selorejo tergolong dalam perairan Eutropik.

c2. Sumberdaya ikan

Jenis ikan yang ditemukan di Waduk Selorejo terdiri dari lima spesies (Tabel 10). Jenis ikan yang ada di Waduk Selorejo terdiri dari ikan lokal dan ikan introduksi.

Tabel 10. Jenis ikan yang ditemukan di Waduk Selorejo

No Ordo/Famili Genus Spesies Nama daerah

1 Percomorphi

- Cichlidae Oreochromis O.mossambicus

O.niloticus

Mujair Nila 2 Labyrinthici

- Opiocephalidae Opiocephalus O. striatus Gabus 3 Cypriniformes

- Cyprinidae Cyprinus C. carpio Tombro

4 Ostariophisi Puntius P. bromoides Wader

Sumber : Data primer (2010)

Ikan-ikan yang terdapat di Waduk Selorejo merupakan ikan lokal yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke waduk yaitu ikan wader merah (Puntius bromoides)dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus). Ada beberapa jenis ikan yang ditebar oleh pihak pengelola yaitu ikan mujair (Oreochromis mossambicus), gabus (Oreochromis mossambicus), nila (Oroechromis niloticus) dan tombro (Cyprinus carpio). Berdasarkan pengamatan selama penelitian, ikan yang paling


(49)

36

sering di peroleh wisatawan pada saat memancing adalah ikan mujair (Oreochromis mossambicus) dan ikan tombro (Cyprinus carpio).

c3.Tanaman air

Tanaman air merupakan salah satu komponen biologi yang terdapat pada salah satu ekosistem waduk. Fungsi dari tumbuhan air pada ekosistem perairan darat diantaranya adalah sebagai sumber makanan bagi manusia maupun hewan, tempat ikan-ikan meletakkan telurnya, tempat berlindung bagi hewan-hewan invertebrate

maupun vertebrate dari predator dan sinar matahari dan dapat mengurangi kecepatan aliran air sehingga dapat mengurangi erosi dan menurunkan kadar kekeruhan. Adanya tumbuhan air akan berfungsi dengan baik selama populasinya masih terkendali. Sebaliknya, eceng gondok yang tidak terkendali dan menjadi gulma air akan menghambat produktivitas perairan yang mengakibatkan populasi ikan dapat berkurang. Hal ini disebabkan adanya proses eutrofikasi, penetrasi sinar matahari ke dalam perairan terhalang oleh eceng gondok sehingga fitoplankton tidak dapat melakukan fotosintesis dan mengakibatkan O2 di dalam perairan menurun dan ikan-ikan yang ada di dalam waduk akan mati.

Tanaman air yang terdapat di Waduk Selorejo didominansi oleh eceng gondok (Eichornia crassipes). Adapun jenis tumbuhan air yang lain yaitu hidrilia (Hydrillia sp) akan tetapi jumlahnya sangat sedikit. Luas penutupan eceng gondok di Waduk Selorejo mencapai 25% dari luas genangan sebesar 400 ha. Lokasi paling banyak ditumbuhi oleh eceng gondok adalah daerah bagian utara dan barat yang berbatasan dengan Desa Ngantang, Desa Sumberagung dan Desa Kaumrejo. Lokasi tersebut merupakan daerah yang dekat dengan inlet dari Sungai Kwayangan dan Sungai Pinjal. Di lokasi wisata, tanaman air ini memiliki luas penutupan 5% dari luas genangan air ±250 ha.

Gambar 3. Tanaman air eceng gondok di sekitar pulau (kebun jambu)


(1)

Lampiran 12. Tabel perhitungan indeks kesesuaian wisata

outbond

Jenis

Kegiatan

Areal Parameter Bobot Skor Ni Skor maks

N maks (Bobot x

skor)

(Bobot x skor maks)

Outbond 3 a. Lebar tepi waduk

(m)

5 2 10 3 15

b. Vegetasi yang hidup di tepi waduk

3 3 9 3 9

c. Biota Berbahaya

3 3 9 3 9

d. Hamparan

dataran

1 3 3 3 3

Jumlah 31 36

IKW (%) 86.11

4 a. Lebar tepi waduk

(m)

5 2 10 3 15

b. Vegetasi yang hidup di tepi waduk

3 2 6 3 9

c. Biota Berbahaya

3 3 9 3 9

d. Hamparan

dataran

1 3 3 3 3

Jumlah 28 36

IKW (%) 77.78

5 a. Lebar tepi waduk

(m)

5 2 10 3 15

b. Vegetasi yang hidup di tepi waduk

3 3 9 3 9

c. Biota Berbahaya

3 3 9 3 9

Outbond d.

Hamparan dataran

1 3 3 3 3

Jumlah 31 36

IKW (%) 86.11

6 a. Lebar waduk


(2)

Jenis Kegiatan

Areal Parameter Bobot Skor Ni Skor maks

N maks (Bobot x

skor)

(Bobot x skor maks) b. Vegetasi yang hidup di tepi waduk

3 2 6 3 9

c. Biota Berbahaya

3 3 9 3 9

d. Hamparan

dataran

1 2 2 3 3

Jumlah 27 36

IKW (%) 75.00

7 a. Lebar tepi waduk

(m)

5 3 15 3 15

b. Vegetasi yang hidup di tepi waduk

3 3 9 3 9

c. Biota Berbahaya

3 2 6 3 9

d. Hamparan

dataran

1 3 3 3 3

Jumlah 33 36

IKW (%) 91.67

8 a. Lebar tepi waduk

(m)

5 3 15 3 15

Outbond b.

Vegetasi yang hidup di

tepi waduk

3 3 9 3 9

c. Biota Berbahaya

3 2 6 3 9

d. Hamparan

dataran

1 3 3 3 3

Jumlah 33 36


(3)

Lampiran 13. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan wisata Waduk

Selorejo

SIMBOL

FAKTOR

S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W5 Total

Bobot

S1

2

3

1

4

2

2

2

2

3

21

0,11

S2

2

3

3

4

2

2

2

2

3

23

0,13

S3

1

2

2

3

1

1

1

1

2

14

0,08

S4

3

2

1

3

1

1

1

1

1

14

0,08

S5

1

1

1

1

3

3

3

3

2

18

0,10

w1

2

2

3

3

1

2

2

2

3

20

0,11

w2

2

2

3

3

1

2

2

2

3

20

0,11

w3

2

2

3

3

1

2

2

2

3

20

0,11

w4

2

2

3

3

1

2

2

2

3

20

0,11

W5

1

1

2

3

2

1

1

1

1

13

0,07


(4)

Lampiran 14. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan wisata Waduk

Selorejo

SIMBOL

FAKTOR

O1

O2

O3

O4

T1

T2

T3

Total

Bobot

O1

2

2

3

2

3

3

15

0,17

O2

2

2

3

4

3

3

17

0,20

O3

2

2

3

4

3

3

17

0,20

O4

1

1

1

1

2

2

8

0,09

T1

2

1

1

3

3

2

12

0,14

T2

1

1

1

2

1

2

8

0,09

T3

1

1

1

2

2

2

9

0,10


(5)

Lampiran 15. Matriks IFE kawasan wisata Waduk Selorejo

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Kealamian wilayah yang dikelilingi oleh perbukitan 0,1148 4 0,459

Udara yang sejuk ±22⁰C 0,1257 4 0,5027

Letak yang stratgis 0,0765 3 0,2295

Dikelola BUMN 0,0765 3 0,2295

Daerah penghasil buah durian khas Ngantang (Durian Jingga)

0,0984 2 0,1967 Pengelolaan kebersihan di kawasan wisata kurang baik

0,1093 1 0,1093

Berkurangnya sumberdaya ikan 0,1093 1 0,1093

Kurangnya pengeloaan pengendalian gulma Eceng gondok 0,1093 1 0,1093 Keamanan wisatawan kurang di obyek wisata perahu

0,1093 1 0,1093


(6)

Lampiran 16. Matriks EFE kawasan wisata Waduk Selorejo

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor

Keberadaan obyek wisata lain

0,1744

3 0,5233

Pelatihan oleh instansi yang memanfaatkan wisata alam

0,1977

3

0,593

Akssibilitas yang mudah

0,1977

3

0,593

Dukungan masyarakat sekitar

0,093

2

0,186

Sedimentasi

0,1395

1 0,1395

Potensi buangan limbah domestik

0,093

2

0,186