Keadaan Fisik Lingkungan Kerja

48

6.3.5. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan yang dilihat yaitu berdasarkan jumlah anak dan istri kepala keluarga. Jumlah rata-rata tanggungan setiap kepala keluarga sebanyak 4 orang. Dari uji yang dilakukan, dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan tidak berhubungan dengan produksi petani. Tabel 23. Korelasi Jumlah Tanggungan dengan Produksi Faktor Nilai Korelasi Tanggungan Correlation Coefficient -0.114 Sig. 2-tailed 0.26 Dari uji rank Spearman pada taraf nyata 5 , dapat disimpulkan jumlah tanggungan tidak berhubungan dengan produksi petani plasma. Hal ini bisa terjadi karena tanggungan petani sebagian besar tidak banyak.

6.3.6. Keadaan Fisik

Keadaan fisik memiliki indikator yaitu gizi makanan, kecukupan waktu tidur dan istirahat, serta olah raga. Gizi makan dapat diukur dari jenis makanan yang dikonsumsi. Batas besaran masing-masing kriteria dapat dilihat pada lampiran 2. Tabel 24. Kriteria dalam Faktor Keadaan Fisik Kriteria Nilai Rata-Rata Makanan yang dikonsumsi 2,85 Kecukupan waktu istirahat 2,64 Rutinitas berolahraga 2,78 Kriteria makanan yang dikonsumsi, rata-rata responden sebesar 2,85 yang berarti makanan yang dikonsumsi responden dapat dikategorikan bergizi. Untuk memperoleh gizi yang cukup tentu aja akses mendapatkan bahan pangan harus ada. Pada hari minggu setiap SP biasanya diadakan pasar atau kalangan yang menjual barang-barang kebutuhan pokok. Untuk nilai kecukupan waktu istirahat rata-rata responden bernilai sebesar 2,64 yang berarti cukup istirahat. Hal ini bisa 49 saja terjadi karena jam kerja yang hanya 6 jam setiap harinya. Begitu juga dengan rutinitas berolah raga. Dapat kita lihat nilainya sebesar 2,78 yang berarti dapat dikatakan sering. Olah raga disini dapat diartikan jalan kaki ke kebun, olah raga lapangan. Dari hasil uji rank Spearman dengan taraf nyata 5 memiliki nilai korelasi sebesar 0.362. yang berarti keadaan fisik petani memiliki hubungan dengan produksi petani. Tabel 25. Korelasi Keadaan Fisik dengan Produksi Faktor Nilai Korelasi Fisik Correlation Coefficient 0.362 Sig. 2-tailed 0.00 Jika dilihat dari hasil uji tersebut, maka keadaan fisik memiliki korelasi positif dengan produksi. Semakin baik gizi, waktu istirahat, dan olahraga petani, maka produksi semakin baik. Jumlah jam kerja hanya 6 jam per hari dimulai dari pukul 7 sampai pukul 1 siang dapat memberikan waktu istirahat yang cukup.

6.3.7. Lingkungan Kerja

Untuk lingkungan kerja dilakukan penelitian dengan pengukuran ketenangan selama bekerja, fasilitas publik yang ada, dan kemudahan memperoleh input sarana produksi. Untuk batasan-batasan setiap kriteria dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan hasil survey, maka untuk semua faktor pendukung dapat dilihat jawabannya pada tabel di bawah ini. Tabel 26. Kriteria dalam Faktor Lingkungan Kerja Kriteria Nilai Rata-Rata Ketenangan selama bekerja 2,75 Fasilitas publik 2,56 Kemudahan memperoleh input produksi 2,34 50 Untuk ketenangan selama bekerja, responden memberikan nilai 2,75 yang berarti relatif puas yang diartikan bahwa tidak terdapat gangguan yang berarti selama bekerja. Untuk gangguan cuaca dirasakan tidak terlalu berpengaruh karena iklim di kebun tidak banyak perubahan. Untuk gangguan pencurian dirasakan sudah berkurang karena setiap pintu masuk ke dalam kebun sudah dijaga dan diberi portal. Untuk gangguan kebakaran sudah tidak ada lagi karena usia tanaman sudah cukup tua. Kebakaran biasanya terjadi ketika usia tanaman masih muda. Untuk fasilitas publik para responden memberikan nilai rata-rata 2,56 yang berarti relatif puas terhadap fasilitas publik yang diberikan. Fasilitas ini biasanya diberikan pemerintah daerah ataupun dibantu dari pihak Mitra Ogan. Fasilitas ini biasanya berupa sekolah, tempat kesehatan, jalan, listrik. Sedangkan untuk kemudahan memperoleh input produksi para responden memberikan nilai 2,34 yang artinya relatif kurang mudah dalam memperoleh sarna produksi. Dalam hal ini biasanya petani membeli sendiri sarana produksi atau melalui koperasi. Berdasarkan hasil uji rank Spearman antara faktor lingkungan kerja dengan produksi, dapat disimpulkan kedua varibel diatas tidak memiliki hubungan yang nyata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 27. Korelasi Lingkungan Kerja dengan Produksi Faktor Nilai Korelasi Lingkungan Kerja Correlation Coefficient 0.049 Sig. 2-tailed 0.62 Berdasarkan tabel di atas, menyatakan bahwa tidak ada hubungan nyata antara faktor lingkungan kerja dengan produktivitas petani plasma pada taraf nyata 5 .

6.3.8. Hubungan dengan Perusahaan Inti

Dokumen yang terkait

Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

2 89 113

POLA KERJA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus di Desa Tania Makmur Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir,Sumatera Selatan)

0 13 2

Perencanaan Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kebun Peninjauan, PT. Perkebunan Mitra Ogan Palembang

0 18 85

Desain Pengelolaan Kebun Plasma Kelapa Sawit Berkelanjutan : Studi Kasus pada PIR-Trans Kelapa Sawit P.T.P. Mitra Organ di Kabupaten Organ Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan.

0 91 604

PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tah

0 8 24

PENDAHULUAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 4 25

BAB II PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 5 15

PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN: studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR.

0 3 41

Analisa Perbandingan Keuntungan Antara Petani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis J.) Kebun Plasma dengan Kebun Rakyat Di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam.

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

0 0 13