Fraksi Bioaktif Uji Fagositosis a. Fraksi EtOAc

70 Peningkatan kemampuan fagositosis SFA dan IF sel makrofag pasca perlakuan fraksi EtOAc disebabkan adanya komponen bioaktif yaitu kelompok flavonoid dan terpenoid yang terdistribusi dalam fraksi tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya. Beberapa penelitian melaporkan bahwa metabolit sekunder dari tumbuhan yang berpotensi sebagai imunomodulator antara lain kuinon, polifenol, polisakarida, protein, peptida, dan saponin Wong 1997. Fraksi polisakarida C. zedoaria yaitu fraksi CZ-I-III 1000 bpj dilaporkan oleh Kim et al. 2001 mempunyai efek stimulasi IF sebesar 30 terhadap bakteri E. coli dan S. aureus.

b. Fraksi Bioaktif

Fraksi bioaktif B-1, C-1, C-2 dan C-3 diperoleh dari hasil pemisahan dan pemurnian fraksi B dan C dengan KCKT kemudian dilakukan pengujian aktivitas fagositosis dengan kadar 6,25; 12,5; 25; 50 dan 100 bpj. 20 40 60 80 100 0,0 bpj 6,25 bpj 12,5 bpj 25 bpj 50 bpj 100 bpj Sel Fagosit B-1 C-1 C-2 C-3 8.5 9.0 9.5 10.0 10.5 11.0 11.5 12.0 0,0 bpj 6,25 bpj 12,5 bpj 25 bpj 50 bpj 100 bpj Indeks Fagosit B-1 C-1 C-2 C-3 Gambar 26. Sel fagosit aktif A dan Indeks fagosit B pasca perlakuan fraksi bioaktif A B 71 Kelompok kontrol memberikan nilai SFA sebesar 53,3 dan IF sebesar 494,1; fraksi B-1 100 bpj menunjukkan SFA paling tinggi sebesar 77,3 dan IF sebesar 11,8 dan diikuti oleh fraksi C-1 Gambar 26. Fraksi C -2 dan C-3 memberikan nilai SFA dan IF yang tidak berbeda p0,05 pada uji Duncan Lampiran 10. Fraksi bioaktif menstimulasi SFA da n IF pada semua kelompok perlakuan; perlakuan menggunakan fraksi B 100 bpj memberikan stimulasi paling tinggi yaitu peningkatan IF sebesar 38,5 dan SFA sebesar 19,8. Makrofag merupakan fagosit profesional untuk menghancurkan dan menyajikan antigen kepada limfosit. Monosit dalam sirkulasi dan makrofag dalam jaringan berada dalam status istirahat dan akan menjadi aktif setelah ada stimulasi dari mikroba, sitokin atau stimulus lain. Aktivasi makrofag merupakan peristiwa yang kompleks. Makrofag yang teraktivasi akan melaksanakan fungsi efektornya sebagai aktivator limfosit, mikrobisidal, tumorisidal, kerusakan jaringan, inflamasi serta demam. Perubahan morfologis maupun fungsional dari makrofag teraktivasi adalah makrofag menjadi lebih besar dengan sitoplasma melebar, kecepatan pinositosis serta memakan fagositosis meningkat dan kadar enzim intraselular bertambah Kresno 2001. Peningkatan kemampuan fagositosis sel makrofag SFA dan IF menunjukkan adanya aktivasi makrofag oleh komponen seskuiterpen bentuk tunggal fraksi B-1 atau kombinasi fraksi C -1 yang terdapat dalam C. zedoaria. Mekanisme aktivasi makrofag tersebut diduga melalui stimulasi IL -1 yaitu sitokin yang disintesis dan disekresi oleh makrofag. Pelepasan sitokin oleh makrofag distimulasi oleh faktor lain seperti hormon, metabolit sekunder tumbuhan Wong 1997 dan polisakarida Kim et al. 2001. Fungsi IL-1 antara lain merangsang produksi faktor kemotaktik, mengaktifkan sel endotel dan makrofag. Kemoktakis adalah gerakan fagosit ke tempat infeksi sebagai respons terhadap berbagai faktor seperti produk bakteri dan faktor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen Baratawidjaja 2001. Bergman et al. 2002 melaporkan peningkatan sekresi IL-1 β akibat perangsangan oleh lateks sebesar 73 in -vitro dan 102 in -vivo . IL-1 α dan IL-1 β adalah bentuk fungsional IL -1 yang dihasilkan oleh produk gen yang berbeda. Kemungkinan terjadinya peningkatan IL -1 oleh komponen seskuiterpen masih perlu dibuktikan dengan pengukuran kadar IL-1 secara bioassay atau imunohistokimia.Pengukuran kemampuan fagositosis pada penelitian ini dilakukan secara langsung dengan menghitung jumlah partikel bakteri yang difagositosis oleh sel fagosit setelah inkubasi selama satu jam. Kemampuan membunuh mikroba yang 72 difagosit dapat diukur secara tidak langsung dari produk biokimia yang dihasilkan seperti hidrogen peroksida dan spesies oksigen reaktif dengan menggunakan spektrofotometer atau fluorometer. Stimulasi sel fagosit aktif SFA pada fraksi yang telah dimurnikan dengan kadar uji 100 bpj yaitu fraksi B1 38,5 dan C-1 36,6 lebih besar dibandingkan fraksi B 23,2 dan C 9,3; diduga fraksi B-1 dan C-1 meningkatkan produksi dan sekresi faktor kemotaktik. Stimulasi IF fungsi menelan paling besar diperole h pada kelompok pasca perlakuan fraksi B 50,9 dan fraksi C 59,5 dibandingkan fraksi B-1 19,8 dan C-1 16,7. Hal ini mungkin disebabkan adanya efek aditif atau sinergis dari multikomponen bioaktif dalam fraksi B dan C melalui aktivasi berbagai faktor endogen interleukin, faktor kemotaktik, sel NK, sel sitotoksik, TNFa yang terlibat dalam stimulasi sistim secara keseluruhan Baratawidjaja 2001. Makrofag mempunyai peranan penting dalam sistim imun non spesifik sebagai pertahanan awal terhadap invasi mikroorganisme maupun imunitas anti-tumor dengan fungsinya sebagai fagosit profesional untuk menghancurkan dan menyajikan antigen kepada limfosit. Makrofag yang teraktivasi akan melaksanakan fungsi efektornya sebagai aktivator limfosit, mikrobisidal, tumorisidal, kerusakan jaringan, inflamasi serta demam. Komponen bioaktif yang mempunyai sifat mengaktivasi makrofag atau bekerja sebagai imunomodulator bermanfaat sebagai terapi tambahan ajuvan bagi penderita kanker dalam kaitan meningkatkan sistim imun non spesifik penderita melawan infeksi, meningkatkan efektivitas terapi melalui sistim efektor tumorisidal, mengurangi dampak efek samping kemoterapi maupun radioterapi yang bersifat menekan sistim imun penderita.

4. Analisis Jumlah Kromosom Sel lestari tumor

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antikanker Payudara Kombinasi Ekstrak n-Heksana dan Etilasetat Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dengan Doksorubisin terhadap Sel Kanker T47D secara In Vitro

10 98 130

Ekstraksi, Identifikasi, dan Uji Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas (Alpinia galangal Willd.) dan Temu Kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.) dari Desa Curahnongko

0 6 17

Isolasi dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)

5 62 86

Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Daun Paku Pyrrosia lanceolata (L.) Farw. terhadap Penghambatan Denaturasi Protein secara In Vitro

15 40 82

Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-Metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan Metode Reaksi Reduksi dan Uji Aktivitas Antiinflamasinya secara In Vitro

1 16 70

Skrining, Isolasi, dan Uji Aktivitas Antibakteri Metabolit Bioaktif Jamur Endofit dari Tanaman Kina (Cinchona pubescens Vahl.)

0 31 69

Karakterisasi dan Studi Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Secang (Caesalpinia sappan

1 2 5

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum compactum) terhadap Aeromonas hydrophila secara In Vitro

0 0 58

Uji Aktivitas Antikanker Payudara Kombinasi Ekstrak n-Heksana dan Etilasetat Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dengan Doksorubisin terhadap Sel Kanker T47D secara In Vitro

0 0 12

Uji Aktivitas Antikanker Payudara Kombinasi Ekstrak n-Heksana dan Etilasetat Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dengan Doksorubisin terhadap Sel Kanker T47D secara In Vitro

1 1 7