3 kelapa sawit sebagai bagian dari komoditas perkebunan rakyat. Kalau pada
awalnya perkebunan kelapa sawit hanya dilakukan oleh perkebunan besar, maka saat ini terdapat areal kelapa sawit rakyat seluas 38 dari total areal kelapa sawit.
Demikian pula dengan wilayah pengembangan kelapa sawit, yang pada awalnya terkonsentrasi di lahan kering di pulau Sumatera, saat ini sesuai dengan potensi
yang ada, semakin dikembangkan ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya di pulau Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.
Meskipun demikian, masih dijumpai permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia antara lain adalah:
a Rata-rata produktivitas tanaman masih rendah + 16,2 ton TBShath antara lain karena usia tanaman yang relatif masih muda, tidak terpenuhinya baku
kultur teknis, pencurian buah dan pengolahan hasil yang belum efisien. b Penanganan pasca panen masih jauh dari maksimal. Hasil panen kelapa sawit
belum dimanfaatkan secara optimal dalam upaya meningkatkan diversifikasi produk.
c Mutu hasil panen dan produk CPO yang belum sesuai standar. d Belum terlibatnya petanikelembagaan petani dalam pemilikan unit
pengolahan menyebabkan posisi rebut tawar petani rendah. e
Minat masyarakat yang sangat besar telah mendorong pengembangan perkebunan kelapa sawit secara swadaya oleh rakyat yang tidak terintegrasi
dengan unit PKS. Kondisi ini menyebabkan petani sangat tergantung kepada PKS yang ada dengan posisi tawar.
1.2. Perumusan Masalah
PTP Mitra Ogan adalah salah satu anak perusahaan dari PT Rajawali Nusantara Indonesia yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan
karet yang kebunnya terletak di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi Sumatera Selatan. PTP Mitra Ogan berdiri pada tahun 1989 yang merupakan
usaha patungan antara PT Rajawali Nusantara Indonesia dengan PTPN III Medan yang merupakan langkah diversifikasi dari PT. RNI.
Diawali dengan membangun pembibitan kelapa sawit pada tahun 1988 sampai tahun 1992 di Desa Lunggaian Kabupaten OKU, PTP Mitra Ogan mulai
4 membangun kebun dengan melaksanakan program pemerintah melalui pola PIR-
Trans seluas 10.000 Ha, dengan pembagian Kebun Inti 4000 Ha 40 dan Kebun plasma 6000 Ha 60 . Secara sederhana kemitraan perusahaan Inti dan
petani plasma dapat digambarkan daham kewajiban dan hak masing-masing sebagai sebagai berikut :
Tabel 3. Hak Kewajiban Inti Plasma No.
Uraian Perusahaan Inti
Petani Plasma
1 Kewajiban
1. Menyiapkan tanaman
yang layak
sesuai penilaian Tim
2. Apalis kredit
petani dalam PIR-Trans
3. Mendirikan PKS 4. Membeli buah petani
yang layak olah 5. Memotongkan
hasil penjualan TBS petani
sebesar 30
dan membayarkan
cicilan tsb
kepada pihak
kreditor sd lunas 6. Mengolah buah
7. Menjual hasil olah 1. Menjadi
peserta aktif
KUD 2. Merawat tanaman sesuai
standar terutama
Pengendalian gulma dan pemupukan
3. Memanen buah
dan menjual buah ke PKS
yang layak
olah segartidak buah restan
dan matang 4. Membayar cicilan kredit
sebesar 30
dari pendapatan
hasil penjualan buah sampai
lunas 2
Hak 1. Memperoleh Man fee
sebesar 15 dari total kredit
Menerima buah
dari petani plasma dengan
jumlah dan kualitas yang layak bagi PKS
1. Menerima pendapatan
dari penjualan
TBS dengan harga sesuai
jumlah dan kualitas TBS Pembinaan dari perusahaan
Inti sesuai perkembangan tanaman
Sumber : PTP. Mitra Ogan 2007
5 Untuk pelaksanaan program kemitraan ini, pihak perusahaan melakukan
pengajuan peminjaman kepada bank untuk membiayai program mulai dari pembibitan sampai usia tanaman produktif, dalam hal ini sampai usia tanaman
mencapai 4 tahun yang bertepatan dengan penyerahan lahan kepada petani. Dalam perjanjiannya, hasil penjualan petani dipotong sebanyak 30 dari total penjualan
untuk membayar kredit kepada bank sampai lunas. Dalam perjalanannya, petani plasma dapat melunasi kewajibannya dalam
waktu 5-7 tahun sejak diserahkan , lebih cepat dari perkiraan perusahaan yang mencapai waktu 10 tahun. Di satu sisi program kemitraan ini dapat dikatakan
berhasil, tetapi sejak petani dapat melunasi hutang kewajibannya kesadaran petani mulai berkurang dalam mengelola kebunnya. Turunnya produktivitas kebun
kelapa sawit ternyata dipengaruhi oleh turunnya produktivitas kerja petani. Motivasi kerja para petani turun karena merasa sudah melunasi kebunnya. PTP
Mitra Ogan sendiri sudah melakukan penelitian dengan hasil bahwa sepanjang tahun 2003-2007 para petani hanya melakukan pemupukan hanya sebesar 50
dari standar yang telah ditetapkan perusahaan. Dari pengamatan dan bertanya kepada pihak perusahaan dan para petani sendiri, pemupukan merupakan hal yang
sangat penting untuk memperoleh hasil produksi yang bagus. Hasil wawancara kepada pihak PTP. Mitra Ogan menunjukkan bahwa
sejak tahun 2003, petani plasma tidak mampu mengirim buah ke perusahaan inti sesuai dengan potensi luas tanaman yang ada. Akibatnya Pabrik Kelapa Sawit
PKS Perusahaan Inti yang berkapasitas 90 ton TBSJam PKS I 60 tonJam dan PKS II 30 tonJam belum pernah mencapai kapasitas optimalnya, karena hanya
75 saja yang saat ini dapat dicapai. Jika belum ada perbaikan, maka sebenarnya perusahaan belum memaksimalkan potensi pabriknya dalam mengolah kelapa
sawit. Penurunan produksi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produktivitas Kebun Sawit TBS PTP. Mitra Ogan 2001-2007 Uraian
Satuan 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
Inti KgHa 11.863 12.703 14.308 16.894 17.538 19.130 21.915
Plasma KgHa 17.298 16.096 14.438 15.908 13.190 14.863 16.313
Sumber : PTP. Mitra Ogan 2008
6 Pada Tabel 4 menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara Kebun Inti
dan Kebun Plasma. Kebun inti dengan luas areal hanya sekitar 35 dari areal total mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, dari pada kebun
plasma dengan luas sekitar 65 dari luas total. Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini berdasarkan
penjelasan di atas adalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat produktivitas kerja petani kebun plasma di PTP. Mitra Ogan ?
1.3. Tujuan Penelitian