27 kronik dan 17-25 leukemia limfositik akut Kresno 2001. Kajian abnormalitas
jumlah kromosom dilakukan dengan pembuatan karyotyping yaitu pemetaaan foto kromosom menurut panjang kromosom dan letak sentromer yang disusun berdasarkan
sistim Denver-London. Analisis kromosom bermanfaat untuk mengetahui jenis kelamin dan asal usul sel spesies Campbell et al. 2000 maupun kelainan dalam jumlah atau
struktur kromosom MacDonald 1998. Stabilitas genetik adalah prasyarat untuk pertum buhan sel normal, sebaliknya
instabilitas genetik adalah salah satu sifat sel tumor. Penyebab instabilitas genetik antara lain: mismatch repair, segregasi kromosom yang tidak tepat, rearrangement kromosom
dan aktivasi abnormal telomerase. Telomer adalah suatu kompleks DNA dengan protein yang menutup dan melindungi ujung kromosom, sedangkan telomerase adalah enzim
protein–RNA yang memperpanjang telomer setiap kali pembelahan sel. Pada sel eukariota, telomer akan memendek kehilangan 50-100 pasangan basa setiap terjadi
replikasi, kecuali apabila sel mengandung telomerase yang dapat mempertahankan panjang telomer Kresno 2001. Enzim telomerase pada mamalia termasuk manusia
hanya aktif pada sel embrio dini atau pada sel yang akan menghasilkan sel benih germ cells Cotran dan Collins 1999. Telomerase dianggap penanda ganas baru yang
merupakan indikator prognosis dan sasaran terapi pada tumor McKenzie et al. 1999.
2. Apoptosis Programmed cell death =PCD
Adalah bentuk kematian sel yang terencana pada kondisi fisiologis atau patologis, terjadi pada sel-sel tua atau tidak diperlukan lagi, sel yang rusak oleh toksin
atau bahan infeksius Cotran dan Collins 1999. Apoptosis yang berlebihan adalah penyebab penyakit degeneratif saraf seperti Alzheimer Vinc ent et al. 2003, autoimun
dan AIDS Aquired Imunne Deficiency Syndrome Kresno 2001. Sel tumor mempunyai kemampuan menghindar dari proses apoptosis Tannock dan Hill 1998,
kondisi ini sering berkorelasi dengan agresivitas maupun resistensi sel tumor te rhadap terapi konvensional Denicourt dan Dowdy 2004.
Apotosis dikendalikan oleh perangkat gen dengan fungsi antagonistik, yaitu fungsi memacu dan menghambat apoptosis. Gen p53 disebut regulator negatif
pertumbuhan dan bekerja pada check point fase G1 dan G2M siklus sel seperti pada Gambar 1. Kerusakan DNA akan memicu aktivitas p53 untuk menghentikan siklus sel
pada G1 dengan memberi kesempatan pada gen DNA repair untuk memperbaiki DNA yang rusak sebelum siklus berlanjut ke fase sintesis dan replikasi DNA. Apabila
28 kerusakan tersebut tidak dapat diperbaiki, maka p53 akan memicu apoptosis back -up
mechanism. Ekspresi berlebihan gen Bcl-2 pada limfoma limfosit akan menghalangi proses apoptosis dan meningkatkan sifat tumorigenesis Campbell et al 2000.
Apoptosis adalah endpoint kaskade molekul tergantung energi yang diawali dengan a berbagai stimulus apoptosis seperti interaksi ligan-reseptor, gangguan faktor
pertumbuhanhormon, cedera akibat radiasi atau stimulus oleh sel T sitotoksik, b pengontrolan da n pengaturan kelompok protein BCl-2 penghambat atau penginduksi
kaspase atau melibatkan mitokondria sitokrom c, c aktivasi kaspase eksekusi endonuklease dan protease yang akan mendegradasi sitoskeletal dan protein nukleus,
d pembentukan badan apopt otik yang mengandung berbagai organel intrasel dan komponen sitosol Cotran dan Collins 1999.
Tipe kematian sel nekrosis atau apoptosis tergantung pada intensitas dan lama stimulus, perkembangan proses kematian, dan keparahan pengosongan ATP yang
dialami oleh sel. Perubahan morfologi pada sel apoptosis adalah dinding sel mengkerut shrinkage, kondensasi dan fragmentasi kromatin diikuti pembentukan tunas
sitoplasma sitoplasma budding dan fagositosis badan apoptotik oleh sel fagositik. Morfologi sel nekrosis koagulasi adalah kromatin menggumpal chromatin clumping ,
pembengkakan organel, kerusakan membran sel dan keluarnya isi sel yang akan mengundang reaksi inflamasi Cotran dan Collins 1999. Perbedaan yang jelas antara
kedua bentuk kematian sel di atas yaitu sel apoptosis tidak kehilangan kandungan internal sel dan tidak menyebabkan respon inflamasi Tannock dan Hill 1998.
3. Obat Anti tumor