Perdagangan Sawit Produktivitas Kerja

15 c. Mempercepat proses alih teknologi budi daya perkebunan dan manajemen usahatani dari inti ke plasma. d. Membantu pemerataan penyebaran penduduk secara nasionalregional. e. Merangsang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. f. Meningkatkan penyediaan lapangan kerja g. Mendorong perkembangan industri hulu dan industri hilir. h. Upaya pemanfaatan sumber daya lahan dan manusia secara optimal

2.4. Perdagangan Sawit

Seiring dengan semakin menyatunya perekonomian nasional ke dalam tatanan ekonomi dunia, ketidak pastian usaha akan menjadi ciri dalam dinamika perekonomian global yang harus dihadapi oleh perekonomian Indonesia. Adanya kecenderungan fluktuasi harga CPO, maka dunia usaha Indonesia termasuk produsen baik yang besar maupun yang kecil dan kelompok tani berusaha mencari, mendalami dan meningkatkan aktivitas pengelolaan resiko agar terlindungi dari resiko yang dapat merugikan mereka. Ramiaji 2008 menyatakan bahwa penawaran domestik CPO Indonesia memiliki hubungan yang negatif dengan harga CPO domestik. Dengan peningkatan penawaran domestik maka harga domestik akan menurun. Harga pasar domestik akan turun akibat terdapat banyak pasokan CPO di pasar. Produksi CPO Indonesia memiliki hubungan yang negatif terhadap harga domestik CPO di Indonesia. Apabila produksi CPO Indonesia meningkat, maka penawaran CPO di pasar domestik akan meningkat. Harga CPO Indonesia periode sebelumnya mempunyai hubungan yang positif dengan harga domestik CPO Indonesia. Harga minyak kelapa tidak memiliki hubungan dengan harga domestik CPO Indonesia. Hal ini menunjukan minyak kelapa tidak mempengaruhi penawaran ekspor CPO domestik. Minyak kelapa dan CPO memiliki segmen pasar yang berbeda. Menurut Suganda 2006, dalam waktu 2004 – 2006 harga CPO di pasar fisik dan berjangka secara umum mengalami trend penurunan harga. Penurunan harga CPO selama dua tahun tersebut disebabkan faktor suplai yang berlebih. Malaysia yang merupakan negara produsen CPO nomor satu dunia, mengalami kelebihan stok hingga sebanyak 1,4 juta ton pada Desember 2004. 16

2.5. Produktivitas Kerja

Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan operasional. Secara filosofis produktivitas merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Menurut Arfida 2003, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai keluaran dengan keseluruhan sumber daya masukan yang dipergunakan persatuan waktu. Pengertian makna peningkatan produktivitas yang dapat terwujud dalam empat bentuk, yaitu : a. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit. b. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang. c. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama. d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih sedikit. Sumber daya masukan dapat terdiri dari beberapa faktor produksi, seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah, dan sumber daya manusia sendiri. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas faktor manusia merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas faktor-faktor lain sangat bergantung pada kemampuan manusia yang memanfaatkannya Simanjuntak, 1985. Melalui pendekatan sistem, faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu : a. Kualitas dan kemampuan fisik karyawan. Kualitas dan kemampuan dipengaruhi tingkat pendidikan, latihan, motivasi, etos kerja, mental dan kemampuan fisik. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan hanya yang langsung dengan pelaksanaan, tetapi juga landasan untuk mengambangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada dari sekitar kita untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Latihan melengkapi pekerja dengan keterampilan dan cara-cara menggunakan peralatan kerja. Motivasi, etos dan sikap kerja yang berorientasi kepada produktivitas membutuhkan waktu yang lama dan 17 memerlukan teknik tertentu, antara lain menciptakan iklim dan lingkungan kerja yang menyenangkan dan hubungan yang serasi. Kemampuan fisik memerlukan perhatian, terutama karena tingkat upah rendah, sehingga pemenuhan gizi dan kesehatan pekerja umumnya terbatas. b. Sarana pendukung Sarana pendukung untuk meningkatkan produktivitas dikelompokkan menjadi 2 yaitu : Pertama, menyangkut lingkungan kerja termasuk teknologi dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan, serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri. Kedua, menyangkut kesejahteraan pekerja yang terjamin dalam sistem pengupahan dan jaminan sosial serta jaminan kelangsungan hidup. c. Supra sarana Menyangkut hubungan antara pengusaha dan pekerja yang mempengaruhi kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Kemampuan manajemen dalam menggunakan sumber-sumber secara maksimal dan menciptakan sistem kerja yang optimal akan menentukan tinggi rendahnya produktivitas kerja. Peran manajemen sangat strategis untuk peningkatan produktivitas, yaitu dengan mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sarana produksi, menerapkan fungsi-fungsi manajemen, menciptakan sistem kerja dan pembagian kerja, menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan, serta menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. 18 Gambar 2. Bagan Peningkatan Produktivitas Karyawan Perusahaan Sumber : Simanjuntak 1985 Menurut Atmosoeprapto 2000, upaya peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia terdapat banyak aspek yang perlu dikaji, salah satunya adalah pengembangan sumberdaya manusia. Pengembangan sumberdaya manusia salah satunya bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan manusia sesuai dengan potensi yang dapat dicapai sehingga kinerjanya akan meningkat, dan pada akhirnya akan memberikan sumbangan besar bagi peningkatan produktivitas. Menurut Lubis 1994, manajemen perkebunan dituntut agar dapat mengelola sumber daya manusia yang jumlahnya dapat dapat mencapai ribuan orang, mampu meningkatkan produktivitas, menciptakan kondisi serasi, menanamkan rasa memiliki dan mampu menggiring untuk bersama-sama Supra Sarana : - Kebijakan pemerintah - Hubungan industrial Manajemen Karyawan : - Pendidikan - Latihan - Etos kerja - Sikap mental - Fisik Lingkungan kerja Sarana Penunjang : - Teknologi - Sarana Produksi - Kesehatan dan keselamatan kerja Kesejahteraan : - Upah - Jaminan sosial - Keamanan Peningkatan Produktivitas Karyawan Perusahaan 19 mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. Dalam hal ini manajemen harus dapat membagi tugas di masing-masing lini dan harus peka terhadap stiap perubahan sehingga dituntut agar selalu bekerja efisien dan efektif. Suratiyah Ken 2006 menyatakan bahwa efisiensi tenaga kerja atau sering disebut produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah produksi, penerimaan per hari, dan luas lahan atau luas usaha. a Memperhatikan produksi. Produktivitas dapat dihitung berdasarkan formula sebagai berikut. Produktivitas = Jumlah produksi per ha Jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per ha b Memperhatikan penerimaan per hari kerja. Penerimaan per hari kerja dapat dihitung dengan formula sebagai berikut. Penerimaan per hari kerja = Jumlah produk fisik x harga per ha Jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per ha c Memperhatikan luas lahanusaha. Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan formula sebagai berikut. Produktivitas tenaga kerja = Luas usahatani Jumlah Tenaga kerja yang dicurahkan per hari

2.6. Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

2 89 113

POLA KERJA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus di Desa Tania Makmur Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir,Sumatera Selatan)

0 13 2

Perencanaan Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kebun Peninjauan, PT. Perkebunan Mitra Ogan Palembang

0 18 85

Desain Pengelolaan Kebun Plasma Kelapa Sawit Berkelanjutan : Studi Kasus pada PIR-Trans Kelapa Sawit P.T.P. Mitra Organ di Kabupaten Organ Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan.

0 91 604

PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tah

0 8 24

PENDAHULUAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 4 25

BAB II PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 5 15

PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN: studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR.

0 3 41

Analisa Perbandingan Keuntungan Antara Petani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis J.) Kebun Plasma dengan Kebun Rakyat Di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam.

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

0 0 13