persen pada tahun 2007 menjadi 33,79 persen pada tahun 2008. Akan tetapi, kontribusi sektor tersier terhadap PDB Indonesia justru mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya, yaitu dari 43,13 persen pada tahun 2007 menjadi 44,28 persen pada tahun 2008. Apabila melihat nilai total realisasi investasi nasional di
sektor primer, sekunder dan tersier, dimana pada akhir tahun juga penelitian menunjukkan trend yang sama dengan kontribusi persektor perekonomian
terhadap PDB Indonesia. Sektor primer mengalami penurunan realisasi investasi sebesar 4,50 persen dan sektor sekunder mengalami penurunan realisasi investasi
sebesar 16,64 persen. Sedangkan sektor tersier justru mengalami peningkatan realisasi investasi sebesar 21,14 persen. Fakta ini sesuai dengan argumen yang
berkembang selama ini bahwa penurunan kontribusi sebuah sektor perekonomian terhadap PDB di suatu negara akan diikuti oleh penurunan realisasi investasi di
sektor tersebut.
4.3. Perkembangan Infrastruktur di Indonesia
Pembangunan ekonomi yang terus digulirkan oleh pemerintah sampai saat ini bertujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Upaya pembangunan ekonomi yang dijalankan tersebut mulai mengalami hambatan dengan adanya krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada
pertengahan tahun 1997. Krisis ini diawali oleh depresiasi nilai rupiah yang cukup tajam terhadap dollar Amerika Serikat. Kondisi ini juga berdampak pada
tingginya tingkat inflasi dan semakin meroketnya tingkat suku bunga Bank Indonesia SBI.
Hambatan keuangan tersebut berdampak pada stagnasi pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pengalaman internasional bila suatu negara mengalami
krisis ekonomi, maka yang pertama kali dikorbankan di dalam pembangunannya adalah pembangunan di sub sektor infrastruktur Bappenas, 2003.
Fakta yang ada saat ini, dimana lambatnya pemulihan perkembangan investasi nasional baik di sektor primer, sekunder, dan tersier pasca krisis
ekonomi tahun 1997 menjadi salah satu penyebab belum optimalnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini tentu disebabkan bukan hanya oleh satu faktor,
melainkan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Faktor-faktor tersebut antara lain, pembangunan jalan yang relatif masih kurang optimal, hingga laju inflasi dan
tingkat suku bunga yang sulit terkendali. Secara keseluruhan, faktor-faktor tersebut turut mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia. Infrastruktur berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi suatu negara, yang ditunjukkan melalui kelancaran kegiatan ekonomi di negara tersebut. Pembangunan jalan akan membantu melancarkan mobilitas
distribusi barang dan jasa, sehingga pembangunan jalan menjadi suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam pembangunan nasional.
5000 10000
15000 20000
25000 30000
1993 1994
1995 1996
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
Tahun Jaspal
Jaspal
Sumber: BPS, 2008 diolah.
Gambar 4.3. Total Jalan yang Diaspal di Indonesia dalam Km, 1993-2008
Pembangunan jalan selama tahun 1993 hingga tahun 2008 mengalami trend yang relatif tidak berfluktuasi. Penurunan dalam trend pembangunan
disebabkan karena setelah krisis, pemerintah fokus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan ekonomi secara keseluruhan, mencegah pelarian modal,
menanggulangi hutang luar negeri serta menstabilkan kembali kondisi politik dan sosial. Akibatnya pembangunan jalan sempat terabaikan. Hal ini dapat dilihat dari
nilai total jalan yang diaspal di Indonesia mengalami penurunan pada tahun 1997 dibanding tahun sebelumnya. Total jalan yang diaspal menurun dari 22882 Km
pada tahun 1996 menjadi 22478 Km pada tahun 1997. Pada tahun 2007, nilai total jalan yang diaspal mencapai nilai tertinggi di sepanjang tahun 1993-2008
yaitu 27895 Km, sedangkan nilai total jalan yang diaspal di sepanjang tahun 1993-2008 adalah sebesar 20278 Km pada tahun 1993.
Sejalan dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang terus mengalami perbaikan, maka pembangunan infrastruktur mulai kembali mendapat
perhatian karena sub sektor ini sangat menunjang bagi pembangunan sub sektor
perekonomian lainnya. Infrastruktur yang dibangun seyogyanya tetap dalam kerangka mendukung target pertumbuhan ekonomi jangka menengah dan panjang
sehingga upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, upaya integrasi pembangunan infrastruktur dalam menunjang
pembangunan ekonomi harus menjadi kebijakan utama di dalam pembangunan dan pembiayaan infrastruktur.
4.4. Perkembangan Inflasi dan Suku Bunga Riil di Indonesia