Analisis deskriptif Korelasi Rank Spearman

30 Alasan menggunakan skala likert dengan 4 tingkat adalah untuk menghindari jawaban yang samar. Artinya dengan skala 4 tingkatan, terdapat kepastian perbedaan yang jelas antara jawaban.

4.4.1. Analisis deskriptif

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif baik kuantitatif maupun kualitatif. Langkah awal dalam analisis ini membuat tabel frekuensi sederhana berdasarkan jawaban responden. Data karakteristik, produktivitas dikelompokan berdasarkan jawaban, ditabulasikan kemudian dipersentasekan.

4.4.2. Korelasi Rank Spearman

Korelasi Spearman Rank digunakan utnuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data anta variabel tidak harus sama Sugiono, 2007. Adapun rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut: r s = 1- 6 di 2 n 3 – n Dimana : r s = koefisien korelasi Rank Spearman. di = Selisih besarnya rank dari peubah X dan Y n = Jumlah contoh Besarnya nilai terletak antara -1 rs 1, artinya : r s = 1, hubungan X dan Y sempurna posiitif mendekati 1, hubungan sanat kuat dan positif r s = -1, hubungan X dan Y sangat sempurna negatif r s = 0, X dan Y lemah sekali dan tidak ada hubungan. 31 Untuk menentukan kuat lemahnya korelasi digunakan ketentuan sebagai berikut : - r mendekati 1, maka hubungan sangat kuat dan searah - r mendekati -1, maka hubungan sangat kuat tetapi tidak searah - r bernilai dibawah 0,5 atau – 0,5 maka hubungan kurang kuat Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan, diajukan hipotesa sebagai berikut. H = Tidak terdapat hubungan nyata antar faktor yang berhubungan dengan produktivitas petani plasma. H 1 = Terdapat hubungan nyata antara faktor yang berhubungan dengan produktivitas petani plasma. Keputusan pengujian adalah sebagai berikut : a. Terima Ho, jika nilai signifikan 0.05, artinya tidak terdapat hubungan nyata antara faktor yang berhubungan dengan produktivitas petani plasma. b. Tolak Ho, jika nilai signifikan 0.05, artinya terdapat hubungan nyata antara faktor yang berhubungan dengan produktivitas petani plama. 32 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Perusahaan

Dokumen yang terkait

Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

2 89 113

POLA KERJA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus di Desa Tania Makmur Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir,Sumatera Selatan)

0 13 2

Perencanaan Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kebun Peninjauan, PT. Perkebunan Mitra Ogan Palembang

0 18 85

Desain Pengelolaan Kebun Plasma Kelapa Sawit Berkelanjutan : Studi Kasus pada PIR-Trans Kelapa Sawit P.T.P. Mitra Organ di Kabupaten Organ Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan.

0 91 604

PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tah

0 8 24

PENDAHULUAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 4 25

BAB II PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 5 15

PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN: studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR.

0 3 41

Analisa Perbandingan Keuntungan Antara Petani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis J.) Kebun Plasma dengan Kebun Rakyat Di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam.

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

0 0 13