Kemitraan Agribisnis PIR-BUN Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Produktivitas Kerja Petani Kebun Plasma Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan)

13 rolling dan fluxing agent pada industri kawat, industri perak dan sebagai flotasi pada pemisahan biji tembaga dan cobalt. Pada industri ringan dipakai sebagai sabun, semir sepatu, lilin, detergent, tinta cetak dan lain-lain.

2.3. Kemitraan Agribisnis PIR-BUN

Konsep kemitraan agribisnis sebenarnya sudah semakin jelas, tetapi dalam implementasinya masih terdapat berbagai perbedaan. Penyebab utama perbedaan implementasi tersebut adalah keragaman persepsi terhadap para pelaku baik pelaku agribisnis hulu petani maupun pelaku agribisnis hilir investor yang bermitra dengan petani. Berbagai bentuk konsep pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada kemitraan ditawarkan oleh pihak investor, baik pemerintah maupun swasta. Tantangan pengembangan kemitraan agribisnis diperkirakan akan membawa berbagai implikasi bagi perkembangan pertanian di Indonesia. Menurut Sumardjo 2004, memasuki era globalisasi, pengembangan kemitraan agribisnis akan menghasilkan beberapa peluang antara lain sebagai berikut. a. Peningkatan volume pasar. b. Harga jual produk yang lebih kompetitif. c. Harga sarana produksi yang lebih terjangkau. d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. e. Modal investasi. f. Peningkatan efisiensi akibat relokasi sumber daya dan dorongan persaingan. Gambar 1. Kondisi Kemitraan Tipe Sinergis Sumber : Sumardjo 2004 Pengusaha Petani Pemasaran 14 Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa sebenarnya konsep kemitraan agribisnis menjadikan salah satu pilihan yang prospektif bagi pengembangan iklim bisnis yang sehat di Indonesia pada masa yang akan datang. Hal tersebut dapat terjadi jika konsep kemitraan yang dijalankan benar-benar dapat menjembatani kesenjangan antar subsistem dalam bisnis hulu-hilir produsen- industri pengolahan-pemasaran maupun hulu-hulu sesama produsen. Di dalam SK. Mentri Pertanian No. 668 Tahun 1986 dijelaskan bahwa definisi Perkebunan Inti Rakyat Perkebunan PIR-BUN adalah pola untuk mewujudkan perpaduan usaha, dengan sasaran perbaikan keadaan sosial ekonomi peserta, didukung oleh suatu sistem pengelolaan usaha dengan memadukan berbagai kegiatan produksi pengelolaan usaha dengan memadukan berbagai kegiatan produksi pengelolaan dan pemasaran hasil, dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan. Menurut Nuhung 2003, Perusahaan inti rakyat dilaksanakan berazaskan golongan yang kuat wajib membantu golongan yang lemah di dalam usahanya untuk mencapai tujuan masing-masing. Sebagai perusahaan inti adalah perusahaan negara atau swasta yang ditetapkan berdasarkan SK. Mentri Pertanian. Petani peserta merupakan plasma dari sistem perkebunan yang dikembangkan. Petani plasma berfungsi sebagai unit produksi kecil yang terhimpun dalam suatu sistem kerja sama sehingga dapat diterapkan usaha pembakuan produksi, mutu dan keserasian proses produksinya. Petani plasma melaksanakan kegiatan sehari-hari pada lahan miliknya bersama seluruh tenaga kerja keluarganya. Keluarga petani plasma juga dapat menjadi sumber tenaga kerja bagi kegiatan perusahaan inti. Menurut Nuhung 2003, tujuan PIR-BUN tidak terlepas dari tujuan pembangunan nasional, yaitu menciptakan struktur perekonomian yang seimbang dengan industri yang kuat yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Secara spesifik tujuan pembangunan PIR-BUN antara lain senagai berikut : a. Meningkatkan produksi komoditi perkebunan baik kualitas maupun kuantitas sebagai penghasil devisa dari ekspor non migas. b. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani perkebunan. 15 c. Mempercepat proses alih teknologi budi daya perkebunan dan manajemen usahatani dari inti ke plasma. d. Membantu pemerataan penyebaran penduduk secara nasionalregional. e. Merangsang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. f. Meningkatkan penyediaan lapangan kerja g. Mendorong perkembangan industri hulu dan industri hilir. h. Upaya pemanfaatan sumber daya lahan dan manusia secara optimal

2.4. Perdagangan Sawit

Dokumen yang terkait

Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

2 89 113

POLA KERJA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus di Desa Tania Makmur Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir,Sumatera Selatan)

0 13 2

Perencanaan Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kebun Peninjauan, PT. Perkebunan Mitra Ogan Palembang

0 18 85

Desain Pengelolaan Kebun Plasma Kelapa Sawit Berkelanjutan : Studi Kasus pada PIR-Trans Kelapa Sawit P.T.P. Mitra Organ di Kabupaten Organ Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan.

0 91 604

PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tah

0 8 24

PENDAHULUAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 4 25

BAB II PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PETANI PLASMA ( Studi Kasus : Pada Petani Perkebunan Plasma, PT. Perkebunan Nusantara XIII ( Persero ), Kebun Gunung Emas, Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2009 ).

0 5 15

PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN: studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR.

0 3 41

Analisa Perbandingan Keuntungan Antara Petani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis J.) Kebun Plasma dengan Kebun Rakyat Di Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam.

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Sistem Kebun Plasma Dalam Pengembangan Kemandirian Petani Plasma Kelapa Sawit Di Kebun Bunut Unit X Sungai Bahar Jambi

0 0 13