Hubungan Faktor Tenaga Kerja

22 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori 3.1.1. Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu bagi kegiatan pertanian. Suratiyah Ken 2006 menyatakan bahwa kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Pada perusahaan pertanian, peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat diatasi dengan teknologi yang menghemat tenaga teknologi mekanis. Hal ini dikarenakan selain mahal, juga ada hal-hal tertentu yang memang tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan. Hal-hal yang mempengaruhi tenaga kerja dalam bekerja yaitu sistem upah yang diterima para pekerja. Sistem upah terdiri dari sistem borongan sesuai perjanjian pemberi kerja dengan pekerja, sistem waktu yang berdasarkan lamanya waktu pekerja, dan upah premi dengan memperhatikan produktivitas dan prestasi kerja. a Lamanya waktu bekerja. b Kehidupan sehari-hari pekerja yang dapat dilihat dari makanan, gizi, perumahan, kesehatan serta keadaan lingkungan. c Kecakapan dalam bekerja. d Umur tenaga kerja, sehingga menentukan prestasi kerja seseorang. Menurut Tscajanov diacu dalam Hadisapuetro 1973, besarnya prestasi kerja tenaga kerja keluarga dipengaruhi oleh perbandingan antara besarnya konsumen pemakai dalam keluarga dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia.

3.1.2. Hubungan Faktor Tenaga Kerja

Hubungan faktor-faktor adalah hubungan antara faktor produksi yang satu dengan faktor produksi yang lainnya. Untuk memperoleh suatu produksi, petani dapat menggunakan bermacam-macam faktor produksi dalam berbagai kombinasinya. Dari berbagai kombinasi tersebut harus dipilih kombinasi yang akan memberikan keuntungan tertinggi. Hubungan antara faktor produksi satu dengan yang lainnya bila ditinjau dari segi daya subtitusinya dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : 23 a Hubungan dengan daya subtitusi tetap, yakni bila penambahan faktor produksi yang satu akan menyebabkan pengurangan faktor produksi yang lain dalam jumlah tetap dan jumlah produk yang dihasilkan tidak berubah. b Hubungan komplementer, yaitu apabila pemakaian faktor produksi yang satu lebih besar dari seharusnya tidak akan mempengaruhi produk yang dihasilkan. c Hubungan dengan daya subtitusi berkurang, yakni apabila salah satu faktor produksi dapat mensubtitusi faktor produksi yang lainnya, tetapi jumlah yang dapat disubtitusi tersebut semakin lama menjadi semakin kecil. Hubungan antara satu macam output dengan banyak input digambarkan dengan isoquant yang merupakan garis untuk tingkat produksi tertentu pada berbagai kombinasi input X1 dan X2. Besarnya sudut kemiringan isoquant menggambarkan besarnya daya subtitusi X1 terhadap X2 untuk memproduksi tingkat produksi yang sama disebut Marginal Rate of Technical Subtitution MRTS. Sedangkan Isoproduct adalah kurva yang menghubungkan kombinasi antara faktor produksi L K yang mampu memproduksi sejumlah barang tertentu. Sifat Isoproduct sama dengan Kurva Indiferent. Isocost adalah garis yang menghubungkan kombinasi faktor – faktor produksi K L pada tingkat pengeluaran biaya tertentu.Seperti dalam budget line. Isocost mempunyai daerah yang feasible.Titik optimum tercapai apabila MRST ini sama dengan perbandingan harga faktor produksi. K A Isoquant L Isocost Gambar 3. Kurva Isoquant dan Isocost K L K L LK MP MP P P MRTS − = − = 24 Titik optimum terbentuk ketika berada pada titik A. Apabila poduktivitas meningkat, tetapi dengan modal dan tenaga kerja yang tetap, maka akan menguntungkan petani karena dengan biaya relatif tidak berubah pula.

3.2. Kerangka Operasional

Dokumen yang terkait

Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

2 89 113

POLA KERJA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus di Desa Tania Makmur Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir,Sumatera Selatan)

0 13 2

Perencanaan Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kebun Peninjauan, PT. Perkebunan Mitra Ogan Palembang

0 18 85

Desain Pengelolaan Kebun Plasma Kelapa Sawit Berkelanjutan : Studi Kasus pada PIR-Trans Kelapa Sawit P.T.P. Mitra Organ di Kabupaten Organ Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan.

0 91 604

PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tah

0 8 24

PENDAHULUAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 4 25

BAB II PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 5 15

PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN: studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR.

0 3 41

Analisa Perbandingan Keuntungan Antara Petani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis J.) Kebun Plasma dengan Kebun Rakyat Di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam.

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

0 0 13